Pertemuan

1517 Kata

Khanza berjalan pelan di koridor sekolah, perasaannya terus berkecamuk. Ia takut, bahkan sangat takut. Khanza mendudukkan dirinya di bangku yang biasa dia tempati. Gail dan Niko belum datang. Membuat peraan cemas makin menjadi. "Percuma cantik, kalau obralan!" celetuk Fitri sembari mengoles kukunya dengan kutek. "Barang bekas, pantesnya emang dibuang!" sindir teman cewek yang lainnya. Khanza meremas rok seragamnya. Apa mereka mengatainya? Perasaan dia tak pernah cari gara-gara. Tapi kenapa mereka senang mengusik dirinya. Khanza mengambil ikat rambut di tas nya. Dalam hati ia tersenyum miring saat teman-teman perempuannya menatapnya kagum. Bagaimana tidak kagum. Hanya sebuah ikat rambut saja ada berlian cantik yang menghiasinya. Berlian itu nampak bersinar. Namanya perempuan, selalu meng

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN