CHAPTER 14

1020 Kata
Sekarang keduanya sudah berada di kamar Skyla. Mengingat kejadian di mobil tadi membuat Skyla malu apalagi saat bertemu dengan Edgar nanti. Bisa-bisanya mereka melakukan itu selama perjalanan menuju apartemen. Semua ini karena b******n m***m Steven, salahkan dirinya yang tidak bisa menahan nafsunya. Lihatlah pria itu masih tertidur dengan pulas tanpa mengenakan sehelai pakaian apapun. Saat mereka sampai di apartemen, Steven meminta lagi, katanya miliknya masih keras, tak puas hanya melakukan sekali dengannya. Yang tak habis pikir oleh Skyla, bagaimana pria ini bisa terus meminta tanpa kenal rasa lelah dan berhenti disaat wanitanya sudah tepar. Seperti serigala yang tidak mencengkram mangsanya sampai pingsan maka akan terus di gigitnya. Dan Steven menyalahkannya, yang benar saja. Katanya setiap kali melihatnya, entah kenapa dirinya b*******h dan ingin memasukinya.  Skyla bangkit berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu pergi ke bawah menyiapkan makan malam untuk mereka. Beberapa saat terdengar suara bel berbunyi, Skyla membuka pintu dan melihat ternyata adalah asisten Steven. “Hmm ... Nona, Mr. Steven menyuruhku untuk membawakan ini untuknya.” Skyla mengambil paper bag itu sambil menahan rasa. “Terima kasih.” Skyla berjalan menuju kamarnya dan melihat Steven masih tertidur pulas. Skyla menghampirinya dengan duduk di pinggir ranjang dan memeluk tubuh Steven dari belakang. Mencium aroma tubuh yang sekarang sudah menjadi aroma favoritnya, Steven langsung membalikkan badannya, membalas pelukan Skyla dan mencium puncak kepala wanitanya.  “Pakaianmu sudah datang, bangun dan bersihkan tubuhmu.” “Hmmm.”  Setelah itu entah kenapa Skyla menjadi ngantuk saat merasakan usapan lembut di punggung badannya. Merasakan hembusan nafas yang teratur menandakan kalau wanita itu jatuh tertidur. Pelan-pelan Steven bangkit, membaringkan Skyla dengan perlahan, tak lupa menyelimutinya dengan selimut setelah itu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Merasa terganggu tidurnya, mata Skyla perlahan terbuka. “Bangun Baby, waktunya makan malam.” Sambil menarik wanita dari posisi berbaring menjadi duduk. Skyla yang masih mengantuk membuka kedua tangannya lebar. “Gendong,” ucapnya dengan manja. Bukannya marah, Steven tersenyum lebar mendapati wanitanya manja kepadanya. Pria itu menggendong Skyla seperti koala menuju letak dapur. “Apa tidak berat?” tanya Skyla dalam gendongan Steven. “Tidak.” Jawab pria itu. Memandang wajah tampan Steven sedekat ini membuat Skyla tersenyum. Wanita itu  tidak menyangka bahwa dirinya akan berakhir dengan pria dingin ini. Setelah sekian lama ia single dan para sahabatnya selalu mengejek dirinya serta menuduhnya terlalu pemilih. Lihatlah sekarang, dirinya berakhir dengan pria yang menertawainya karena tingkah konyolnya. Steven menduduki Skyla diatas meja makan. Melihat wanita itu terus memandanginya membuat hatinya senang dan ingin menggodanya. “Sudah puas memandang wajah tampanku?” Skyla menggelengkan kepalanya dan itu membuat Steven tertawa. “Mari kita makan terlebih dahulu, sehabis itu kamu boleh melihat wajah tampan ini sepuasnya,” ujar Steven sembari menurunkan Skyla dan menarik kursi untuk di dudukinya. Mereka menghabiskan makan malam dengan pembicaraan yang sederhana dan canda tawa yang saling di lontarkan. Steven merasakan getaran aneh dalam dadanya, senyumnya semakin lebar melihat Skyla tertawa. Pria itu berjanji, mulai dari sekarang ia tidak akan menyentuh wanita lain termasuk Elisa. Steven hanya membutuhkan Skyla, hanya Skyla yang bisa membuat ia merasakan perasaan hangat setelah Mommynya pergi meninggalkannya. **** Hubungan Skyla dan Steven semakin hari semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di apartemen maupun di luar seperti berkeliling kota New York dan tentu saja tanpa ketahuan oleh wartawan. Skyla kini tahu bahwa Steven termasuk salah satu paling di buru oleh media mau itu hiburan atau bisnis dan Skyla tidak ingin kalau hubungan mereka terekspos oleh publik, Steven pun menyetujuinya. Selain itu, sifat dari seorang Steven perlahan Skyla kenal. Pria itu begitu posesif, keras kepala, dingin, royal dan terkadang manja kepadanya membuat Skyla harus ekstra sabar menghadapinya. Seperti sekarang ini, Steven yang memiliki rapat dengan koleganya di luar kota. Dirinya harus ikut serta menemaninya jika tidak, maka pria itu akan menghajarnya habis-habisan. Yang di maksud adalah bercinta non-stop. Setelah rapat selesai, Skyla langsung meminta Steven mengantarnya pulang karena ia merasa lelah. Entah kenapa dirinya ingin bermalas-malasan di hotel dan kini mereka berdua tengah berbaring di ranjang sambil menonton film. Terdengar suara ponsel Steven berbunyi. Pria itu mengambil ponselnya lalu mengangkatnya tanpa melihat nama panggilan tersebut. “What's up bro? Lagi dimana?” tanya Sam yang sedang berada di club karena terdengar suara berisik disana. “Las vegas,” jawab Steven sambil memainkan rambut Skyla. “Jauh amat bro? Padahal kita mau ajak kumpul disini.” Tanpa mau mendengar lebih lanjut, Steven langsung memutuskan panggilan tersebut dan melempar ponselnya ke ujung sofa. “Siapa? Kok di lempar ponselnya?” tanya Skyla dengan mengangkat sedikit kepalanya karena posisinya bersandar di d**a pria itu. “Hanya sahabat, mereka mengajak kumpul di club,” jawab Steven kembali fokus menonton film yang sedang di putar. “Apa kamu sering ke tempat begituan?” “Dulu, sekarang tidak lagi semenjak ada kamu. Aku tidak akan menginjak club itu lagi jika bukan karena bisnis dan kalau bukan pergi bersamamu,” jawab Steven mengeratkan pelukannya. Skyla mendengarnya tersenyum lebar, membalas pelukan Steven sambil menghirup aroma tubuh pria itu yang sudah ia hapal. “Dasar posesif, langsung mencap sesuka hatinya. Status saja tidak jelas,” rajuk Skyla sambil bermain d**a Steven dengan jarinya membuat pola lingkaran. “Status? Status apa?” tanya Steven yang bingung dengan ucapan Skyla. Skyla berdecak kesal, melepaskan pelukan Steven lalu duduk menghadap pria itu yang menampillkan raut wajah tidak mengerti dengan maksud perkataannya. “Ngomong sama orang yang hanya tahu angka digit, saham naik turun, memang susah dan tidak mengerti. Cari tahu sendiri! Aku sudah ngantuk, mau tidur.” Lalu membelakangi Steven dan memejamkan matanya. Steven yang melihat Skyla semakin marah tambah membuatnya semakin bingung. Tidak ingin memikirkannya, Steven meraih remote dan mematikan televisi kemudian ikut bergabung dengan memeluk Skyla dari belakang. Di club “Bagaimana? Apa Steven datang?” tanya Elisa dengan cepat. Sam menggelengkan kepalanya, Elisa merasakan kekecewaan dalam hatinya. Padahal beberapa minggu ini ia sibuk dengan jadwal pemotretannya. Menepis rasa kecewanya, Elisa berpikir bahwa besok akan menemui pria itu di kantornya untuk melepas rindu. Elisa tersenyum sambil meminum segelas vodka, dirinya sudah tidak sabar menunggu hari esok bertemu dengan sosok pria yang dia cintai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN