BAB 12.1

1001 Kata

BIAN sama sekali tak melawan, ketika aku mendorong tubuhnya memasuki sebuah kamar yang ditunjukkannya padaku. Laki-laki itu hanya diam. Bibirnya terkatup rapat sedang matanya menatapku lekat. Aku bergerak mengunci pintu terlebih dahulu, tetapi hal itu tak membuat Bian marah ataupun memberontak. Ia malah berjalan menuju ranjang dan duduk di atasnya. Matanya masih tetap memperhatikanku tanpa banyak suara keluar dari bibirnya. "Kenapa?" tanyaku langsung tanpa menunggu aba-aba. Bian masih diam, tapi dahinya mengernyit meminta penjelasan lebih rinci dengan satu kalimat tanya yang tak memiliki makna jelas. "Kenapa kau mengenalkanku pada keluargamu? Lebih lagi, kenapa kau mengenalkanku sebagai calon istrimu kepada Ibumu?" Bian mendesah. "Memangnya, kau ingin dikenalkan sebagai apa? Wanita si

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN