Kalah dan Mengalah

2357 Kata
Acara penutupan masa orientasi kampus sebentar lagi akan dimulai. Seluruh peserta sudah duduk tenang di aula kampus menunggu kedatangan rektor. Putri baru saja kembali dari toilet. Dilihatnya jam yang melingkar di tangan sudah pukul dua siang. Seharusnya acara dimulai tiga puluh menit yang lalu tapi sepertinya harus mundur karena rektor kampus belum terlihat. Putri mendudukan pantatnya di kursi, di samping Ria. "Sudah?" tanya Ria. "Iya. Untung aja gak antri seperti kemarin", kata Putri sambil tersenyum kecil. Dia teringat kejadian tadi malam saat acara api unggun. Setelah kemarin siang para mahasiswa baru dikenalkan dengan lingkungan fakultas, malamnya diadakan acara api unggun di lapangan kampus. Tentu saja mereka bersemangat menyambut acara ini karena acara api unggun akan diisi dengan acara santai untuk mengakrabkan para senior dan junior kampus. Sebuah panggung terlihat di belakang tumpukan kayu yang akan dijadikan api unggun. Di atas panggung sudah disediakan mik dan satu set alat musik untuk mengisi acara malam ini yang rencananya akan berakhir pada pukul sepuluh malam. Putri, Ria, dan Sari terlihat duduk bersama di atas tikar. Panitia sengaja tidak menyediakan kursi sama sekali di lapangan kampus saat ini. Bahkan dosen-dosen yang hadir pun semua duduk di bawah. Suasana keakraban sangat kental terasa. Tidak ada aura intimidasi dari senior seperti yang sudah-sudah. Bahkan mood kesal maba karena prank senior tadi pagi di aula sudah hilang. Memang pagi tadi sebelum kegiatan di fakultas, maba yang berulang tahun bulan ini dikerjai oleh senior. Mereka diajak naik panggung dan dikerjai habis-habisan sampai ada yang menangis. Untung saja Putri tidak berulang tahun jadi dia aman. Terlihat pembawa acara sudah naik panggung. Mungkin sebentar lagi acara dimulai. Acara seremonial api unggun cuma sebentar. Sepertinya para dekan, dosen, dan panitia memang sengaja menambahkan acara ini untuk keakraban bersama. Selain itu, acara kali ini juga akan menunjukkan beberapa kebolehan yang dimiliki oleh para senior. Mereka awalnya menampilkan puisi lalu dilanjut dengan pertunjukan musik. Ada beberapa grup band senior yang akan tampil. Dan yang paling akhir, acara akan ditutup oleh band lokal yang sudah terkenal. Terlihat para maba terbawa suasana yang dibangun dengan seni tersebut. Mereka mulai ikut menyanyikan lagu-lagu hits yang ditampilkan para senior. Tidak lupa Sari dan Ria ikut bernyanyi sambil teriak-teriak bersama maba yang lain. Putri hanya tertawa melihat kelakuan teman-temannya itu. Putri sebenarnya ingin saja ikut bernyanyi, tapi dia terlalu tidak percaya diri. Jadi dia pun hanya bersenandung kecil menirukan suara para vokalis. Eka terlihat berada di depan aula kampus, di lantai dua bersama beberapa senior. Dia sengaja di atas agar bisa melihat Putri lama-lama. Lagi, Eka memperhatikan para peserta mencoba mencari seseorang, tapi yang dicari belum juga ketemu. Seperti mesin scan, dia melihat dari kiri ke kanan kembali lagi kanan ke kiri. Bola matamya berputar-putar kesana kemari tanpa lelah sampai akhirnya dia berhasil menemukannya. Eka yang awalnya sedikit frustasi akhirnya bisa tersenyum. Dia melihat Putri duduk di barisan sedikit di belakang. Dilihatnya badan Putri sedikit bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama lagu. Eka mengambil ponselnya dan mencoba mengirim pesan pada Putri. Selamat malam, tuan Putri ? -Eka Send. Pesan Eka terkirim lengkap dengan emoji. Lalu dilihatnya lagi Putri. Eka kembali memperhatikan Putri yang sedang meraih ponselnya dan tersenyum membaca pesan Eka. Melihat Putri tersenyum, senyum Eka pun mengembang, seperti penyakit menular. Senyum Putri bukan jenis senyum yang merona dan berdebar-debar ya. Dia tersenyum karena merasa lucu saja mendapat panggilan seperti itu. Malam juga, kak Eka. Kakak tidak ikut acara ini? -Putri Eka langsung melihat balasan Putri. *Aku ikut kok. Aku bisa melihatmu dari sini. Kenapa duduk di belakang? -Eka Tidak apa-apa, Kak. Di depan tadi ramai, berdesakan dengan yang lain. Jadi aku dan yang lainnya memutuskan duduk di belakang saja -Putri Kamu terlihat mulai capek, Put. Tapi kamu masih cantik kok*. Seharian ini kita tidak bertemu ya. Tadi pagi aku datang terlambat. Begitu mau masuk aula, aku langsung disuruh bantu buat acara ini. Selesainya waktu kamu sudah sama fakultas kamu sendiri -Eka Putri yang melihat balasan Eka langsung mengedarkan pandangannya. Tapi tetap saja Putri tidak bisa menemukan Eka. Kakak ada di mana? Kok aku tidak melihatmu? -Putri Aku selalu ada di sini untukmu, Put -Eka Jawaban Eka membuat Putri mengerutkan keningnya. Dia tidak suka dengan jawaban Eka. Faktanya, dia tidak suka siapa pun berkata seperti itu padanya. Mungkin Eka berniat menggodanya. Tapi bagi Putri, itu membuatnya seperti orang bodoh yang disuruh untuk memikirkan hal bodoh padahal lawan bicaranya bisa langsung menjawab dengan gamblang. Putri langsung memasukkam ponselnya kembali ke dalam tas. Senyum Eka yang awalnya terlihat lebar langsung meredup begitu dia tahu kalau Putri memasukkan ponselnya ke dalam tas. Kenapa tidak dibalas, Put? -Eka Send. Putri melirik hapenya dan melihat pop-up pesan masuk. Setelah dirasa pesan yang masuk bukan pesan absurd lagi, dia pun membuka ponselnya. Tidak apa-apa -Putri Send. Jawaban Putri terlalu singkat dan itu sukses membuat Eka kebingungan. Aku sebenarnya ada di depan aula lantai dua. Makanya aku bisa lihat kamu. Maaf kalau jawabanku tadi bikin kamu tidak enak hati -Eka Putri yang merasa mood Eka turun, ikut merasa tidak enak hati. Dia pun membalas. *Bukan begitu, kak. Hanya saja jawaban kakak tadi terlalu basi. Kakak biasa gombalin gadis-gadis ya? -Putri Tidak. Kenapa gombalin gadis? Yang ada mereka gombalin aku -Eka Iya deh, yang merasa famous. Sudah narsis level berapa nih? -Putri Eka yang melihat jawaban Putri langsung tersenyum lebar. Dia merasa hubungannya dengan Putri semakin dekat. Persis seperti yang dia mau. Eka melirik ke arah Putri, ingin melihatnya sejenak sebelum membalas pesannya. Tapi saat matanya melihat ke bawah, sosok Roy tertangkap matanya sedang berjalan ke arah maba. 'Mau apa dia?' batin Eka. Bagaimana pun Roy yang pernah terang-terangan mengungkapkan rasa tertariknya pada Putri, membuat Eka menaikkan statusnya menjadi level siaga. Roy terlihat berjalan mantap menuju barisan belakang dan mendekat ke arah Putri. Dia lalu berbicara sebentar dengan Putri dan memberikan sebuah kantong kresek dengan logo mini market. Tidak lama kemudian mereka tersenyum. Terlihat Roy masih berbicara kepada Putri lalu dia berbalik. Eka tidak melepaskan matanya sedikit pun pada Putri. Putri membuka kresek itu dan mengeluarkan beberapa barang. Terlihat Ria dan Sari antusias dengan aneka camilan yang keluar dari kantong itu. Putri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua. Dia pun mengeluakan satu botol minuman isotonik dan meminumnya. Eka terlihat kesal sekali dan tanpa sadar mengepalkan tangannya. Dia tidak suka Putri menerima pemberian orang lain. Dia tidak suka ada yang memperhatikan Putri selain dia. Eka merasa dia memang belum mencintai Putri. Tapi rasa tertariknya yang cukup besar membuat dia merasa tidak membutuhkan waktu lama untuk mencintai Putri. Putri tidak melihatnya dengan tatapan menjijikkan penuh damba yang biasa dia dapat dari maba. Putri hanya tersenyum melihat kelakuan ajaib teman-temannya. Mereka berdua masih saja berebut camilan yang diberi oleh Roy. Tadi memang Roy sempat menghampirinya untuk memberi camilan dan minuman serta mengatakan bahwa nanti dia akan tampil membawakan beberapa lagu. Roy berharap Putri akan memperhatikannya di panggung ketika bernyanyi. Roy sebenarnya sangat ingin memberitahu Putri kalau dia akan menyanyikan lagu untuk Putri tapi dia merasa takut kalau Putri menganggapnya aneh. Ini masih interaksi kedua bagi mereka. Kalau Roy bergerak terlalu cepat, dia takut Putri malah akan menghindar. Jadi dia hanya memberi tahu Putri kalau dia akan perform sebentar lagi. Drrtt drrtt Putri merasakan getaran di ponselnya. Dibuka ponselnya dan membaca pesan yang masuk dan ternyata itu dari Eka. Sepertinya tadi mas Roy ya, Put? Dia kasih kamu jajanan? Kamu lapar? Bilang saja nanti aku yang akan keluar untuk beli. Sepertinya alarm cemburu Eka mulai berbunyi. Dia kesal sekali. Dia kesal karena Putri lapar dan malah meminta tolong Roy untuk membelikannya makanan. Dia lebih kesal pada dirinya sendiri karena tidak peka kalau Putri bisa saja merasa lapar. Putri hanya tersenyum tipis membaca pesan Eka lalu membalasnya. *Iya tadi kak Roy ke sini. Dia cuma kasih aku camilan sama minuman ini kok. Aku sebenarnya tidak menitipkan apa pun pada dia. Dianya saja yang suka memberiku minum dan jajan, permen juga -Putri. Kamu masih merasa lapar? Aku belikan batagor atau dimsum mau? -Eka Tidak usah kak. Aku sebenarnya masih kenyang makanya aku cuma ambil minum saja -Putri Oke. Tapi kalau kamu merasa butuh apa-apa bilang aku ya -Eka Iya kak -Putri Dan sesi saling kirim pesan mereka selesai. Eka merasa moodnya tidak lagi sama dan Putri juga tidak mempunyai topik untuk dibicarakan dengan Eka. Saat Putri tengah asyik scroll i********: miliknya, tiba-tiba Sari menjawil lengannya dan menunjuk panggung dengan lirikan matanya. Mulutnya penuh dengan makanan jadi tidak bisa memberi tahu Putri kalau Roy sudah bersiap di panggung. Cukup isyarat yang dia berikan. Sempurna dari Andra and the Backbone terdengar dari panggung. Ternyata suara Roy lumayan juga. Personel bandnya ada empat orang dan Roy sebagai gitaris plus vokalis. Sari dan Ria tersenyum sambil sesekali melirik Putri. Mereka tahu kalau sebenarnya lagu itu untuk Putri. Apalagi Roy dari tadi terlihat lebih banyak melihat Putri daripada yang lain. Roy tampak keren. Outfitnya, rambutnya, suaranya, terlihat sempurna. Putri merasa salah tingkah sekaligus terpesona. Belum pernah ada yang menyanyikan lagu untuk Putri. Dan ini pengalaman pertamanya. Malam hari di bawah langit dengan semburat api unggun dan tampilan Roy yang keren membuat Putri terpana. Terdengar suara-suara penonton yang ikut bernyanyi dengan Roy. Mereka tampak kompak bersama membuat Roy tersenyum karena mampu menghipnotis penonton. Dan jujur saja, bagi Putri penampilan Roy terlihat super keren. Lena yang terus memperhatikan Roy akhirnya tahu kalau Roy hanya melihat Putri dari panggung. Roy tidak memalingkan muka, tatapannya terus tertuju pada Putri. Hatinya merasa sakit, dadanya sesak, nafasnya memburu. Dan tanpa dikomando, matanya sudah berkaca-kaca. Lena sangat tahu kalau mahasiswi satu itu -yang dia tidak mau menyebut namanya- sudah mulai menarik perhatian Roy. Lalu dilihatnya Putri. Sepertinya Putri juga terlihat malu-malu digoda teman-teman di sampingnya. Hati Lena tambah sakit. Dia tidak rela Roy bersikap manis pada wanita lain. Sedangkan Eka yang melihat Roy bernyanyi sambil memandangi Putri memilih untuk pergi. Dia beranjak dari tempatnya berdiri tadi dan tidak menoleh. Dia sekarang mundur. Mundur untuk mengambil ancang-ancang agar bisa berlari dengan cepat. Eka memutuskan masuk ke basecamp panitia dan mengambil minum. Arifin yang melihat Eka tampak lesu menyadari alasannya. Dia menepuk pelan pundak Eka. "Sudah, Ka. Jangan terlalu dipikirkan. Yang sabar barangkali belum jodoh," kata Arifin. "Aku hanya mundur sebentar untuk mengambil ancang-ancang, Fin. Tenang saja," Eka mencoba tersenyum. "Aku masih belum mulai, masih pemanasan. Besok setelah penutupan aku akan ajak dia makan," terang Eka. "Ya semoga saja berhasil." "Kamu kok sepertinya tidak ikhlas aku jadian sama Putri?" "Bukan tidak ikhlas, tapi sepertinya jalanmu akan berat. Aku dengar anak silat juga ada yang mendekati Putri. Jadi kamu harus benar-benar sabar. Ini yang aku tahu. Bisa jadi masih ada yang lain." "Hmmm, sepertinya