Malam harinya, Revan menyusul Asila yang sudah berbaring lebih dulu di atas ranjang. Revan berbaring di samping Asila. Diletakan kepala Asila di atas lengannya. "Kamu kelihatan bahagia sekali." Revan mengecup kening istrinya. "Aku selalu bahagia, kalau kita di sini. Aku besar di sini, menerima limpahan kasih sayang, dan cinta dari keluarga ini. Keluarga yang tidak mengalirkan darahnya di dalam tubuhku. Namun menyayangiku, seakan darah mereka ada di dalam tubuhku." Asila mengusap air mata yang hampir meluncur di sudut matanya. Revan mengecup kembali kening Asila. "Di mana keluarga kita berada, akan selalu menjadi tempat ternyaman bagi kita." "Pinggang Abang Yevan masih sakit? Harusnya dipijit." "Tidak apa-apa. Cuma sakit sedikit." Revan mengusap perut Asila lembut. Asila mendongakkan

