Malam Panas
“Mmph…le-lepaskan…”
Di bawah temaram lampu kamar dan gelapnya malam, samar-samar terlihat sosok seorang pria tampan bertubuh besar yang bertelanjang dadа, dengan bahu terbalut kain kasa yang masih bernoda merah, menandakan luka pria itu masih belum mengering sepenuhnya. Setengah mati pria itu berusaha mendorong seorang gadis yang terus-menerus memaksa menciumi bibirnya.
“Panas…aku gerah…to-tolong aku…”
“Y-ya, aku akan menolongmu, tetapi tidak seperti ini.”
Sang gadis terlihat begitu gelisah. Wajahnya memerah dan berkeringat. Bibir ranumnya tak henti terus melumat bibir tebal pria besar yang terbaring di bawahnya. Sang gadis meski dengan gerakan amatirnya, berusaha keras untuk memasukan lidahnya ke dalam mulut sang pria, karena terus menerus ditolak.
“Tolong aku, tubuhku rasanya begitu panas sekali. Aku tidak tahan.”
Gadis yang sudah dikuasai oleh gаirahnya, bergegas membuka setiap lembar pakaian di tubuhnya, hingga tak bersisa selembar benangpun. Sontak memberikan pemandangan nan indah bagi mata sang pria.
*Agh… Sial! Apa yang kau lakukan!” Masih berusaha untuk menjaga dirinya agar tidak melewati batas, sang pria langsung menutup mata dan mengalihkan wajahnya. Namun, kelengahannya, langsung dimanfaatkan sang gadis yang sudah tak mampu menguasai dirinya lagi.
Gadis itu segera melanjutkan eksplorasinya. Bibir ranumnya bergerak turun sambil mengecup leher kokoh dan berotot. Sesekali sang gadis menghisap keras dan memberikan tanda kepemilikan berwarna merah di sepanjang leher dan dаda bidang sang pria.
“Hhgh… Astagaa…“ Suara Erangan maskulin yang sedang menahan gairah yang semakin meningkat terdengar dengan keras.
Mendengar suara erangan, bukan membuat sang gadis berhenti, tetapi malah membuatnya semakin semangat. Bibir merah mudanya semakin menggila. Dengan lincahnya bibir itu menjilat dan menghisap lembut putіng yang menonjol di dаda berotot sang pria.
Tangan lembut dengan jari-jari lentiknya, terjulur untuk mengelus perut kokoh seperti roti sobek yang sudah menggoda iman sang gadis sejak tadi, lalu tanpa aba-aba, dengan cepat gadis itu menurunkan wajahnya dan menciumi perut berotot itu.
Gerakan-gerakan gadis itu, membuat sesekali milik sang pria yang masih terbalut celana lengkap menggesek pelan area sensitifnya, menghasilkan suara erangan feminim yang begitu menggoda.
“Siаl! Hei, wanita! Berhenti bergerak, atau kau akan menyesal!” Pria berotot itu kembali menggeram keras, tangannya sudah tak lagi mampu tetap diam. Telapak besar itu mulai mengusap lembut punggung mulus sang gadis.
Merasakan pria di bawahnya mulai memberikan respon, gadis itu mengangkat wajahnya sejenak. Tangan besar itu kali ini ikut bereaksi. Dengan cepat, tangan itu menarik tengkuk sang gadis agar kembali mendekati wajah sang pria.
Untuk sesaat gadis itu menatap wajah yang mendekat dengan cepat sambil bergumam lirih, “Tampan…” dan detik berikutnya, bibir ranumnya dilumat habis oleh sepasang bibir keras. Kedua benda lunak tak bertulang saling mengait dan bersilat.
Satu tangan besar dan jari-jari kekar meraih gundukan daging berkulit putih mulus, yang sejak tadi terus menggodanya. Jari-jarinya memilin dan memijat lembut benda mungil di ujung bukit yang sudah mengeras, tanpa melepaskan ciumannya sedikitpun.
Tak mau kalah, meski terasa ragu-ragu, tangan lembut gadis itu bergerak turun ke paha keras di bawahnya yang masih terbalut celana kain. Jari-jemari lembutnya memijat pelan paha bagian dalam yang terasa keras dan berotot, sesekali punggung tangan sang gadis tak sengaja menyentuh sepasang bola keramat, bahkan benda lunak yang terasa semakin lama semakin mengeras dan menegang.
