43

1010 Kata

Greta menutup pintu kamarnya perlahan, membiarkan keheningan menelan seluruh isi ruang. Lampu kamar hanya setengah menyala, cukup untuk membuat bayangannya tampak samar di cermin besar di dekat lemari. Ia berdiri di depan cermin itu lama sekali. Menatap sosok yang tampak begitu asing. “Perempuan seperti apa aku ini …?” bisiknya lirih. Suaranya serak, hampir tidak terdengar. Greta menatap wajahnya sendiri, kulitnya masih tampak mulus, senyumnya yang dulu selalu ia banggakan kini lenyap, berganti gurat lelah yang tak bisa disembunyikan oleh krim mahal atau gaun elegan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh bibirnya sendiri yang gemetar. “Kenapa aku masih berharap … padahal aku tahu dia bukan milikku lagi,” katanya lagi, kali ini dengan nada getir. Ia berbalik, berjalan menuju jendela bes

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN