Kami tiba di Bandara Naha, Okinawa, Jepang hampir tengah malam. Seorang tour guide sudah menanti kedatangan kami di sana. Ia membawa kami ke salah satu hotel terbaik di ibukota Okinawa. Semua ini Abs dan Sarah yang mengatur. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Di balik rasa sakit yang ditimbulkan oleh keintiman mereka, terselip rasa syukur dan terima kasih untuk usaha yang mereka lakukan. Aku tidak akan pernah bisa menginjakkan kaki di negara Matahari Terbit ini tanpa bantuan mereka berdua. “Kamu dan Sarah akan tidur sekamar. Kamarku ada di sebelah. Jika ada apa-apa, kamu bisa ke kamarku melalui connecting door. Besok kita mulai mencari tahu keberadaan Mario ke Kunigami. Menurut informasi yang kudapat, hotel milik Mario ada di sana,” tutur Abs jelas dan padat. “Iya, Kak.” Aku menghela n

