"Hhh! Kukira anak manja itu tak akan datang kemari. Sudah jelas dia kalah tanding dari Awan, tapi tetap saja datang ke kantor ini," gerutu Aluna tiada henti di ruang kerja. Padahal Aluna kira dengan menangnya Awan, dia tak akan pernah berurusan lagi dengan Abian. Rupanya ia salah. Salah besar! Memang Abian sendiri adalah pecundang licik yang tak bisa dipegang perkataannya. Harusnya dia paham itu. "Hah! Sudahlah! Membicarakan Abian tak akan ada habisnya. Lebih baik aku urus pekerjaanku sekarang." Aluna yang melipat tangan bersedekap, membuka lipatan tangan di d**a. Ia beralih pada laptop yang ada di depannya. Ia nyalakan laptop dan coba untuk konsentrasi pada pekerjaan yang ada saat ini. Seperti biasa dia bersemangat sekali saat mengerjakan tugas di kantor. Sejenak dia menoleh ke sampin