“Kok jadi lo yang nangis, si, Ti?” kekeh Putra geli. “Apa gue ga lebih berarti dari orang yang cari nafkah dari elo, Put? Sampai lo ga mau cerita?” isak Tia. Jangankan untuk mencoba meyakinkan Vani beserta seluruh keluarganya, memiliki keinginan untuk demikian saja ternyata Putra sudah tidak diizinkan. Apa cewek sialan yang seumur hidupnya menggantungkan perasaan Putra memang sengaja ingin membuat temannya ini hancur? Apasih yang ia banggakan selain kekayaan orang tuanya? Wajahnya saja tidak bisa dibandingkan dengan sederet artis papan atas Indonesia. “Udah ya, Ti, omongan lo makin maksa gue untuk ngasih keberartian yang ga akan pernah bikin lo puas.” “Ya jelas, kalo gue berarti ga mungkin lo sembunyiin masalah lo dari gue.” “Udah ya.. Tia kan cantik,” bujuk Putra, padahal seharusnya