Waktu pengenalan UKM telah tiba. Para mahasiswa baru yang sudah dibagi beberapa kelompok mulai berkeliling menuju stand-stand UKM yang ada di halaman kampus. Ada puluhan stand UKM berjajar. Mulai dari PMI, penanggulangan HIV, basket, futsal, taekwondo, silat, pecinta alam, kerohanian, dsb.
"Ayo, Put. Kamu mau masuk yang mana dulu?" tanya Ria.
"Yang terdekat saja. Kamu ingin bergabung dengan mana?"
"Entahlah. Tapi aku sedikit penasaran dengan UKM Kasih Peduli. Mereka bergerak di bidang HIV kan?"
"Iya. Aku juga ingin bergabung dengan mereka. Sepertinya akan ada banyak pengetahuan yang akan kita dapatkan," kata Putri antsias.
Putri dan Ria pun memulai tur UKMnya. Mereka memasuki UKM bidang penanggulangan HIV karena mereka berdua ternyata memiliki ketertarikan untuk mengetahui dan menyebarkan bahaya HIV. Tanpa disangka, mereka bertemu dengan Sari di sana. Sungguh kejutan yang menyenangkan. Mereka berasal dari satu jurusan dan mereka mempunyai minat yang sama. Dan bisa ditebak kalau mereka bertiga mendaftar anggota.
"Kamu tertarik juga dengan HIV?" tanya Ria pada Sari.
"Iya nih. Banyak temanku yang mulai melakukan seks sebelum menikah. Padahal sudah banyak informasi tentang bahayanya. Aku jadi ingin lebih banyak tahu tentang virus ini.," jelas Sari.
"Ayo, Sari kita ke mana lagi setelah ini?" tanya Putri.
"Ayo berkeliling."
Ria memimpin jalan. Menunjuk sana sini tapi tidak ada yang dimasuki. Mereka pun melanjutkan tur. Keluar masuk stand UKM yang ada.
Pada saat memasuki stand taekwondo, terlihat Eka dan beberapa temannya sedang sibuk mempekenalkan kegiatan mereka pada maba yang ada. Dan bisa ditebak kalau mahasiswa baru yng berjenis kelamin perempuan lebih antusias untuk bertanya-tanya pada Eka. Entah mereka benar-benar ingin mendaftar taekwondo atau hanya sekedar ingin berbincang dengan para senior, terutama Eka.
Eka terlihat dikelilingi oleh para mahasiswa perempuan. Mereka terlihat bersemangat mengajak Eka berbicara. Eka pun menanggapi mereka dengan ramah dan senyuman. Dan itu membuat Eka terlihat lebih menarik. Bahkan ada yang terang-terangan meminta nomer ponsel atau sekedar berfoto bersama. Eka, yang bertampang oppa Korea, dengan taekwondo adalah kombinasi yang sempurna.
Sari yang memang menyukai olahraga terlihat paling antusias mengelilingi stand taekwondo. Matanya b*******h melihat foto-foto kegiatan UKM itu. Sesekali dia bertanya pada salah satu senior di sana. Kakinya lincah kesana kemari seperti kupu-kupu yang terbang.
Sepertinya tingkah Sari menarik perhatian seorang senior taekwondo. Dia mendekati Sari dan menerangkan apa pun yang ingin diketahui Sari. Sesekali matanya menatap Sari dengan tatapan yang sulit diartikan.
Putri dan Ria hanya berdiri dan melihat-lihat sekitar. Sepertinya Eka masih belum menyadari kehadiran mereka. Fokusnya masih tertuju pada mahasiswa baru yang sepertinya tidak akan beranjak surut.
Lalu tiba-tiba Ria memanggil Sari dengan nada yang agak tinggi, " Sar, woy! Udah belum?"
Dan ternyata tidak hanya Sari yang menoleh, tapi sebagian pengunjung stand juga menoleh. Dan tidak ketinggalan Eka.
Sari langsung terlihat berpamitan kepada senior taekwondo itu dan sedikit berlari ke arah Ria. Eka langsung berusaha keluar dari lingkaran maba itu. Dia terlihat salah tingkah. Persis seperti pacar yang ketahuan menggoda perempuan lain.
"Put, tunggu dulu," Eka memanggil Putri dan berusaha meraih tangannya.
"Ada apa kak? Kakak sepertinya masih sibuk. Tidak apa-apa dilanjut saja. Aku juga masih akan berkeliling kok," kata Putri.
"Kamu..... sudah lama?" tanya Eka sedikit berbasa-basi.
"Ya lumayan kak. Sampai Sari sudah dapat nomer baru dari kakak senior tadi." Kali ini bukan Putri yang menjawab, melainkan Ria.
Dia terlihat sedikit jengkel karena sudah menunggu lumayan lama tapi Eka tidak menyadarinya sama sekali. Padahal tadi pagi yang menyuruh mampir adalah Eka.
"Maaf ya. Tadi rame banget. Anak-anak yang aku mintai tolong ada beberapa yang tidak bisa. Jadi kami di sini cuma bertiga. Aku tidak tahu kalau kamu sudah datang. Aku benar-benar minta maaf," kata Eka.
Dia terlihat tulus mengucapkan maaf itu. Matanya sedikit mengiba. Sepertinya dia tidak menyangka akan meladeni begitu banyak mahasiswa baru apalagi mahasiswa perempuan.
"Tidak apa-apa, Kak. Santai aja. Lagi pula memang Kak Eka sedang sibuk. Sebenarnya bagus lho kalau banyak yang datang. Itu kan berarti ada banyak potensi yang mendaftar. Aku benar tidak apa-apa kok," Putri tersenyum berusaha membuat mood Eka menjadi lebih baik.
Dia memang tidak tertarik untuk mengikuti UKM taekwondo ini, hanya saja tadi pagi sepertinya Eka sangat menginginkan Putri datang. Putri merasa tidak enak jika menolak undangan itu. Bagaimana pun, semalam Eka sudah sangat membantunya.
"Sudah, Kak. Balik sana. Kasihan teman-teman kakak kerepotan tuh. Sepertinya ada yang ingin mendaftar," kata Putri lagi.
"Maaf ya, Put. Aku benar-benar minta maaf tidak bisa menemui dan menemani kamu. Kapan-kapan aku traktir deh. Hitung-hitung minta maaf."
"Eh, tidak usah traktir, Kak. Kan Kakak sudah meminta maaf dan aku juga sudah memaafkan. Jadi tidak perlu traktiran segala."
"Tidak apa-apa, Put. Aku juga akan mentraktir teman-temanmu ini kok. Mereka juga sudah lama di stand kan?" kata Eka dengan sabar mencoba menego Putri.
"Nah, kalau yang begini aku suka. Kan kita tadi juga berdiri lama di stand. Ya gak, Sar?" Ria bertanya dengan antusias dan menoleh ke arah Sari.
Sari yang benar-benar tidak tahu hubungan Putri dan Eka dari tadi hanya bisa melongo. Dia sedikit terkejut kalau senior ganteng taekwondo ini sepertinya dekat dengan Putri.
"Eh, i-iya bener Ria", Sari menjawab dengan gugup.
Eka langsung tersenyum lebar. "Oke, berarti sudah ditentukan ya. Besok hari terakhir masa orientasi kita akan jalan bersama. Pulangnya aku ajak makan. Terserah mau makan di mana. Oke, makasih ya," Eka langsung pergi tanpa menunggu jawaban Putri.
Putri hanya bisa melongo. Dia tidak percaya Eka akan memaksanya pergi. Sari yang penasaran langsung menrowel lengan Putri. "Itu tadi apaan, Put?"
"Apanya?" tanya Putri bingung.
Ria menggeleng kepala pelan. "Itu tadi kak Eka, Sar. Sudah dari kemarin dia mendekati Putri terus. Bahkan tadi malam main ke kos Putri buat bantu Putri membuat kliping."
Sari akhirnya tersenyum faham akan kondisi tadi. Lalu tiba-tiba ada yang memanggil nama Sari. "Sar, sini!"
Seorang senior dari stand pencak silat menyapa Sari. Sari langsung tersenyum dan mengajak Putri dan Ria memasuki stand itu.
Ternyata yang memanggil adalah tetangga Sari. Namanya Dimas. Dimas adalah mahasiswa ekonomi semester lima. Dimas sedang duduk-duduk bersama beberapa temannya. Kata Sari, Dimas terbilang cukup aktif di pencak silat. Sari pun memeperkenalkan teman-temannya pada Dimas.
"Mas Dimas, kenalin ini Putri dan Ria. Put, Ria, ini mas Dimas. Dia tetanggaku," kata Sari.
"Hai, aku Dimas." Dimas tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan kedua teman barunya.
"Kenalkan juga ini teman-temanku Dewa, Mas Kris, dan Ratna. Mas Kris ini pelatih kita," kata Dimas. Mereka saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri.
Sedikit basa-basi perkenalan pun mereka lakukan. Ternyata para anggota UKM ini sangat humble. Mereka sering melemparkan joke-joke. Suasananya sangat bersahabat. Terlihat ada beberapa mahasiswa baru yang mendaftar, tapi para junior silat langsung tanggap dan tidak mengganggu senior mereka yang terlihat seperti sedang kedatangan "tamu".
Sari langsung saja mendaftar menjadi anggota UKM silat karena ada Dimas di sana. Dan ingat hanya Sari! Karena Ria tidak tertarik dan Putri, meskipun ingin, tapi dia teringat ayahnya yang posesif yang pasti akan memberikan ceramah tentang ciri-ciri wanita anggun pada Putri. Jadi dia tidak mendaftar. Dan setelah capek bercanda, Sari mengajak pamit temannya untuk kembali berkeliling. Kali ini tujuan mereka adalah UKM PMI.
Setelah Putri cs pergi, Dewa langsung meyeletuk, "Aku akan mendekati Putri. Kamu-kamu semua tidak boleh. Awas saja! Pokoknya Putri milikku!"
Kris dan Dimas yang mendengar itu langsung menjitak kepala Dewa. "Memang kamu siapa bisa bilang kalau Putri milikmu? Memang si Putri mau sama kamu?" tanya Dimas.
"Percaya diri itu boleh, tapi jangan terlalu. Terbang tinggi itu boleh, tapi kalau jatuh, sakitnya minta ampun." Kris memberi banyak wejangan. Dia tetawa sambil menepuk pundak Dewa.
"Iya, betul kata Mas Kris. Sebaiknya juga dipastikan apakah dia sudah punya kekasih atau belum. Kalau ujung-ujungnya sudah punya, hatimu akan bertambah ngenes. Haha!" Dimas tertawa keras.
"Kau ini ingin mendukungku atau bagaimana? Aku sudah melakukan investgasi. Hasilnya, dia jomblo. Terlihat dekat dengan seseorang, tapi tidak ada hubungan apa pun."Dewa berkata dengan bangga.
"Buseettt!! Kapan kamu melakukan itu?"
"Rahasia. Yang penting aku sudah tahu kalau dia single. Aku hanya menunggu saat yang tepat."
Kris dan Ratna tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Dewa yang menurut mereka kacau. Dewa adalah mahasiswa semester akhir di jurusan bahasa Inggris. Semester ini dia sudah akan mengajukan skripsi. Dan jika tidak ada aral melintang, akhir tahun dia akan wisuda. Badannya oke. Tingginya sekitar 175cm. Mata sipit tapi alisnya tajam. Kulitnya eksotis kecoklatan karena seringnya berlatih silat di bawah matahari. Badannya atletis, mungkin karena dia aktif silat.
"Ya, Insya Allah dia mau sama aku. Lihat saja!" kata Dewa dengan percaya diri. Dia tidak tahu saja harus mengalahkan berapa laki-laki untuk merebut perhatian Putri. Semoga saja Putri mau menerimanya.
--
Mohon sedekah love, vote, dan juga berikan komen ya. Terima kasih...