CHAPTER 9

630 Kata
Di dalam mobil, Skyla terus memegang pergelangan tangannya yang terasa sakit. Steven melirik sekilas dan melihat memar merah pada tangan Skyla merasa begitu marah pada dirinya sendiri, ia telah menyakiti wanita itu. Steven mengambil tangan Skyla membuat wanita itu terkejut, ingin menarik tangannya malah mendapat bentakan dari pria itu. “Diam!” Skyla tersentak. Di usapnya tangan Skyla dengan lembut. “Maaf.” Skyla tertegun, alisnya berkerut. Ada apa dengan pria ini? Tadi marah-marah sekarang lembut dan perhatian. Perubahan sifat Steven yang dratis membuat Skyla bingung. “Maaf telah menyakitimu,” ucap Steven dengan penuh penyesalan. Mendengar permintaan maaf itu, Skyla langsung menarik tangannya dan bersikap seperti biasa. “Sudahlah, nanti akan aku obati. Sekarang buka pintunya, karena kamu Lily kutinggal untuk kedua kalinya.” “Tidak.” Steven langsung menyalakan mobilnya meninggalkan gedung mall tersebut. “Skyla!” teriak Lily yang baru keluar dan mendapati mobil yang membawa Skyla pergi meninggalkannya. Skyla berdecak kesal dan memilih melihat ke arah luar jendela. Mobil berhenti di gedung apartemen, Skyla langsung turun pergi meninggalkan Steven yang tengah mengambil barang belajaan wanita itu. Masuk ke dalam apartemennya, Skyla langsung menuju dapur untuk menghilangkan dahaganya. Skyla yang sedang minum tiba-tiba tersedak melihat pria itu berada di apartemennya. Steven yang mendapati Skyla terbatuk-batuk langsung menghampirinya menepuk pelan punggung wanita itu. “Kalau minum itu yang benar?” Skyla menipis tangan Steven dan berkata, “Bagaimana kamu bisa masuk?” “Apa yang tidak bisa aku lakukan? Semua berada dalam kendaliku bahkan termasuk dirimu.” “Siapa kamu? Kita tidak saling kenal? Jadi jangan ganggu hidupku!” Wajah Steven berubah menjadi dingin, menatap Skyla dengan tajam, mengikis jarak antara mereka Skyla hingga hidung mereka saling bersentuhan membuat Skyla menjadi salah tingkah. Steven melihatnya tersenyum smirk, dimiringkan kepalanya membuat Skyla langsung memalingkan wajahnya, takut jika pria itu tiba-tiba menciumnya kembali. Steven mendekatkan mulutnya di telinga Skyla dan berkata dengan suara seraknya. “Aku Steven Roller dan kamu adalah milikku.” Sedari tadi Steven sudah tergoda dengan leher putih Skyla, langsung saja pria itu mengecupnya hingga meninggalkan jejak merah disana. “Ahh.” Skyla terkejut, di dorongnya tubuh Steven dengan kuat. Tangannya langsung memegang leher area bekas ciuman Steven. “Apa yang kamu lakukan?” Dengan santai Steven menjawab, “Hanya memberikan tanda kepemilikan.” “AKU BUKAN MILIKMU!” tekan Skyla dengan tegas. Dengan sekali hentakan, pria itu menarik Skyla kepelukannya. Skyla meronta meminta dilepaskan. “Dengar Skyla, kamu adalah milikku. Selain aku, tidak ada yang boleh memilikimu,” geram Steven menggertakan giginya. “Lepaskan aku,” imbuh Skyla menahan air matanya agar tidak jatuh, tubuhnya juga sudah gemetar. Steven menyatukan kening mereka dengan tangan kanan memegang bagian belakang kepala Skyla sedangkan tangan kirinya mengelus lembut pipi wanita itu. “Istirahatlah,” ujarnya kemudian mencium dahi Skyla sebelum pergi meninggalkannya. **** “Sir, malam ini anda memiliki undangan ke pesta. Wanita mana yang ingin anda bawa untuk mendampingimu?” tanya Edgar kepada Steven yang tengah termenung larut dalam pikirannya. “Sir ... Sir ...” panggil Edgar beberapa kali yang malah mendapat pertanyaan dari Steven, “Bukannya menurutmu ada yang aneh?” Edgar yang tidak tahu arah pembicaraan Steven membuatnya bertanya, “Aneh bagaimana, Sir?” “Dia?” Edgar semakin binggung dengan perkataan Steven. “Dia siapa, Sir? Kalau boleh saya tahu?” “Skyla,” jawab Steven membuat Edgar paham. “Dari laporan yang kamu kasih tentangnya, tertulis dia hanya seorang karyawan biasa.” “Lalu anehnya dimana, Sir?” “Bagaimana seorang karyawan bisa tinggal di unit apartemen elit? Bukankah ini aneh? Tidak mungkin perusahan memberikan fasilitas mewah kepada karyawan biasa.” Edgar yang mendengarnya membenarkan apa yang dikatakan Bos nya, ini memang aneh. “Hubungi Elisa, dia yang akan mendampingiku ke pesta malam ini.” “Baik Sir.”                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN