CHAPTER 6

1043 Kata
Amerika Sampai di Amerika, mobil Skyla langsung menuju tempat dimana ia akan tinggal dalam waktu satu bulan di negara ini. Skyla memilih tinggal di apartemen daripada mansion keluarga Parker. Itu semua karena dirinya hanya tinggal sendiri dan Lily tinggal bersama kekasihnya. Kekasih Lily adalah orang Amerika jadi wajar saja dia lebih  memilih tinggal bersama sang kekasihnya apalagi selama ini mereka hubungan jarak jauh alias LDR. Apartemen yang Skyla huni merupakan apartemen elit di Amerika. Walaupun ada penthouse tapi Skyla lebih nyaman dengan apartemen karena penthouse terlalu besar baginya. Sampai di kamar, Skyla langsung menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Selama enam belas jam penerbangan membuat dia jetlag. Dirinya langsung jatuh tertidur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Keesokkan harinya Skyla terbangun karena sinar matahari yang menyinari wajahnya dari jendela. Skyla menutup wajahnya dengan tangannya lalu bangun terduduk di ranjangnya melihat jam waker di meja yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Turun dari ranjang, jalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh, setelah selesai Skyla membuka kopernya dan mulai menyusun barang-barangnya ke dalam walk in closet. Karena hanya sebulan, Skyla tidak mempekerjakan pelayan sehingga ia sendiri yang harus menyiapkan dia sarapan. Skyla berencana untuk pergi ke supermaket terdekat untuk mengisi kulkasnya. Memakai make up tipis, merasa dirinya sudah siap, diraihnya tas kecil dan berjalan keluar dari apartemennya. Saat memasuki lift, Skyla melihat seorang pria dengan setelan jas mahal sedang fokus pada tablet yang ada ditangannya. Melihatnya, Skyla tersenyum tipis teringat dengan dirinya yang sama dengan pria itu jika sudah menyangkut masalah pekerjaan dimana-mana akan menggunakan waktu untuk bekerja. Pria tersebut merasa diperhatikan seketika mengangkat wajahnya. Skyla terkejut ketika pria itu menatapnya, lebih tepatnya tampang wajahnya. Skyla yang sudah bertemu banyak pria tampan di luar sana mengakui bahwa pria di depannya melebih ketampanan dari pria yang sudah pernah dijumpainya. Pria itu memandang wanita yang berada di depannya dengan tatapan dingin. Matanya bergerak dari bawah memperhatikan pakaian wanita tersebut yang tidak ada seksi-seksinya sampai pada wajah wanita tersebut, pria itu terkejut. Wajah wanita itu sangat mulus dan cantik, tidak ada polesan make up tebal beda dengan wanita yang selama ini ia jumpai yang selalu bermake up tebal dengan pakaian ketat. “Sudah puas memandangku Nona? Tutup mulutmu sebelum air liurmu jatuh,” ucap pria itu sambil menahan tawanya melihat wajah wanita tesebut begitu lucu baginya. Menyadari untuk pertama kalinya dirinya kembali tertawa serta memperhatikan seseorang begitu cermatnya. Senyum tipis terukir di bibir pria itu. “Menarik.” Skyla yang tersadar langsung menutup mulutnya, memalingkan wajahnya yang sudah memerah dan menekan tombol lift dengan cepat agar dirinya bisa lekas keluar dan pergi dari hadapan pria ini. “Ah … betapa memalukan.” Melihat tingkah wanita tersebut, membuatnya tidak bisa menahan tawanya lagi. Meledaklah tawa pria itu sambil memegang perutnya. Wajah Skyla semakin memerah, ditertawai oleh pria tak dikenal adalah hal paling memalukan dalam hidupnya. Pintu lift terbuka, segera ia keluar dengan wajah ditekuk, marah kepada dirinya sendiri bisa bertingkah bodoh seperti itu. Pria itu masih tertawa tiada henti sambil menghapuskan air matanya yang keluar, pria itu adalah Steven Roller. Steven tidak menyangka bahwa dia bisa tertawa begitu lepas karena hanya tingkah konyol wanita itu. Sudah berada di supermarket, Skyla langsung memilih bahan makanan yang dibutuhkan. Wajahnya masih ditekuk mengingat kejadian di lift tadi. Sampai di apartemen, segera ia menyusun belanjaannya di kulkas setelah itu memasak untuk dirinya. Habis makan makanannya, wanita itu berjalan menuju ruang kerjanya mempelajari berkas untuk besok.          Sedangkan pria yang berada di lift tadi, keluar setelah sampai di lantai tujuannya. Kedua ujung bibirnya masih tertarik menampilkan senyum. Pria itu berjalan menuju mobil yang terpakir menunggunya dengan seorang pria bersetelan jas merupakan asisten pribadinya. Merasa moodnya baik karena wanita lift tadi, membuatnya menyapa asistennya itu. “Selamat pagi, Edgar.” Edgar yang mendengar kalimat itu, sontak terkejut. “Sepertinya diriku mendengar sesuatu? Ah … tidak … tidak … telingaku pasti bermasalah,” seru Edgar pada dirinya sendiri. Yah, pria lift itu adalah Steven Roller, sang penguasa Amerika. Steven membuka kaca mobilnya, menatap Edgar yang tengah mengorek telingnya sontak berkata, “Apa yang kamu lakukan? Cepat masuk! Aku tidak ingin terlambat karena kegiatan bodohmu.”  “Ah … baik Bos,” jawab Edgar langsung memasuki mobil dan membawanya mereka ke perusahaan. Dalam perjalanan, senyum itu masih tak lepas dari wajah Steven. Edgar yang berada didepan merasa terheran. Selama bekerja dengan Steven, pria itu tidak pernah tersenyum. Apa yang telah terjadi? **** Jam waker berbunyi menunjukkan pukul tujuh pagi, Skyla meraba di sekitar meja lalu mematikan alarm tersebut. Bangun dari berbaringnya dan melakukan rutinitas paginya. Lily yang sudah menunggu di bawah lobby apartemen melihat Skyla keluar dari lift langsung menyapanya, “Good morning Skyla.”    “Morning Lily, kelihatannya wajahmu begitu fresh. Berapa ronde semalam?” goda Skyla dengan suara bisikan. Lily yang di tanyakan seperti itu wajahnya langsung memerah, dipukulnya lengan Skyla. “Auch!” rintih Skyla. “Pagi-pagi nanya kok itu,” cetus Lily membuat Skyla tertawa. “Serius ... berapa ronde semalam?” Skyla kembali menggoda Lily sambil mereka berjalan menuju mobil. Kini Skyla dan Lily sedang menunggu investor untuk pembahasan tentang pembangunan Hotel Sky di sebuah restoran ternama di kota New York. Pertemuan itu berlangsung di ruang vip, melihat jam di tangannya masih ada waktu Skyla beranjak permisi untuk ke toilet sebentar. Saat Skyla berjalan menuju toilet, di̶a tidak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita seksi sehingga membuat dirinya tersiram kopi dan mengenai roknya Skyla. “Hei! Kalau jalan lihat-lihat!" murka wanita seksi itu. Skyla yang mendengar langsung menatap tajam wanita itu. “Nona, yang salah itu anda? Malah nuduh orang. Lain kali kalau jalan itu lihat kedepan bukannya lihat buah d**a sendiri,” balas Skyla dengan lantang. “Sial! Kalau saja wanita seksi itu berjalan dengan mata melihat kedepan bukan pada bongkahan plastik yang mengelantung itu pasti kejadian ini tidak akan terjadi.” “KAU—” Sebelum wanita seksi tersebut selesai bicara, Skyla sudah pergi meninggalkannya menuju toilet untuk membersihkan noda pada roknya. Skyla melihat jam tangan di tangannya dan mendesah karena tidak memiliki waktu lebih untuk berganti pakaian. Membuka blazernya, menampilkan lekuk tubuhnya. Ia merutuki dirinya yang memilih gaun yang cukup ketat. Tidak ada pilihan lagi, menggunakan blazernya menutupi roknya yang ternodai dengan mengikat kedua sisi lengan panjangnya pada pinggangnya. Saat Skyla keluar dari toilet, tiba-tiba seseorang menariknya.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN