Mata Sean melotot mendengar pertanyaan Zefanya yang menghantam kalbu terdalam. “Apa yang aku rasakan untuk Ghea, sama sekali bukan urusanmu!” desisnya mulai terengah, marah.
Namun, sang istri menyeringai cuek, “Akui saja kamu masih mencintai dia, dan itulah kenapa kamu marah kepadaku saat ini! Kamu marah karena aku ribut dengannya, ‘kan?”
“Cih, dia begitu besar kepala saat mengatakan bahwa kamu akan menendangku ke jalan jika ia ingin kembali padamu. Tapi, itu jadi membuatku penasaran, apa kamu benar akan melakukannya?”
“Dia sudah bersuami, di mana suaminya kamu jadikan tangan kanan. Apa kamu sengaja begitu supaya sering bertemu dengannya? Membesarkan Reagan bersama hanyalah alasan omong kosong sekadar agar kalian bisa bertemu!” utas Zefanya tersenyum sinis.
“Kamu tidak tahu apa-apa me
