Olin duduk di depan laptopnya, dikelilingi oleh keheningan yang hanya ditemani suara lembut ketukan jarinya di atas keyboard. Di layar, baris demi baris kode muncul saat dia mencoba memecahkan enkripsi terakhir dari data yang sudah berhasil mereka dapatkan. Wajahnya menunjukkan ekspresi serius, penuh fokus dan determinasi. “Masih sibuk?” suara Caroline memecah keheningan. Caroline mendekat dengan langkah pelan, mencoba membaca layar dari belakang putrinya. Olin tidak langsung menjawab. Dia hanya mengangguk pelan, matanya tetap terpaku pada layar. “Sedikit lagi, Ma. Enkripsinya lebih rumit dari yang kukira, tapi aku hampir sampai.” Caroline duduk di sampingnya, menatap putrinya dengan campuran kekhawatiran dan kebanggaan. “Kau benar-benar luar biasa, Sayang. Tapi jangan memaksakan diri.