8

891 Kata
Novan bergegas kembali ke kantor. Ia segera membuat undangan khusus untuk Greta. Rencananya, Novan akan mengajak Greta bekerja sama dalam satu proyek besar yang akan ia kerjakan. Dengan cara ini, Novan bakal bisa berdekatan terus dengan Greta. Novan sudah meminta sekertarisnya untuk membuat undangan khusus untuk rapat pribadi di sebuah hotel bintang lima di daerah Bali. Niatnya bukan hanya untuk menawarkan kerja sama saja. Novan sudah bertekad bulat untuk mengungkapkan perasaannya pada Greta. Ia tidak peduli dengan perasaan Nadiva. Karena memang dirinya tidak pernah mencintai Nadiva. "Semua berkas sudah siap dikirim, Pak," ucap sekertaris Novan bernama Lisa. "Oke Lisa. Beritahu aku, perkembangannya. Kalau Greta menyetujui, langsung siapkan, tiket ke Bali dan urus semua akomodasi disana secara privat. Pakai uang pribadi, jangan campur aduk dengan uang kantor," titah Novan pada Lisa. "Baik Pak Novan." Lisa mengangguk dan langsung pergi meninggalkan ruangan Novan. Novan menatap ke arah laptop dan mencari beberapa wisata di Bali yang bagus dan spesial. Rencananya Novan akan menyewa temapt -tempat indah dan mahal untuk membuat Greta bahagi. Ia yakin seklai, Greta juga memiliki rasa padanya. Setelah beberapa menit menatap layar laptopnya, Novan membuka tab demi tab situs wisata mewah di Bali. Matanya berhenti pada sebuah resort di Uluwatu, tempat yang terkenal dengan pemandangan lautnya yang menakjubkan, tebing tinggi yang menjorok ke samudra, dan suasana romantis yang tak tertandingi. "Ini cocok," gumamnya pelan sambil mengetik cepat pada keyboard. Ia mencatat nama resort itu dan mengirim pesan singkat pada Lisa untuk memesan suite terbaik di sana, suite dengan private pool dan akses langsung ke pantai. Semua sudah disusun rapi di kepalanya, rapat kerja sama hanya akan menjadi alasan formal. Setelah itu, ia akan mengajak Greta makan malam di restoran tepi tebing, di bawah cahaya lilin dan langit bertabur bintang. Di sanalah, ia akan menyampaikan isi hatinya yang selama ini tak bisa ia sembunyikan. Sore itu, saat matahari mulai turun di ufuk barat, notifikasi email masuk di laptopnya. Dari, Greta Amoy. Subjek: Terkait Undangan Kolaborasi Proyek Jantung Novan berdegup cepat. Ia membuka email itu dengan tangan sedikit gemetar. "Terima kasih atas undangan kerja samanya, Pak Novan. Saya merasa terhormat bisa diajak dalam proyek sebesar ini. Tentu saja saya tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut. Silakan informasikan waktu dan tempatnya." Senyum mengembang di wajah Novan. Ia bersandar ke kursinya, menatap langit senja di balik jendela kaca tinggi kantornya. "Greta … akhirnya aku bisa lebih dekat denganmu," ujarnya lirih. Lisa masuk lagi beberapa saat kemudian, membawa berkas tambahan. "Pak Novan, semua sudah saya atur. Tiket pesawat dan kamar sudah dipesan sesuai instruksi. Greta juga sudah mengonfirmasi akan hadir di rapat tersebut." "Bagus." Novan menutup laptopnya dan berdiri. "Pastikan tidak ada satu pun karyawan lain yang tahu rencana ini. Saya ingin semuanya berjalan tenang." Lisa menatap Novan sejenak, sedikit ragu. "Baik, Pak. Tapi ... kalau boleh tahu, kenapa harus di Bali? Biasanya rapat seperti ini diadakan di kantor pusat." Novan tersenyum samar. "Karena proyek ini spesial, Lisa. Dan Greta pun ... bukan rekan biasa." Lisa mengangguk pelan, meski matanya memantulkan sedikit rasa heran. Ia keluar tanpa banyak bertanya. Begitu pintu tertutup, Novan menatap kembali layar ponselnya, foto Greta saat presentasi beberapa bulan lalu masih tersimpan di galerinya. Wajah tenang dengan sorot mata tajam itu selalu berhasil membuat jantungnya berdebar. "Kali ini aku nggak akan menunda lagi," bisiknya. "Aku ingin kau tahu perasaanku, Gre." *** Tiga hari kemudian. Pesawat yang membawa Novan mendarat di Bandara Ngurah Rai. Udara hangat Bali langsung menyambut dengan aroma laut yang khas. Novan mengenakan kemeja putih yang disetrika rapi dan kacamata hitam di wajahnya. Ia tampak seperti seorang eksekutif yang siap menjalankan urusan bisnis besar, padahal niat sebenarnya jauh lebih pribadi. Setibanya di resort, ia langsung memastikan semua detail berjalan sempurna, ruang rapat pribadi dengan view laut, hidangan eksklusif untuk makan malam, dan penginapan Greta yang ditempatkan di suite tak jauh dari kamarnya sendiri. Sore itu, Greta akhirnya datang. Ia mengenakan dress berwarna biru laut yang sederhana tapi elegan. Rambutnya dibiarkan terurai, menari lembut ditiup angin pantai. "Selamat datang, Greta," sapa Novan sambil menahan senyum yang nyaris tak bisa disembunyikan. "Terima kasih, Pak Novan. Tempatnya luar biasa," jawab Greta sambil menatap sekeliling. "Saya kira ini hanya pertemuan bisnis biasa, tapi ternyata mewah sekali." Novan terkekeh kecil. "Untuk seseorang yang istimewa, harus disiapkan secara istimewa juga. Dan cukup panggil saya, Novan. Tidak lebih, tidak kurang, tanpa embel -embel." Greta menatapnya sekilas, sedikit tersenyum tapi kemudian cepat-cepat mengalihkan pandangan. Ada sesuatu dalam tatapan Novan yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Mereka berjalan bersama menuju ruang rapat pribadi. Suasana terasa santai, diselingi percakapan ringan yang perlahan mencairkan suasana. Namun di balik itu, Novan terus mencari waktu yang tepat. Begitu rapat selesai dan matahari mulai tenggelam di balik cakrawala, Novan mengambil napas dalam-dalam. "Greta," panggilnya pelan, suaranya agak berat. Greta menoleh. "Ya, Pak? Ehmm, Ya Van?" "Boleh ... kita bicara sebentar? Bukan tentang pekerjaan. Ada hal yang ingin saya sampaikan langsung." Nada suara Novan berbeda, lebih dalam, lebih jujur. Greta menatapnya dengan alis sedikit terangkat, tak tahu harus menebak apa. Namun sebelum sempat menjawab, pelayan datang membawa dua gelas wine dan lilin kecil di atas meja. Langit Bali semakin gelap, tapi suasana justru semakin hangat. Dan di antara gemerlap cahaya lilin itu, Greta mulai menyadari, perasaan yang selama ini ia kira hanya sekadar kekaguman profesional mungkin tidak sesederhana itu. Malam itu, detik demi detik terasa begitu lambat. Dan Novan tahu, inilah momen yang akan mengubah segalanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN