Jessi Milan, dokter pribadi Steven yang dulunya menjaga Mamanya saat sakit. “Naiklah ke atas, kamarnya pintu berwarna krem,” ucap Steven kepada dokter Jessi sambil mengambil bungkusan yang diserahkan oleh Edgar setelah berpakaian, menuju dapur untuk menghangatkan makanan yang sudah di buat tadi.
Steven membawa masakannya menuju kamar Skyla. Melihat Edgar yang berada di depan kamar, mengerti bahwa Skyla sedang diperiksa. Edgar yang melihat Steven membawa sebuah nampan yang berisi makanan ingin menggantikannya tetapi yang diterimanya adalah sebuah penolakan. Setahunya tadi saat melewati dapur tidak melihat ada maid disana. Jangan-jangan ... tidak mungkin, dalam pikiran Edgar tidak percaya bahwa bossnya sendiri yang memasak makanan tersebut.
Suara pintu terbuka membuat Edgar tersadar dari lamunannya, mereka langsung masuk kedalam dan melihat Skyla yang tengah bersandar di ranjang. Steven meletakkan makanan yang dibawanya ke samping meja ranjang lalu duduk di bagian tepi ranjang sambil memperhatikan wajah Skyla dengan lekat.
Jessi tidak pernah melihat Steven yang begitu khawatir terhadap wanita setelah Mamanya meninggal. Wanita ini sungguh luar biasa dan istimewa hingga bisa membuat manusia es ini cair. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya sedikit bengkak pada intinya. Aku sudah memberi obat untuk diolesi, karena ini pertama kalinya untuk Skyla, seharusnya kamu bisa menahannya bukan sebaliknya mengempurnya sampai begini. Untuk sementara kalian jangan melakukana dulu.”
“Denger itu! Terima kasih Dokter,” ujar Skyla tersenyum kepada dokter Jessi.
“Sama-sama, kalau begitu aku pamit dulu. Jika ada sesuatu, hubungi aku,” kata Jessi yang diantar oleh Edgar.
Sisa Skyla dan Steven yang ada di kamar. Steven mengambil piring masakannya, menyendoknya lalu meyodorkan ke mulut Skyla. Skyla mengerutkan dahinya melihat Steven yang mau menyuapinya. Ingin mengambil ahli sendok tersebut dari tangan Steven akan tetapi ditolak oleh pria itu. “Biar aku yang menyuapimu.” sambil menunggu Skyla membuka mulutnya. “Biar aku saja, yang sakit bagian ituku bukan tanganku,” protes Skyla meraih piring dan sendok dari Steven. Steven pun menyerah dan menunggu wanita itu menghabiskan makanannya. Lain hal dengan Skyla yang risih di pandangi terus oleh Steven, dengan cepat dihabiskan makanan itu lalu menyerahkannya kepada pria itu. “Sekarang istirahatlah,” ujar Steven menyelimuti Skyla. Skyla yang masih kelelahan dan badannya masih sakit pun langsung terlelap.
****
Skyla terbangun sangat pagi, badannya tampak lebih segar dan bagian bawahnya sedikit membaik. Wanita itu pun bergegas mandi dan bersiap untuk menuju perusahaannya. Karena ini masih terlalu pagi para pegawai yang terlihat hanya beberapa saja, itu pun adalah pegawai yang lembur. Memasuki ruangannya wanita itu mulai bekerja dan larut dalam dunianya sendiri.
“Oh my god! Akhirnya kamu datang juga. Aku semalam hampir gila dikarenakan mengatur ulang jadwal pertemuanmu dengan para klien.” keluh Lily sambil meletakkan berkas yang dibawanya. “Kemana aja kamu Sky? Kenapa semenjak di Amerika, dirimu menjadi hilang begitu saja. Apa terjadi sesuatu?”
“Tidak, aku di apartemen saja, tidak kemana-mana. Mungkin belakangan ini aku merasa kurang enak badan, membuatku terbaring lemah diranjang sepanjang hari. Maafkan aku tidak mengabarimu.”
“Lalu, bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Now, I feel better.”
“Syukurlah, lain kali beri tahu aku jika kamu sakit, aku akan merawatmu. Aku sudah berjanji pada Tante Anna untuk menjagamu selama disini.”
“Siap Bos.” Sambil memberi hormat kepada Lisa. “Jadi apa jadwalku hari ini, Bos?” Lisa pun tertawa kemudian membacakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh sahabatnya pada hari ini.
Steven yang baru saja menyelesaikan rapatnya, langsung berjalan kembali ke ruangannya. Mengambil duduk di kursi kebesarannya, pria itu tidak langsung melanjutkan pekerjaannya. Steven menekan interkom dan memanggil Edgar untuk ke ruangannya.
“Apa yang dilakukan wanita itu hari ini?” tanyanya Steven yang ingin tahu kegiatan Skyla di mansion.
“Nona Skyla hari ini pergi ke perusahan.” Steven yang mendengarnya langsung marah. “Wanita itu … tidak mengikuti perintahku. Siapkan mobil! Kita akan pergi ke perusahan Skyla.”
Skyla yang masih larut dalam pekerjaannya. Saking larutnya, sampai lupa sudah waktunya jam makan siang. Lily yang sudah memesan makanan, membawa makanan tersebut untuk diberikan kepada Skyla.
“Saatnya makan siang.”
“Letakkan saja di situ, nanti akan aku memakannya,” ujar Skyla tanpa memalingkan padangannya dari komputer.
Lily meletakkan makanannya di samping berkas yang menumpuk sambil menunggu Skyla. Melihat Lily menunggunya, langsung saja wanita itu menghentikan pekerjaannya. “Baiklah.” Kata Skyla sembari mengambil makanan tersebut untuk segera ia makan.
Mobil Steven sudah berada di depan gedung perusahan Skyla, pria itu langsung turun dan membuat para wanita menjerit melihat sosok pria nomor satu di Amerika itu datang ke perusahaan ini.
Steven berjalan masuk di ikuti Edgar dibelakangnya, mereka mengabaikan keadaan di sekitarnya. Menjadi pusat perhatian, itu hal yang sudah biasa bagi mereka berdua. Edgar menanyakan ruangan Skyla kepada resepsionis tetapi pegawai wanita itu mengatakan bahwa untuk menemui Skyla harus membuat janji terlebih dahulu.
Edgar melaporkannya kepada Steven dan ketika pria itu mendengarnya, alisnya mengerut. Steven menghampiri pegawai resepsionis itu dan memerintahkan, “Hubungi Skyla, bilang padanya aku mencarinya. Katakan juga, jika ia tidak menerimaku maka perusahaan ini akan tinggal nama.”
Mendengar ancaman tersebut, pegawai resepsionis itu langsung mendial nomor Lily dan mengatakan apa yang Steven katakan tadi. Setelah selesai menelepon, pegawai wanita itu langsung mempersilahkan Steven menaiki lift menuju lantai dimana letak ruangan Skyla berada.
Skyla yang berada didalam ruangannya merasa gelisah karena Steven datang menemuinya. Saat mendapatkan laporan dari Lily, Skyla langsung menuju ruang rapat. Ia tidak ingin Steven mengetahui identitasnya.
Steven sudah berada di depan pintu yang bertulis ruang rapat, langsung saja membukanya dan menyuruh Edgar untuk menunggu diluar. Melihat Skyla yang sedang duduk termenung disana langsung menghampirinya. “Kenapa tidak menuruti perkataanku?”
“Perkataan apa maksudmu?” tanya Skyla mengerutkan dahinya mencoba mengingat perkataan mana yang di maksud oleh Steven.
“Aku tidak mengizinkanmu keluar ataupun bekerja.”
Rupanya itu. “Aku sudah baik dan harus kembali bekerja. Aku tidak bisa mengharapkan Lily seorang untuk mengurus semua pekerjaanku.” Ekspresi Steven langsung berubah, pria itu tidak suka orang membantahnya. Steven langsung menarik tangan Skyla berjalan cepat keluar dari ruangan. “Hei! Mau kamu bawa aku kemana?” tanya Skyla sambil meronta mencoba melepaskan genggaman tangan Steven. Para karyawan melihat Bos nya ditarik oleh pria nomor satu di negara ini, terperangah.
“Bawa kita kembali ke apartemen,” perintah Steven kepada Edgar dan menutup celah pembatas mobil ini.
Skyla yang melihat tangannya kembali memerah karena Steven, rasanya ingin memarahi pria itu kembali. Tapi apa yang ia dapatkan, bukannya memarahinya malah bibirnya langsung diserang oleh ciuman dari Steven. Skyla melawan dengan memukuli d**a Steven tetapi tidak membuahkan hasil.
“Kamu bilang bahwa dirimu sudah membaik, kalau begitu kita bisa melakukannya disini. Kita belum mecobanya bukan? Bercinta di dalam mobil.” Kembali mencium Skyla dengan cepat dan dalam tanpa memberikan wanita itu menjawab pertanyaannya.
Skyla yang mendapat serangan itu awalnya tidak membalas, namun lambat laut mulai membalas lumatan Steven dengan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Dan terjadilah pergulatan di dalam mobil selama perjalanan menuju apartemen. Edgar yang menggemudi hanya bisa menyetel headset ditelinganya dengan suara yang keras sambil melajukan mobilnya dengan laju pelan. Nasib seorang asisten yang mendapati Bos seperti Steven.