AKU membuka mata setelah Stevan meninggalkan ruangan ini. Kutatap sekitarku dengan hati-hati. Curiga kalau-kalau ada orang lain selain pak tua itu di tempat ini. Pak tua itu menoleh ke arahku. Kakinya berjalan mendekat dan aku hanya bisa menatapnya tanpa ekspresi. Apa yang akan kulakukan? Ketika tangan dan kaki terikat, sedang mulut tertutup rapat. Aku hanya bisa diam dan membiaskan pandanganku dalam kegelapan. "Sudah siuman?" tanyanya, sembari melepaskan lakban di mulutku dengan pelan-pelan. Ternyata ia cukup sopan walau wajahnya terlihat amat sangat kurang ajar. Jika diperhatikan baik-baik, ia belum terlalu tua. Wajahnya memang banyak kerutan, tapi otot lengannya masih cukup kekar. Kurasa, kulit wajahnya memang menua terlebih dahulu daripada kulitnya yang lain. Muka tua. "Apa kau m