Skyla telah siap untuk menghadiri acara undangan kolega bisnis perusahaan Parker. Karena dirinya berada di Amerika, William menyuruhnya mewakilinya untuk menghadiri pesta tersebut. Skyla mengenakan gaun panjang yang atasnya tertutup tapi dibawahnya terdapat potongan panjang dibagian samping yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Terlihat sexy dan elegan dengan tatanan rambut di sanggul rendah, memperlihatkan leher jenjangnya serta make up natural semakin membuatnya terlihat cantik.
Menghadiri pesta sendiri tanpa mengajak Lily bersamanya, karena tidak ingin menggangu waktu wanita itu dengan sang kekasih. Sebenarnya Skyla tidak begitu menyukai acara pesta beginian dikarenakan risih akan tatapan mata para pria yang seakan ingin menerkamnya, juga para wanita yang menatap iri kepadanya. Wanita itu lebih memilih berada di rumah, bersantai ria, menghabiskan waktu membaca novel di kamarnya.
Melihat sekitarnya, mencari tuan rumah pesta untuk menyapanya sekaligus berpamitan. “That is.” Mendapati tuan rumah pesta sedang berbincang dengan beberapa koleganya, dengan senyum cantik Skyla berjalan menghampiri Mr. Stuart selaku tuan rumah pesta tersebut.
“Mr. Stuart, selamat atas perayaan ke sepuluh tahun perusahaan anda,” ucap Skyla mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan sang tuan rumah.
“Hahaha ... terima kasih Nona cantik. Kalau boleh tahu Nona dari perusahaan mana?” tanya Mr. Stuart yang terus menggenggam tangan Skyla tanpa mau melepasnya.
“Skyla Parker, putri dari William Parker. Saya mewakilinya menghadiri undangan anda,” jelas Skyla tersenyum lebar sambil mencoba menarik tangannya dari genggaman tua bangka m***m ini.
“Hahaha ... Tidak ku sangka, William mengutus Putrinya yang misterius ini menghadiri perayaan perusahaanku. Pantesan William menutup rapat Putrinya selama ini, rupanya Putrinya sangat cantik. Malam ini bisa bertemu langsung dengan anda, tentu saja menjadi suatu kehormatan bagiku.” Mengambil tangan Skyla dan mengecupnya.
Skyla hanya bisa tersenyum dan membiarkan Mr. Stuart mencium punggung tangannya. Seketika Skyla merasakan hawa dingin yang menyelimutinya. Mengalihkan pandangannya, matanya terbelalak saat mendapati sosok yang tengah memandangnya dengan tatapan tajam.
****
Malam ini Steven menghadiri acara undangan perusahaan kolega bisnisnya bersama Elisa. Seperti biasa mereka menjadi sorotan dan pasangan paling dinantikan oleh para tamu sekaligus tuan rumah pesta.
Mr. Stuart selaku tuan rumah pesta langsung menghampiri Steven dan Elisa. Menyambut mereka dengan ramah bersama kolega bisnis lainnya. Steven hanya diam, tidak menanggapi perkataan mereka sambil meminum gelas wine di tangannya.
Elisa membisikkan sesuatu di telinga Steven setelah itu pergi meninggalkannya sendiri. Steven yang merasa bosan tiba-tiba mendengar suara wanita yang dikenalinya. Matanya terbelalak melihat sosok wanita yang tak jauh darinya. Wanita itu Skyla Rose. Wanita yang memenuhi pikirannya belakangan ini setelah pertemuan terakhir mereka di apartemen wanita itu. Dipandanginya Skyla dari atas sampai bawah, dahinya mengernyit saat melihat gaun yang dikenakan wanita itu. Menyadari para pria menatap wanita tersebut dengan tatapan lapar, Steven menggertakan giginya berusaha menahan diri untuk tidak menyeret Skyla pergi dari ballroom ini.
Skyla terlalu fokus berbicara dengan Mr. Stuart tidak menyadari bahwa Steven berada di dekatnya. Mata Steven memandang tajam tangan Mr. Stuart yang tidak mau melepas tangan Skyla setelah berjabat tangan. Terus memperhatikan kedua orang itu berbicara sampai Skyla memperkenalkan dirinya dengan menyebut nama Parker dibelakang namanya membuat Steven menaikan satu alisnya saat mendengarkannya.
Seketika wajah Steven mengelap, aura dinginnya keluar saat matanya menangkap tua bangka itu mengecup tangan Skyla. Orang yang berada disekitarnya seketika merinding merasakan hawa dingin itu hingga menusuk tulang mereka, begitu juga dengan Skyla yang ikut merasakannya. Mengalihkan pandangannya, ia terkejut saat mendapati Steven yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
Skyla langsung memalingkan wajahnya sembaroi tersenyum kepada Mr. Stuart, secepatnya berpamitan mengundurkan diri. Mata Steven tetap terpaku pada sosok Skyla hingga wanita tersebut menghilang dari padangannya. Tidak ingin kehilangan jejak, pria itu lekas mengikuti Skyla dari belakang. Melupakan dirinya datang bersama Elisa. Dengan sekali hentakan menarik tangan wanita itu hingga tubuh mereka bertabrakan. Skyla menatap kedua mata Steven, tanpa diduga pria itu langsung melumat habis bibirnya. Sudah cukup kesabaran Steven, menahan diri sedari tadi melihat semua kejadian yang ada di dalam sana. Menyalurkan letupan emosi dari dalam dirinya dengan sebuah ciuman. Skyla mencengkram erat jas Steven sebagai pegangan sembil berusaha melepaskan diri tetapi tidak berhasil.
Hingga beberapa menit, barulah Steven melepas pangutan bibir mereka saat merasakan pasokan oksigen menipis. “Apa kau tahu kesalahanmu?” tanya Steven dengan nafas memburu.
Skyla yang mengatur nafasnya juga langsung membalas, “Kesalahan apa yang kau maksud? Aku merasa tidak membuat kesalahan.” Sambil menatap wajah Steven.
“Benarkah? Sebelum aku memberitahu kesalahanmu, akan ku beri hukumanmu terlebih dahulu,” bisik Steven dengan suara serak, menghembus deru nafasnya pada telinga Skyla.