Bab 1

925 Kata
“Penggal kepala pencuri itu!” Suara lantang yang menggema, membuat Niken, seorang dokter bedah terhebat di Jakarta mulai sadar. “Ugh…” Niken meringis sambil memegang perutnya. Tubuhnya terasa berat, kepala pening seolah habis dilindas truk. Apakah … aku sudah mati? Tragis sekali hidupku! Seorang dokter jenius berpredikat cumlaude mati ditusuk pacarnya sendiri demi membela sang selingkuhan? Cih … karma macam apa ini? Perlahan, Niken membuka matanya. Merasa bingung dengan banyaknya orang di bawah, sementara dia ada di atas panggung dengan tangan terikat ke belakang. “Astaga, aku ada dimana sebenarnya? Kenapa aku ada disini? Apa mereka semua lagi main film kolosal? Kenapa semua memakai pakaian seperti jaman kerajaan kuno?” pikirnya panik. Terik matahari yang terpantul dari pedang menyilaukan mata Niken. Matanya membulat sempurna saat melihat pedang algojo sudah terangkat tinggi. “Ya Tuhan, apa aku akan dihukum pancung beneran? Tidak-tidak! Aku tidak boleh mati. Aku masih harus membalas pengkhianatan Bima yang telah mempermainkanku!” Matanya menatap beberapa penonton yang bersorak, seolah bahagia begitu melihat kepalanya jatuh ke tanah. “Jangan hukum saya!” Niken berteriak lantang. “Saya bukan penjahat! Saya ini dokter bedah terhebat di Jakarta! Sumpah, saya bisa melakukan operasi otak, jantung, bahkan usus buntu sekalipun, tapi saya bukan pencuri!” Suasana mendadak hening beberapa detik kemudian, mereka tertawa bersamaan. “Dokter apa? Bedah apa?” “Dia pasti gila! Mana ada ‘Jakarta’ di peta negeri kita?” “Hahaha, kasihan, sudah ketahuan mencuri masih berkhayal jadi tabib besar! Mungkin, dia itu hanya mengada-ada, supaya diampuni oleh Kaisar!” Semua orang meneriakinya gila. Niken menggertakkan gigi. Ya Allah, kenapa aku transmigrasi ke dunia orang-orang gila ini?! Di singgasana, Kaisar Zhen menatapnya tajam. Kedua mata mereka pun bertatapan. Niken melongo saat melihat lelaki tampan yang wajahnya seperti dewa Yunani tapi auranya membuat bulu kuduknya merinding. Rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung mirip seperti tokoh-tokoh CEO yang sering dia lihat di drama korea. Orang yang dipanggil Kaisar itu mengenakan jubah emas terlihat lebih tampan dan berwibawa dari Bima kekasihnya. Gantengnya ... Namun sayang … wajah gantengnya tidak bisa mengubah fakta bahwa dia baru saja memerintahkan untuk memenggal kepala Niken. “Sudah cukup ocehanmu,” ucap Kaisar dingin. “Kau ketahuan mencuri tanaman obat langka dari istana. Hukuman pancung itu masih terlalu ringan untukmu.” Tangannya terangkat. Algojo siap mengayunkan pedang. “Ya ampun! Tunggu!” Niken menangis histeris, air mata meleleh ke pipi. “Aku tabib, sumpah! Aku bisa menyembuhkan siapa pun. Tolong beri aku pasien, bukan pedang! Aku akan buktikan ucapanku!” Kaisar hendak menyuruh algojo melanjutkan. Tapi kemudian … ia menatap wajah wanita itu lebih lama. Entah kenapa, jantungnya berdetak lebih kencang. “Sial. Kenapa aku merasa iba pada pencuri rendahan ini?” “Berhenti,” katanya dingin. Algojo kaget, langsung menahan pedangnya di udara. Niken mendongak dengan wajah belepotan air mata dan ingus. “Beneran? Saya nggak jadi dipotong kayak kambing kan?” Kaisar menahan tawa (meski bibirnya hampir terangkat). Ia melangkah mendekat, menatap wanita itu dari dekat. “Kau bilang, kau adalah seorang tabib? Bukti apa yang bisa kau berikan?” Niken buru-buru mengangguk. “Iya, iya! Saya bisa nyembuhin orang! Mau operasi caesar? Atau bedah plastik? Eh, maksudnya … luka karena pisau, atau racun, pingsan, ya … gitu lah. Semuanya aku bisa!” Para dayang dan prajurit istana pun menatap Niken bingung. Kata-katanya terdengar seperti bahasa alien. Kaisar terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis dengan seringai liciknya. “Dokter katamu?” Niken mengangguk cepat. “Ya, aku tak hanya bisa menyembuhkan orang, tapi, aku juga bisa meracik obat!” Bagi Niken, tak apa sedikit berbohong, yang penting, hari ini nyawanya selamat. Kaisar memegang janggutnya. “Kebetulan Permaisuriku sedang sakit keras. Hingga saat ini, belum ada tabib yang bisa menyembuhkannya. Jika kau bisa … aku akan mengampunimu. Tapi jika gagal …” Ia menunduk, wajahnya sangat dekat dengan Niken, membuat wanita itu gugup. “Aku sendiri yang akan memenggal kepalamu.” Niken menelan ludah. Jantungnya berdebar, bukan cuma karena takut mati, tapi juga karena jarak wajah mereka cuma sejengkal. Gila, ni orang kalau di Jakarta udah pasti jadi model majalah. Sayang sifatnya kayak drakor villain. Tapi ia mengangkat dagunya, berusaha tegar. “Deal, Yang Mulia. Tapi kalau berhasil, jangan cuma ampuni saya. Kasih juga saya makan tiga kali sehari. Jangan bikin saya kurus, nanti hasil foto sebelum-sesudahnya jelek.” Para dayang dan menteri pun saling pandang “.....” Wanita ini … apa sebenarnya dia gila atau memang jenius? Kaisar berdiri kemudian mengangguk pada kedua algojonya. “Lepaskan dia!” “Yang Mulia, apa tidak berbahaya membiarkan orang asing menyentuh Permaisuri?” tanya salah satu menteri dengan nada cemas. Tatapan Kaisar langsung menusuk tajam. “Berbahaya? Lebih berbahaya jika Permaisuri terus sakit tanpa penawar. Aku ingin perempuan ini membuktikan dirinya. Jika gagal…” suaranya menggantung, dingin seperti es, “…kepalanya akan benar-benar jatuh di bawah pedang algojo.” Niken menelan ludahnya keras-keras, tubuhnya gemetar tapi matanya berbinar dengan tekad. Ya Tuhan… kalau gagal, aku tamat. Tapi kalau berhasil, mungkin ini jalanku untuk bertahan hidup di dunia gila ini. Dua pengawal segera menarik rantai yang membelenggu tangannya. Niken mengusap pergelangan yang memerah, lalu berdiri dengan langkah ragu, menatap Kaisar dengan campuran takut dan … juga kagum. Dalam hati, ia berbisik, “Sialan … wajahnya benar-benar tampan. Tapi sayang, arogan sekali.” “Tabib asing,” Kaisar berbalik dengan jubah emasnya berkibar megah, “ikuti aku ke istana utama. Nyawamu kini bergantung pada kemampuanmu.” Niken menghela napas panjang. Ya ampun … transmigrasi macam apa ini? Baru datang sudah hampir dipenggal. Sekarang malah disuruh menyelamatkan nyawa permaisuri? Hidupku benar-benar kacau.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN