CHAPTER 7

1098 Kata
Skyla yang belum sempat berontak sudah memasuki toilet kembali. Sesaat itu baru sadar bahwa toilet yang dimasukin bukanlah toilet wanita melainkan pria. Amarah Skyla langsung memuncak, membalikkan badannya untuk memaki orang yang berani menariknya tapi suaranya tidak keluar saat melihat siapa pelaku tersebut. “Kamu? Kenapa menarikku?” tanya Skyla marahnya. “Justru aku yang harus bertanya, pakaian apa yang kamu kenakan? Ingin menggoda para pria di siang hari?” tanya Steven dengan tatapan tak suka melihat pakaian wanita lift yang semalam ia jumpai. Skyla merasa aneh dengan pria lift yang ia jumpai semalam. Apalagi melihat wajah pria itu, mengingatkannya pada kejadian di lift. Wajahnya kembali memerah, rasa malu itu masih ada. Melihat wanita itu hanya diam, sibuk dengan pikirannya sendiri membuatnya semakin berang. “Apa yang kamu lakukan disini dengan pakaian seperti ini?” Untuk pertama kalinya Steven mempertanyakan dan mempermasalahkan pakaian seseorang. Itu karena wanita yang dihadapannya, hanya pada wanita ini Steven jadi begitu banyak bicara. Skyla tidak menanggapi pertanyaan pria lift, memilih pergi meninggalkan pria itu. Waktunya telah habis, Skyla tidak ingin kliennya menunggunya. Diabaikan dan ditinggalkan oleh wanita adalah sesuatu hal yang pertama kalinya bagi Steven. Amarah Steven langsung meledak, Steven langsung mengejar wanita itu, menarik tangannya membawanya keluar dari restoran. Edgar yang mencari Steven, melihat Bos nya menarik seorang wanita langsung mengejarnya. Melihat Edgar, Steven menjulurkan tangannya. Edgar yang mengerti langsung melemparkan kunci mobil kepada Bos nya. Steven membuka pintu mobil dan mendorong Skyla masuk ke dalam kemudian mengendarai mobil tersebut pergi meninggalkan restoran. Skyla yang berada dalam mobil berteriak marah. “Apa yang kamu lakukan? Hentikan mobilnya? Apakah kamu sudah gila? Aku ada pertemuan bisnis disana?” Steven tidak mempedulikan suara teriakan Skyla, pria itu malah menambah kecepatan laju mobilnya sehingga membuat Skyla ketakutan. “Pelankan mobilnya, aku mohon pelankan mobilnya.” Skyla yang takut, memegang pegangan samping atas mobil sambil memejamkan matanya hingga kelelahan dan jatuh tertidur. Tidak mendengar suara teriakan lagi, Steven menoleh kepalanya sekilas ke samping. Seutas senyum tercetak diwajahnya, laju mobil kembali normal hingga sampai di tujuan. Steven menggendong Skyla memasuki penthousenya, membawanya ke kamar dan membaringkannya di atas ranjang, melepas heels serta menyelimutinya. Sebelum keluar, tangannya mengelus lembut wajah Skyla. Steven juga memberi kecupan pada kening wanita liftnya. “Sleep tight, Baby.” Skyla terbangun dari tidur nyenyaknya, menatap langit-langit dinding kamar, alisnya berkerut. “Dimana ini?” Mencoba berpikir, kedua mata Skyla membulat membesar. Skyla langsung memeriksa pakaiannya, untunglah masih sama. Ini bukan kamarnya, mencoba mengingat kembali bagaimana dirinya bisa sampai di kamar asing ini. Skyla meremas rambutnya, ia telah melewatkan pertemuan dengan kliennya. Ini semua karena pria lift gila itu, jika tidak bertemu dengannya maka pertemuan itu akan berjalan lancar. Skyla bangun mencari tasnya, setelah menemukannya ia berjalan menuju pintu kamar ini. Saat dirinya membuka pintu, kepalanya terbentur sesuatu yang keras hingga membuat tubuhnya terhuyung kebelakang. Saat tubuhnya hendak menyentuh lantai, sebuah tangan melingkar mengelilingi pinggangnya. Kedua mata itu bertemu, Skyla meneguk ludahnya, pria ini benar-benar sempurna, alis mata yang tebal, bola mata yang indah, hidung yang mancung selaras dengan bibir tipis dan lembab juga rahang kokoh yang mengeras. “Terpesona, hm?” Seketika tersadar, Skyla langsung mendorong pria itu. “Tidak!” bohong Skyla yang tidak mau mengaku. Seutas senyum terbit di wajahnya. “Turun, makanan sudah siap.” Setelah itu pergi meninggalkan Skyla. Senyum diwajahnya  melebar mengetahui wanita tersebut mengikutinya dari belakang. Skyla terperangah, mulutnya menganga lebar melihat kemewahan penthouse ini. Penthouse milik keluarga Parker kalah jauh. “Siapa sebenarnya pria ini?” Terlihat beberapa maid sibuk menghidangkan makanan di atas meja. Steven yang sudah duduk menatap Skyla dan menyuruhnya untuk segera duduk. “Anda ingin jus atau air putih, Nona?” tanya maid. “Just call me Skyla, aku ingin jus.” Skyla tersenyum kepada maid yang menuangkan jus ke gelasnya. “Terima kasih.” Skyla menatap makanan di piringnya kemudian menatap punya pria lift secara bergantian. Steven yang tahu apa yang ditatap oleh wanita itu, segera ia mengambil piringnya dan menukarkannya dengan milik Skyla. Senyum terukir di wajah Skyla, ia langsung menyantapnya. Steven diam-diam melirik ke arah Skyla, tercetak senyum tipis di bibirnya. Para maids yang masih berada disana terkejut melihat perlakuan tuannya. Selama mereka bekerja, tidak pernah melihat tuannya memperhatikan seseorang sebegitunya. Steven yang selesai, beranjak meninggalkan Skyla yang masih menyantap makanannya. Skyla yang melihatnya langsung menghentikan kegiatan makanannya dan mengejar pria lift itu. “Hei ... kamu! Berhenti.” Memasuki ruangan yang berbeda, pandangan matanya menatap sekelilingnya. Mereka berada di ruang kerja Steven. “Aku mau membuat perhitungan denganmu.” Alis Steven mengerut. “Karena kamu membawaku pergi dari restoran, pertemuan bisnisku jadi batal,” murka Skyla. Melihat bagaimana wanita itu marah membuat Steven gemas, ingin rasanya mencumbunya. Steven menatap Skyla dengan wajah datar, berjalan mendekatinya, membuat sang empu langsung mundur beberapa langkah hingga tak sadar sudah  bersandar pada pintu. Dengan kedua tangannya Steven mengurung Skyla. “Lepaskan aku?” Mendorong d**a Steven, bukannya menjauh melainkan sebuah ciuman yang dia dapat. Skyla yang mendapat serangan itu, membulatkan matanya besar, tangannya mendorong tubuh pria itu agar terlepas tapi tidak bisa dikarenakan kalah tenaga. Steven terus menciumnya, menekannya dipintu menghiraukan perlawanan dari Skyla. Steven menggigit bibir bawah Skyla, membuat lidahnya menerobos masuk ke dalam. Merasakan bibir bawahnya digigit, otomatis Skyla membuka mulutnya dan merasakan lidah pria itu meluncur di antara giginya. Ciuman Steven dari yang kuat menjadi lembut membuat Skyla terhanyut dan memulai membalas ciuman itu. Mendapat balasan, Steven tersenyum disela ciuman mereka. Semakin memperdalam ciumannya dengan mengangkat tubuh Skyla, membuat wanita tersebut memeluk pinggang Steven dengan melingkarkan kedua kakinya. Steven membawa tubuh Skyla ke meja kerjanya tanpa melepas ciuman mereka. Tangannya turun meraba paha dalam Skyla dengan gerakan yang ringan membuat Skyla merasakan sensasi geli seperti gelitik. Tangan Steven perlahan masuk kedalam dan memijatnya. “Aahh.” Suara desahan keluar dari mulut Skyla saat merasakan jari tangan pria itu. Steven melepaskan ciuman mereka, melihat bibir wanita itu sudah bengkak akibat ulahnya. Senyum lebar tercetak di wajahnya apalagi melihat mata wanita itu terpenjam menikmati sentuhan lembut yang diberikan. Menambahkan satu jarinya lagi dan memulai gerakan memompa berirama lambat membuat Skyla semakin melayang. Meningkatkan ritme, merasakan inti wanita itu mulai berkedut membuat Steven bertanya, “Bagaimana dengan miliknya yang besar masuk kedalam?” Membayangkannya membuat miliknya semakin menegang meminta kepuasan. “Nghh ... ahh ....” Tubuh Skyla bergetar hebat saat mencapai pelepasannya. Steven begitu puas memandang wajah wanita lift mencapai pelepasannya. Ia menarik jarinya yang basah oleh cairan pelepasan wanita itu dan menjilatnya. Melihat wajah lelah Skyla, menggendongnya seperti koala berjalan menuju kamarnya. Dengan lembut membaringkannya, membelai rambut panjang Skyla. “Mulai sekarang kamu milikku.”      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN