Fian mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, pikirannya berkecamuk ke mana-mana. Kata-kata Annisa terus terbayang di kepalanya. ‘Apa maksud Annisa tentang dia itu b***k?’ pikiran itu terus berputar di kepalanya. Dan hanya satu yang bisa menjawabnya, Aditama. Fian memasuki lingkungan ruamh sakit. Kakinya berkeliling mencari Aditama sampai pada sebuah taman. Aditama tengah duduk di taman menatap jalan raya. Fian mendekat ke sana lalu duduk di kursi yang berada di depan Aditama. “Fian, kau sudah kembali, Nak. Di mana Annisa?” Aditama mengedarkan pandangannya mencari Annisa. “Maaf, Paman. Suami Annisa tidak mengizinkan Annisa pergi.” Fian menundukkan kepalanya menyesal. Aditama hanya mengembuskan napas kecewa. Dia memang yakin ini akan terjadi, tapi apa salahny