Eka sama sekali tidak menyangka jika kliping Putri akan menang. Sebenarnya ada beberapa yang bagus juga. Tapi memang punya Putri terlihat sedikit mencolok karena tulisan warnanya yang cantik.
Eka juga tidak berkata apa-apa pada panitia yang lain tentang kliping Putri. Kemenangannya murni bukan campur tangan Eka.
Waktu pengumuman tadi kebetulan Eka berada di ruangan sebelah aula, di basecamp panitia karena dia sudah selesai mempersiapkan UKMnya untuk acara perkenalan nanti siang.
Awalnya dia berniat untuk sedikit membantu Arifin dan Hida, rekannya sesama pendamping di kelompok Ahmad Yani. Tapi pada saat dia hendak memasuki aula melalui pintu samping, dia mendengar nama Putri dipanggil. Sontak saja dia berhenti. Entah kenapa dia jadi berebar. Padahal yang menang kan Putri.
Dia melihat Putri berdiri dan mulai berjalan ke depan. Putri terlihat sangat mempesona. Kulitnya yang bersih terlihat berkilau dari kejauhan. Rambutnya sedikit keriting di bawah. Hidungnya mancung. Dan tolong jangan lupakan matanya yang berhiaskan bulu panjang dan lentik. Putri tersenyum tipis mendekati panggung. Terlihat dia bersalaman dengan Brilian, sesama pemenang kategori kliping terfavorit versi laki-laki.
Eka tidak bisa melepaskan pandangannya dari Putri. Entah kenapa sosok Putri terlalu indah untuk diacuhkan. Sepertinya Eka benar-benar terpesona. Eka sedang memperhatikan Putri yang seperti sedang melihat-lihat ke depan. Pandangannya mengarah ke depan mencari sesuatu atau mungkin seseorang. 'Apakah dia mencariku?' batin Eka berdegup.
Tidak lama Putri melambaikan tangannya. Terlihat dia sedang menatap temannya Ria dan tersenyum lebar. 'Ah, ternyata hanya perasaanku saja. Aku pikir dia mencariku, ingin berterima kasih padaku karena dia membuat kliping itu denganku dan seharian ini kita tidak bertemu', Eka sedikit kecewa. Bagaimana pun dia mengharapkan perhatian Putri.
Terlihat Brilian mengajaknya berbicara. Dan saat Putri menoleh ke kiri, dia melihat Eka. Terlihat matanya sedikit terkejut mendapati Eka tengah menatapnya intens. Eka langsung tersenyum lebar dan tangannya otomatis melambai ke Putri.
Putri membalas senyum Eka dan mengatakan terima kasih tanpa suara. Eka mengacungkan jempol tanda dia mengerti ucapan Putri. Dia terlihat cukup puas sudah mendapatkan sedikit senyum Putri pagi ini. Meskipun dia merasa senyuman itu kurang lama, tapi setidaknya itu sudah cukup.
Arin yang melihat Eka tersenyum dan melambaikan tangan pada seseorang pun berkerut. 'Dia senyum sama siapa?' batinnya.
Kemudian Arin menghampiri Eka dan menepuk pundaknya.
"Ka, kamu senyum-senyum sama siapa?" tanya Arin.
"Oh. Hai, Rin. Tidak, tidak aa-apa. Itu lho maba yang klipingnya menang. Sepertinya memang klipingnya bagus-bagus makanya berhak dan pantas menang," jawab Eka.
"Tapi kamu tadi melambaikan tangan, Eka. Itu tandanya kamu kenal kan? Siapa sih? Yang mana?" Arin masih saja penasaran.
"Sudah lah. Kamu gak bakalan ngerti. Tadi di panggung sedang banyak orang jadi diterankan juga kamu tidak akan faham."
"Eh, enak saja. Maksud kamu aku bloon gitu? Diterangin gak faham-faham? Awas aja kalau ada tugas dari Prof Hardi gak bakalan aku kasih liat punyaku."
"Eh, jangan gitu dong, Rin. Iya nanti aku kenalin. Jangan ngancem pake tugas Prof Hardi dong," Eka mencoba untuk menego Arin.
"Bodo amat!" teriak Arin kesal dan berlalu dari hadapan Eka. Dia kembali menata kliping-kliping yang berserakan.
Eka hanya tersenyum. Karena baginya Arin tidak akan serius dengan ucapannya. Arin adalah teman sekelas Eka. Dulu waktu SMA mereka juga satu sekolah, tapi berbeda kelas. Dan selama ini hubungan mereka cukup baik meski terkadang Arin jengkel dengan tingkah Eka. Tapi itu tidak akan lama. Besoknya mood Arin akan kembali membaik. Dan Arin memang sebaik itu. Sejengkel apa pun Arin pada Eka, dia tidak akan bisa berlama-lama marah pada Eka. Entahlah!
Eka kembali menatap panggung. Dilihatnya para pemenang kliping sudah turun mulai beristirahat selama 40 menit.
Eka pun masuk ke basecamp panitia. Dia bersama Arifin dan Hida mulai mengerjakan tugasnya merekap anggota kelompoknya hari ini. Siapa yang hadir, yang absen, yang izin, mengumpulkan tanda tangan peserta juga. Lalu tiba-tiba dari depan pintu basecamp terdengar suara yang bertanya dengan suara keras.
"Eh, tadi lihat yang namanya Putri tidak? Dia kelompok mana sih?" tanya Roy.
Roy adalah mahasiswa fakultas bahasa semester tujuh dan masih aktif di BEM. Perawakannya tinggi besar dengan sedikit kumis tipis. Hida yang mendengar itu langsung menjawab, "Dia dari kelompokku. Memang kenapa mas?"
Roy yang mendengar itu langsung menghampiri Hida. "Coba aku lihat datanya."
Dengan antusias dan seksama Roy membaca data Putri. Lalu tiba-tiba dia tersenyum lebar.
"Ternyata dia anak Gresik juga? Waahh, kesempatan nih," Roy terlihat bahagia karena berasal dari satu kota dengan Putri.
Arifin yang melihat itu langsung menyenggol lengan Eka. Dia menunjuk ke arah Roy dengan dagunya. Eka hanya terdiam. Entahlah. Dia memang tidak punya hubungan apa pun dengan Putri karena dia masih baru saja melakukan pendekatan padanya. Eka terlihat kesal. Bagaimana pun dia akhirnya punya saingan memperebutkan perhatian Putri.
Eka tidak ingin Roy mendekati Putri, tapi dia tidak punya hak. 'Aarrgghhh!! Kenapa jadi begini? Jika tahu akan begini akhirnya, aku tidak akan membantu Putri membuat kliping. Biar saja dia tidak menang. Dengan begini semua orang jadi tahu siapa dan bagaimana Putriana Devi,' batin Eka.
Lalu tiba-tiba Arifin berkata sedikit keras, "Jangan-jangan Putri sudah punya pacar. Pastikan dulu Putri masih sendiri, mas Roy."
"Masa sih? Memang kamu pernah melihat dia dekat dengan seseorang?" tanya Roy.
"Yaa biasanya yang bening-bening kan sudah punya gandengan. Tidak ada salahnya berhati-hati."
"Iya, makasih saranmu, Fin. Akan aku pertimbangkan. Putri memang cantik dan menarik. Seandainya dia sudah punya pacar, aku hanya akan berteman dengannya," kata Roy sambil tersenyum penuh arti.
"Memangnya mbak Lena mau dikemanain, Mas Roy?" tanya Arin.
Roy yang mendengar pertanyaan itu langsung menoleh dan berseru pada Arin.
"Aku sudah tidak ada hubungan dengan Lena! Kamu tahu sendiri. Bahkan semua anak BEM tahu Lena itu masa lalu. Jangan mengungkit-ungkit Lena lagi!" kata-kata Roy yang tajam dan dingin membuat Arin terkejut.
Dengan tanpa kata, Roy melangkah keluar dari basecamp. Moodnya langsung hancur seketika mendengar kata Lena.
Di kantin, Ria dan Sari langsung membuka hadiah yang diperoleh Putri. "Waahh, Put. Kamu dapat mi instan tiga bungkus, silverqueen, sama mentos. Aku mau ya, Put", seru Ria.
"Eh, aku juga mau lho. Berbagi dong", kata Sari sambil memajukan bibirnya.
"Ambil aja yang kalian mau. Jangan berebut", sahut Putri sambil meminum es teh pesanannya.
"Put, kamu kebagian mi instan aja ya. Lumayan buat malam-malam di kos kalau pas lapar. Hehe", kata Sari sambil meringis ke arah Putri.
"Iya gak papa. Santai aja. Sesama teman dilarang saling mendahului", jawab Putri sambil tertawa.