“Arrrgh… Hentikan! Hentikan sekarang juga, atau kau akan benar-benar menyesalinya.” Wajah tampan pria itu sudah semakin memerah dengan nafas terengah-engah menahan semua rasa di tubuhnya, terutama rasa gairah yang membuatnya nyaris lepas kendali.
“Ti-tidak, aku tidak akan menyesal.” Setengah terisak, sang gadis yang berada di bawah pengaruh gаirahnya, bergerak turun dari tubuh sang pemuda, mulai membuka ikat pinggang hitam dan menariknya lepas, kancing celana pria di bawahnya juga menjadi sasaran selanjutnya.
Meski terasa lemas, tangan besar dan berotot sang pria terulur dan segera menggenggam erat kedua tangan mungil yang sebentar lagi akan menelanjanginya.
“Hei, sadarlah. Pergilah ke kamar mandi dan mandi air dingin. Jangan diteruskan, atau kau akan menyesal nantinya.” Masih berusaha menahan diri, sang pria berusaha membujuk gadis yang terus merangsаngnya, agar tidak melangkah melewati batas.
“Ti-tidak, a-aku janji, aku tidak akan menyesalinya.” Dengan terbata-bata sang gadis tetap bersikeras, dengan sekali hentak, tangannya terlepas dari cengkeraman lemah sang pria.
Dengan hentakan kasar, sepasang tangan mungil dengan jari-jemari yang lentik, menarik keras celana bahan dan juga kain segitiga yang menjadi perlindungan terakhir sang pria.
Dengan mata terbelalak dan mulut ternganga lebar, sang gadis menelan air liurnya sendiri, saat melihat batang tumpul besar dan berurat yang sudah berdiri tegak menjulang, menantang langit.
Melihat kejantanan yang sudah siap tempur, dituntun oleh naluri dasar manusia, sang gadis langsung saja bergerak menaiki tubuh besar yang lemas dibawahnya, sepasang kaki putihnya terbuka lebar mengurung kedua kaki besar dan berotot.
“Aargh… Kenapa begitu sulit sekali?!” Teriakan setengah histeris terdengar saat beberapa kali gadis itu kerap gagal saat mencoba untuk menyatukan dirinya dengan benda tumpul yang menantangnya sejak tadi. Ini adalah pengalaman pertama sang gadis, dia belum mahir.
“Hiks… Kenapa tidak bisa? Tubuhku gerah. Panas. Tolong, aku tak tahan lagi, tolong…hiks…huaaa…” Putus asa merasakan seluruh tubuhnya yang memanas dan menuntut dipuaskan, namun tak kunjung di dapat, membuat sang gadis akhirnya hanya bisa menangis sambil terus menggesekkan benda tumpul yang sudah menegang maksimal dengan area sensitifnya.
Meski awalnya sang pria berusaha bertahan untuk tidak melewati batas, namun gerakan tubuh molek yang terus menerus menggesek kejantanannya, membuatnya bisa merasakan cairan yang perlahan membasahi kejantanannya. Sepasang bukit kembar yang menari-nari di depan matanya, sesuai dengan gerakan liar gadis itu, lama-lama membuat pria dibawahnya menjadi gelap mata.
Meski tubuhnya masih terasa lemas, namun rangsangan yang terus diberikan telah menyulut gаirahnya dan memberikan tenaga lebih, pria tampan itu akhirnya berhasil merubah posisi mereka.
Dengan nafas terengah-engah dan wajah memerah, sang pria mendekatkan bibirnya ke sepasang bibir ranum yang sejak tadi menggodanya dan kembali melumat kasar.
Kali ini untuk membalas perbuatan sang gadis, pria itu menjilat lembut leher putih dan memberikan tanda-tanda kemerahan sepanjang jalan, dan berhenti tepat diatas gunung kembar berwarna putih dengan puncak merah muda menantang.
Lidah panas sang pria menjilati, dan menghisap puncak merah muda itu bergantian, membuat sang gadis tak bisa berhenti menggelinjang kegelian.
“Mmph…ya…ya…” Jari-jari rampingnya menelusup ke rambut sang pria dan menarik kepalanya semakin erat, sebagai tanda tubuhnya menginginkan lebih. Membuat pria itu semakin bersemangat dan bertenaga.
