BAB 12.2

1188 Kata

AKU minta diantarkan pulang setelah mengatakan hal itu padanya. Aku tidak mau berlama-lama di sana dan membuat Ibu Bian salah sangka. Awalnya Bian menolak habis-habisan, tapi aku mengancamnya. Mengingatkannya pada tugas-tugasku dan akhirnya ia menyerah, walau imbasnya ia memendam amarah. Aku sadar ia marah, tapi amarah itu hanya kudiamkan tanpa memberi sedikit pun tanggapan. Bian pun diam. Ia marah, tapi tak sekali pun ia menujukkannya. Ia hanya menyimpannya, memendam, dan menunggu kapan saat yang tepat untuk meledakkan amarah tersebut. Aku mendesah panjang melihat laki-laki itu kembali menunjukkan wajahnya di hadapanku. Stevan ada di kampusku. Sama seperti dugaanku sebelumnya. Ia benar-benar di sini menunggu kedatanganku. Aku melangkah mendekatinya setelah mengirim pesan pada Bian unt

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN