Vani menatap putrinya yang menggeliat dengan mata berlinang. Semenjak menyelesaikan sarapannya pagi ini ia langsung meminta untuk di bawa pada putrinya dan disinilah dia saling tatap-tatapan dengan bayi yang baru beberapa menit lalu bangun. “Dia ikutan sedih kalau bundanya sedih,” ucap seseorang pelan. Vani mendapati Haris dengan jas dokternya, juga sedang menatap objek yang menjadi satu-satunya pusat perhatian Vani sejak tadi. “Semua akan jadi baik-baik saja, Van, aku janji,” ucap Haris yang sekarang gantian menoleh pada Vani. “Maaf, Ris, mungkin karena aku jahat sama kamu makanya Tuhan ngambil anak aku,” ucap Vani lirih. “Kamu ga salah, jangan pikir apa-apa lagi, fokus saja agar kamu segera pulih. Aku antar ke kamar ya? Sudah jadwalnya makan siang.” Mau tak mau Vani mengangguk, k