Drrtt drrtt
Putri merasa hapenya bergetar. Dia merogoh tasnya. Ada nama Eka di sana menelpon. Putri langsung menggeser tombol hijau.
"Halo, kak. Ada apa?" tanya Putri.
"Kamu di mana, Put?" tanya Eka.
"Aku di kantin, kak. Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Seharian ini belum bertemu kamu secara langsung. Tadi juga aku melihatmu dari jauh. Aku kebetulan belum sarapan. Aku menyusulmu ke kantin ya?"
"Mmmm, tapi ini aku sama anak-anak udah selesai, Kak. Lagi pula istirahat juga sebentar lagi kelar. Kita sepertinya mau balik ke aula deh."
"Ooo, ya sudah kalau negitu. Kita masih bisa bertemu waktu pengenalan UKM. Pastikan nanti mampir ke Taekwondo ya. Aku tunggu," kata Eka sedikit bersemangat.
"Iya, kak. Insya Allah nanti mampir. Udah dulu ya. Bye." Putri menutup sambungan.
Merasa ada yang memperhatikan, Putri mendongak dan melihat lurus ke meja depannya. Terlihat seorang pria melihatnya sangat intens. Sepertinya senior, dilihat dari pakaian dan jas almamaternya. Matanya yang tajam memandang Putri tanpa berkedip membuat Putri terheran. Siapa??
"Ada apa, Put?" tanya Sari memecah lamunan Putri.
"Tidak ada apa-apa," jawab Putri sambil menggelengkan kepala. Sari mengikuti arah mata Putri.
"Sepertinya anak silat," kata Sari.
"Kamu tahu?" tanya Putri dengan heran.
"Aku tidak tahu siapa yang kau lihat. Tapi baju-baju hitam itu adalah seragam silat. Sedangkn yang memakai almamater adalah seniornya karena aku melihat tetanggaku itu memakai almamater. Dia sudah semester 5," terang Sari.
"Wah, tetanggamu keren, Sar! Dia yang mana?" ucap Ria.
"Itu yang meminum es teh sebelah pojok. Tadi kamu sedang memperhatikan yang mana, Put?" Sari penasaran. "Siapa tahu aku bisa menanyakannya pada Dimas," lanjut Sari sambil tersenyum lebar dan menaik-turunkan alisnya. Sari masih saja menggoda Putri.
Putri tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Oh ayolah. Apa susahnya sih?" tanya Sari lagi.
"Tidak, Sar. Orangnya sudah pergi."
"Serius?"
Sari kembali menoleh ke belakang. Benar saja. Sepertinya jumlah mereka berkurang. Hanya terlihat beberapa mahasiswa memakai baju silat.
"Apa dia tampan?" tanya Ria dengan tesenyum.
"Aku tidak tahu. Dia tampak misterius," jawab Putri.
"Dia memakai baju silat atau almamater?" Sari ganti bertanya.
"Almamater."
"Berarti senior ya?"
Tiba-tiba Sari memukul meja. Putri dan Ria langsung terlonjak karenanya. Untung saja kantin sedang ramai jadi suara pukulan Sari tidak kentara.
"Putri terlambat. Kalau saja aku tahu yang kamu lirik adalah senior silat, aku akan langsung menanyakannya pada Dimas."
"Sari!! Kamu bikin kita jantungan!!" Ria mengomel tidak terima.
"Ck! Aku kira kamu punya ide brilian. Kalau hanya soal itu jangan pukul meja, Sari." Putri juga iku mengomeli Sari.
Sari yang mendapatkan dua omelan hanya bisa menyengir dan menunjukkan dua jari tanda damai.
"Hehe, maaf teman-teman. Aku hanya terlalu antusias."
"Eh, Put. Lebih tampan Mas Eka tidak?" Ria kembali bertanya pada Putri.
"Entah, Ria. Aku hanya terlalu fokus pada matanya. Sudah ah, jangn dibahas terus. Kita juga tidak tahu dia yang mana. Aku sudah lupa."
"Putri, bagaimana bisa kamu lupa dengan orang yang baru saja bertemu?" tanya Sari keheranan.
"Bisa saja. Seandainya aku bertemu lagi dengannya aku sudah melupakannya. Kita hanya bertatap selama beberapa detik. Mana bisa aku langsung mengingatnya?" kata Putri membela diri.
Putri bisa saja melupakan milik siapa mata itu. Tapi pemilik mata itu tidak akan bisa melupakan Putri.
--
Mohon sedekah love, vote, dan komen ya. Makasih..