Tangan kekarnya mengusap lembut perut rata sang gadis, dan perlahan turun menuju area segitiga emas sang gadis. Jarinya menemukan daging kecil yang menonjol dan memainkannya.
“Aaagh…a-ada yang ke-keluar…” Sang gadis mengerang dengan punggung melenting tinggi, saat orgаsmе pertamanya menyerangnya.
Sejenak wajah tampan itu mengangkat wajahnya dan menatap lekat gadis di bawahnya, yang oksigennya nyaris habis karena lupa menarik nafas karena serangan gelombang gаirah yang menerpanya.
“Apa kau ingin berhenti?”
“Ti-tidak. Aku mau lebih…tubuhku masih terasa sangat panas…Aku mau…”
“Aku bertanya sekali lagi. Apa kau tidak akan menyesal? Karena saat aku sudah memulainya, aku tidak akan bisa berhenti sampai akhir.” Pria itu menggeram dengan suara rendah di telinga sang gadis.
“A-aku, ti-tidak akan menyesalinya. Tolong…sakit…” Tubuh molek dibawahnya kembali meliukkan tubuhnya, berusaha agar kulit tubuhnya yang terasa sangat panas, dapat mendapatkan kesejukan saat menempel dengan tubuh kekar yang mengungkungnya.
“Grrr… Aku yakin kau akan menyesal besok, tapi malam ini kau tidak akan kulepaskan.”
Begitu berhasil menyelesaikan kalimatnya, bibir tebal itu kembali melumat habis bibir ranum merah merona di bawahnya.
Malam semakin memanas, saat jerit kesakitan sang gadis dan isak tangis lirihnya, akhirnya berubah menjadi erangan dan desahan kenikmatan. Erangan maskulin bercampur dengan desahan feminin, dan suara benturan tubuh dengan tubuh, terus menggema bergantian mengisi ruang kamar itu, hingga matahari nyaris terbit.
=====
“Mmm…”
Suara erangan lembut terlontar dari bibir ranum merah muda seorang gadis. Perlahan tangannya terangkat keatas untuk menutupi matanya dari sinar yang menyilaukan.
“A-aku dimana?” Sambil bergumam lirih, sang gadis berusaha membuka matanya perlahan. Sesaat matanya menyipit sambil mengerjap cepat, ketika sinar matahari yang lolos dari tirai tebal yang menutupi jendela, mengenai wajahnya.
Dengan sekujur tubuh yang terasa sakit dan pegal layaknya seperti habis dilindas gajah, gadis itu perlahan membuka mata dan mendudukkan tubuhnya. Satu tangannya terus memegangi kepalanya yang terasa nyeri dan pusing.
Perlahan, gadis itu menurunkan kakinya dari atas tempat tidur, saat dirinya ingin berdiri, rasa nyeri dan perih dari area selаngkangannya membuatnya kembali terduduk di tempat tidur. Sengatan rasa sakit itu membuat matanya langsung terbuka lebar.
Dengan takut-takut sang gadis menatap ke seluruh tubuhnya yang telanjang bulat. Bercak-bercak biru kemerahan tersebar di seluruh tubuhnya, mulai dari dаdanya, di kedua bukit kembarnya, di perutnya, di paha bagian dalamnya dan entah dimana lagi yang tak dapat dibayangkan.
“Astaga…apa yang sudah kulakukan?” Perlahan, kilasan-kilasan kejadian semalam memasuki benak sang gadis. Matanya mulai berkaca-kaca, dan kedua tangannya menutupi mulutnya yang nyaris mengeluarkan suara jeritan.
Gadis itu menguatkan diri dan kembali berdiri dengan hati-hati. Kepalanya di tolehkan ke samping dan dirinya melihat pria tampan yang masih tertidur dengan lelap. Pria yang semalam sudah mengambil segalanya dari dirinya.
“Oh, Tuhan…tidak mungkin. Aku dan Ray..?” Gadis itu kembali bergumam lirih. Kali ini air matanya sudah tak mampu lagi dibendung. Dengan terseok-seok, gadis itu bergegas mengumpulkan pakaiannya dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian dengan sangat berhati-hati, enggan membangunkan pria itu, sang gadis melarikan diri dari kamar itu.
=====
“Ugh…” Pagi itu Raymond terbangun dengan kepala yang sakit dan tubuh yang juga sakit. Karena kegiatan semalam yang cukup liar, jahitan di bahunya kembali terbuka dan mengeluarkan darah meski tidak parah.
“Carol…?” Ingatan tentang kejadian semalam tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali ke benak Raymond. Dengan cepat dia melihat ke sisi lain tempat tidurnya, dan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan sebagian tempat tidur, untuk menemukan bukti kalau gadis…ah tidak, sekarang dia sudah menjadi seorang wanita, wanita yang bersamanya semalam hingga nyaris pagi, sudah menghilang.
“Astaga! Pertama kalinya dalam hidupku, aku mendengar ada pria yang diperkosa seorang wanita, dan yang paling memalukan, kenapa bisa aku yang menjadi korbannya.” Raymond mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan mencurahkan rasa gemasnya.
“Seorang ketua mafia dari kelompok mafia terbesar Sky Dragon, bisa-bisanya tak berdaya saat di serang seorang gadis…ah…wanita mungil yang menyebalkan. Jika ada orang lain yang mengetahui kejadian ini, aku akan menjadi bahan tertawaan. Astaga Carol, kau benar-benar membuatku sakit kepala.” Raymond merentangkan kedua tangannya di kiri kanan dan menatap ke langit-langit, meski kesal tetapi senyum simpul tidak bisa hilang dari wajah tampan Raymond saat dia mengingat kembali kejadian semalam.
“Tetapi sebenarnya Aku yang diperkosa atau aku yang memperkosanya? Tetapi dia yang menyerang dan memaksaku, meski pada akhirnya aku yang menyelesaikan semua pekerjaan, tetapi itu semua karena dia yang memaksa. Jadi kejadian semalam bukan salahku, kan?” Raymond terus bermonolog
“Aaargh…siаl. Mau dilihat dari sisi manapun, tetap saja aku yang bаjingan.” Raymond kembali mengusap wajahnya, menghembuskan nafas panjang, hatinya terasa sangat resah. Raymond merasa ada sesuatu yang dilupakannya, tetapi dia tak tahu apa itu.
Merasakan tenaganya dirasa sudah nyaris pulih, Raymond bergegas melompat dari tempat tidur dan berjalan cepat menuju kamar mandi.
Melirik sekilas ke kaca yang berada di kamar mandi untuk melihat lukanya, Raymond melanjutkan niatnya untuk segera mandi dan mencari keberadaan gadis…ah…wanita yang semalam telah memperkosanya.
Setelah mandi dengan cepat, Raymond kembali berdiri di depan kaca. Dengan cepat Raymond membuka perbannya dan melihat jahitan lukanya yang sedikit terbuka dan kembali berdarah.
Ck, seharusnya aku mengikuti saran Timmy, jika melakukan penyerangan memang lebih baik mengenakan pengaman…Pengaman…?
Bayangan Raymond menatap balik dirinya sendiri melalui kaca. Keningnya berkerut semakin dalam sehingga alisnya nyaris bersatu. Hingga tiba-tiba matanya terbelalak.
PLAK!
Tangan besarnya menepuk keningnya sendiri dengan sangat keras. Wajahnya terperangah. “ASTAGA! PENGAMAAAN! AKU TIDAK MENGGUNAKAN PENGAMAN SEMALAM! Dasar pria bоdoh! Otak di selаngkаngan! Bagaimana mungkin aku bisa melupakan untuk menggunakan pengaman. Pantas aku merasa ada yang terlupakan. Aku harus mencarinya sekarang juga. Bagaimana kalau dia hamil anakku. Astaga! Aku akan punya anak!”
Raymond bergegas keluar dari kamar mandi dan menyambar kemeja, celana dan jas nya dan mengenakan semuanya dengan cepat. Tidak peduli dengan lukanya yang masih mengalirkan darah segar, Raymond bergegas berlari keluar dari kamarnya dengan ponsel menempel di telinganya.
“Tim, cari posisi Caroline Althea Nelson saat ini. Sekarang juga!” Raymond menyalak galak pada Timmy yang bahkan belum sempat mengatakan “Halo…?”