Acara gala dinner berlangsung di ballroom mewah sebuah hotel bintang lima di pusat kota.
Lampu kristal yang berkilauan menggantung di langit-langit, meja-meja dihiasi dengan bunga segar dan peralatan makan yang berkilau.
Para tamu yang hadir adalah para pengusaha, pemimpin perusahaan, dan tokoh-tokoh penting di dunia bisnis.
Sky melangkah masuk dengan percaya diri, sementara Star bergandengan di lengannya. Sejak awal, semua mata tertuju pada mereka.
Sky menoleh ke arah Star dan berbisik, “Kau tahu, aku rasa mereka lebih tertarik melihatmu daripada aku.”
Star tertawa kecil, mencoba menutupi rasa gugupnya. “Jangan berlebihan.”
Sky tersenyum. “Aku serius. Kau benar-benar memukau malam ini.”
Mereka berjalan ke meja yang telah disiapkan untuk Sky. Selama beberapa menit pertama, Star hanya duduk diam, mengamati bagaimana Sky dengan mudahnya bercengkerama dengan tamu lain.
Ia berbicara tentang bisnis, investasi, dan berbagai topik serius lainnya. Namun, setiap beberapa saat, Sky akan melirik ke arah Star, memastikan bahwa dia merasa nyaman.
Ketika makan malam dimulai, Sky memperkenalkan Star kepada beberapa kolega bisnisnya.
Star tersenyum sopan sambil menjabat tangan mereka satu per satu. Ia terbiasa dengan lingkungan seperti ini, jadi dia tahu bagaimana membawa diri dengan anggun.
Kemampuannya dalam berbicara dengan orang baru, yang diasah dari pekerjaannya di bidang marketing, benar-benar membantunya malam ini.
Ia bahkan berhasil membuat beberapa tamu tertawa dengan humornya yang cerdas dan terkadang berbicara tentang bisnis yang ternyata cukup luas wawasannya.
Di tengah-tengah acara, Sky mengajaknya keluar ke balkon untuk menghirup udara segar.
Balkon itu menghadap pemandangan kota yang gemerlap di bawah langit malam. Sky bersandar pada pagar, memandang Star dengan senyum hangat.
“Terima kasih sudah menemaniku malam ini,” kata Sky.
“Tidak masalah. Lagipula, kau bilang butuh pasangan, kan?” balas Star sambil menyentuh pagar balkon.
Sky mengangguk, tetapi kemudian berkata dengan nada lebih serius, “Aku tidak hanya butuh pasangan untuk tampil di acara ini. Aku butuh seseorang yang membuatku merasa nyaman di tengah kerumunan seperti ini. Dan kau berhasil melakukan itu.”
Star menatapnya, sedikit tersanjung dengan kejujuran Sky. Dia hanya mengangguk saja, tak tahu harus berkata apa.
Sky melanjutkan, “Bahkan, kau berhasil membuat beberapa kolegaku terkagum-kagum dengan caramu berbicara dan kau hebat dalam melobi.”
“Itu memang bidangku dan kemampuanku,” kata Star, sedikit lega karena Sky merasa bangga membawanya ke sana.
“Tentu saja. Kau selalu bisa membuat orang merasa nyaman di sekitarmu, Star. Itu salah satu hal yang kusukai darimu.”
Mendengar itu, Star merasa hatinya berdebar. Sky sering menggoda dan bercanda, tetapi malam ini ada sesuatu yang berbeda dalam caranya berbicara.
Seolah-olah kata-katanya membawa makna yang lebih dalam.
*
*
Ketika mereka kembali ke dalam ruangan, sebuah musik lembut mulai dimainkan oleh orkestra.
Beberapa pasangan mulai berdansa di lantai dansa yang diterangi lampu-lampu temaram. Sky menoleh ke arah Star dengan senyum nakal.
“Mau berdansa?” tawarnya.
Star terkejut. “Aku … aku tidak terlalu pandai berdansa. Aku selalu menghindari sesi seperti ini.”
“Tidak masalah. Aku juga tidak. Ayo,” jawab Sky sambil mengulurkan tangannya.
Setelah beberapa detik ragu, Star akhirnya menerima tangan Sky. Mereka melangkah ke lantai dansa, di tengah pasangan-pasangan lain.
Sky meletakkan satu tangannya di pinggang Star, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Star dengan lembut.
Langkah mereka lambat dan penuh kehati-hatian, tetapi ada sesuatu yang ajaib dalam momen itu.
Star bisa merasakan kehangatan dari sentuhan Sky, dan tatapan matanya yang lembut membuatnya merasa seperti tidak ada orang lain di ruangan itu.
Dada Star berdebar cepat dan itu dirasakan oleh Sky. Pria itu memajukan wajahnya dan berbisik di telinganya. “Tenanglah, aku tak akan memakanmu, meskipun aku ingin melakukannya.”
Star melebarkan matanya dan menggigit bibirnya. Dan tak berapa lama, Star melepaskan dirinya dari Sky.
“A-aku ingin ke toilet,” ucapnya dengan terbata.
“Aku akan mengantarmu.”
“Tak perlu, Sky. Aku hanya sebentar.” Star tersenyum dan segera berbalik pergi.
Sky tersenyum melihat sikap Star yang salah tingkah. Dia tahu bahwa Star masih menjaga jarak darinya meskipun jelas-jelas wanita itu mulai menyukainya.
*
*
Star baru saja meminta izin pada Sky untuk pergi ke toilet untuk menghindari sentuhan Sky tatkala mereka berdansa.
Ballroom megah itu dipenuhi oleh para tamu berpakaian formal, tetapi Star berhasil menyelinap melewati kerumunan dengan anggun.
Ia berjalan menuju koridor di sisi ruangan yang sedikit lebih sepi, berniat mencari toilet untuk beristirahat sejenak dari jantungnya yang masih berdetak cepat akibat ulah Sky tadi.
Namun, sebelum dia sempat melangkah lebih jauh, sebuah tangan tiba-tiba mencengkeram lengannya dengan cukup keras.
Star berhenti, tubuhnya sedikit menegang. Ketika dia menoleh, wajah pria yang tidak asing muncul di hadapannya. Kevin.
"Kevin?" tanya Star, terkejut dan bingung. Ia melihat mata pria itu menyala penuh kemarahan. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Kevin adalah putra dari CEO tempat Star bekerja. Pria itu telah lama mencoba mendekatinya, tetapi Star selalu menolak dengan tegas.
Ia tidak pernah memberikan Kevin harapan, bahkan sejak awal. Tetapi malam ini, kehadiran Kevin terasa berbeda.
Ada sesuatu yang lebih gelap dan intens dalam tatapannya.