. . . Ucup di seberang sana menyatukan kedua alisnya melihat tingkah Vani. Ia tau bahwa kemungkinan Vani masih marah padanya karena pernikahan mereka yang tak pernah ia singgung, tapi bukan seperti anak-anak yang takut dimarahi seperti ini. Ucup pun meletakkan hapenya di dekat jendela dimana ia sedang berdiri saat ini. Ia memangku kedua tangan di d**a sambil melihat sampai kapan Vani akan menunduk dan tidak melihatnya. Ucup menatap datar layar yang hanya menujukkan rambut Vani yang menutupi sisi wajahnya, ia sudah bosan. “Cha, kamu masih ngobrol sama Ucup? ayo makan!” teriak mama Tari, yang sangat disyukuri Vani. Ia segera berlari ke luar kamar, menyelamatkan jantungnya yang sejak tadi bergerak tidak karuan. Meninggalkan Ucup ang mengumpat di dalam ponsel. Alif sangat senang dan