Revan menatap Rara dengan bingung. "Peluk.... " gerak bibir Rara mengucapkan itu. Revan berbalik, ia duduk di tepi ranjang, diraih tubuh Asila, ia bawa ke dalam pelukannya. "Pergi! Pergi!" Asila memukuli punggung Revan. "Maafkan aku.... " Bisik Revan. Tangis Asila mereda, hanya tersisa isakannya. Rara masih berjaga di ambang pintu, takut kalau ada yang datang, dan melihat apa yang sedang terjadi. "Sekarang katakan Acil. Acil ingin aku pergi, atau tetap di sini?" Asila tidak menjawab, didorong d**a Revan agar pelukan mereka terlepas. "Di sini rumahmu, tempatmu, keluargamu. Biar aku yang pergi.... " Asila masih berusaha mengingkari perasaannya. "Aku laki-laki, sudah sewajarnya laki-laki pergi jauh dari rumahnya." Asila tidak bersuara lagi, ditarik selimut hingga menutup sampai ke

