Gerimis masih turun ketika mereka keluar dari café. Langit malam tampak kelabu, tapi di bawah payung hitam yang sama, langkah mereka terasa perlahan, seolah enggan berakhir. Udara malam dingin, tapi di antara jarak yang begitu dekat itu, ada sesuatu yang justru terasa hangat. Aldo berjalan sedikit di depan, memiringkan payungnya agar Nadiva tidak kehujanan. Bahunya basah, tapi ia tidak peduli. Nadiva memperhatikan itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Hatinya terasa bergetar, halus, tapi nyata. “Do,” panggil Nadiva pelan. “Hm?” “Kamu selalu kayak gini ke semua cewek, ya?” tanya Nadiva dengan nada setengah bercanda, tapi matanya tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran yang sungguh. Aldo menoleh sebentar, lalu tersenyum tipis. “Enggak. Cuma ke yang bikin gue pengen jagain.” Langk

