Annisa menatap bunga mawar merah yang baru saja ia sirami. Makin lama bunga mawar itu makin terlihat berwarna merah seperti darah. Baru dia akan duduk terdengar suara berisik di ruang tamu. “Ada apa ini?” Annisa bersuara lembut. Fian yang sejak tadi ditahan para bodyguard keamanan segera memberi ruang pada Annisa. “Fian ...” Annisa menatap luka di sekujur wajah Fian. “Kenapa kalian menyakitinya di....” “Karena aku memerintahkannya!” Annisa sontak menoleh ke sumber suara, dan terlihat Darel berdiri, menatap Fian dengan raut kemarahan. “Ap ... Apa? Darel, dia hanya ingin ...” “Bawa pria ini keluar!” perintah Darel cepat. “Tunggu! Biarkan aku mengobatinya dulu,” Annisa memohon menatap Darel. “Cepat bawa dia keluar, Bodoh!!” Darel membentak orang-orangnya sebal. Annisa