Pagi-pagi begini Aluna sudah harus mendengar sapaan menyengat dari Abian. Ia pikir setelah berhasil mendapatkan perusahaan ini dia tak perlu berurusan dengan adik tirinya ini. Rupanya dugaan itu salah. Salah besar! Pria itu tak lelah membuatnya gusar. "Bilang saja kamu tidak mampu mendapatkan wanita untuk kamu kencani lalu kamu menghujatku karena iri." Aluna balas menantang tatapan tajam Abian. "Wanita kamu bilang? Siapa yang yang menolak bila aku datang pada mereka dengan menyandang nama Niam? Wanita mana yang tak akan melemparkan tubuhnya padaku? Tapi buat apa untuk sekarang ini? Aku sedang tidak minat sama sekali!" "Bilang saja tidak mampu." "Aku bukannya tidak mampu. Aku tidak sepertimu. Kamu memang pemain." Aluna menautkan sepasang alis cokelatnya dengan perkataan Abian barusan