memang harus bersabar." Eka menghela nafas dalam-dalam. Kini terdengar lagu All of Me milik John Legend mengalun dari mulut Roy. "Sepertinya mas Roy benar-benar all out menarik perhatian Putri malam ini", lanjut Arifin. Eka semakin mendengus kesal. Tapi itu tidak lama. Dia memikirkan bagaimana besok dia akan mengajak Putri kencan. Sepertinya acara traktiran untuk Putri dan teman-temannya akan mengalami sedikit improvisasi. Putri terlena dengan musik yang dibawakan Roy sementara Sari dan Ria terus saja menggoda Putri. Ternyata grup kak Roy adalah grup terakhir dari kampus. Setelahnya, yang tampil adalah grup indie Hum Hum dari Surabaya. Semua peserta langsung histeris mendengarkan suara vokalisnya yang luar biasa. Tidak ketinggalan Sari, Putri, dan Ria. Mereka tampak sangat menikmati. Hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Acara api unggun harus segera diakhiri. Semua maba mulai beranjak. Putri yang baru saja menghabiskan sebotol air minum isotonik merasakan dorongan untuk ke toilet. Sari dan Ria ikut menemani Putri karena bagaimana pun ini sudah malam. Tapi saat masuk toilet, ternyata sudah banyak antrian di sana. "Woy cepetan yang di dalam! Udah gak tahan nih. Antri banyak," seorang perempuan yang antri di bilik tiga terlihat sudah sangat tidak sabar masuk toilet. Dia terlihat memegang area bawahnya terus-menerus berharap air itu tidak keluar di celana. Sesekali dia juga terlihat sedikit menekuk kakinya kanan dan kiri. "Ayoo!!! Buseett udah mau keluar nih," teriaknya lagi. Putri ingin sekali tertawa, tapi dia tahan. Di satu sisi dia merasa kasian karena memang menahan buang air itu menyakitkan. Dia mencoba membuang muka, tapi dilihatnya yang lain juga sepertinya menahan tawa mereka. Akhirnya yang di dalam keluar juga. Dengan sigap, perempuan tadi langsung masuk ke dalam bilik. Tidak lama kemudian terdengar suara dari dalam, "Yaa celanaku udah basah semua." Kami yang di luar menjadi terkikik. Ada satu perempuan, sepertinya teman gadis yang di dalam, memberikan satu rok untuk dipakai temannya. Bilik dua kosong, kesempatan untuk Putri masuk. Setelah beres semua, dia keluar. Sari dan Ria langsung berpamitan pulang. Karena kos Putri yang dekat, dia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Lagipula jam sepuluh jalanan masih ramai, Putri merasa aman-aman saja. Putri sudah berjalan beberapa meter dari kampus. Tiba-tiba dari arah belakang ada motor yang berhenti tepat di samping Putri. "Cewek, butuh tumpangan? Tidak baik seorang gadis malam-malam berjalan sendiri." Putri sempat menegang, menahan nafas, dan perlahan menengok ke samping. Ternyata itu Roy. Putri langsung bernafas lega dan tersenyum. "Kak Roy! Aku pikir siapa," kata Putri sambil mengelus d**a. "Ayo aku antar pulang." "Tidak usah, kak. Kosku dekat kok." "Sudahlah naik saja. Lagian kita ini sama-sama dari Gresik. Aku perlu tahu tempat kosmu agar saat ada perkumpulan mahasiswa Gresik, mudah bagiku kalau hubungi kamu. Oh iya, aku belum punya nomor ponselmu. Nanti bagi ke aku ya." Putri naik ke jok motor Roy. Dia mengangguk menyanggupi akan memberikan nomor kontaknya pada Roy. Saat sudah di depan kos Putri, Roy terlihat kaget. "Put, kosku ada di belakang kosmu lho. Jadi kita ini sebenarnya tetangga kos ya. Aku tidak menyangka." Roy terlihat sumringah mengetahui fakta ini. Dia berpikir akan semakin mudah mendekati Putri kalau ternyata mereka tetangga. Memang kos Putri ada di pojokan. Dan pojokan belakang kos Putri memang untuk laki-laki. Putri tersenyum menanggapi kalimat Roy. Dia masih merasakan hangat di dadanya mengingat penampilan Roy di panggung tadi. Putri lalu berpamitan dan berbalik masuk ke dalam. Roy kembali menstarter motornya dengan senyum yang mengembang sempurna. Sepertinya Tuhan memudahkan jalannya untuk mendekati Putri. Sementara di belakang sana, tidak jauh dari Roy, Eka terlihat kesal. Lagi-lagi dia merasa kalah dari Roy. Tapi dia berjanji hanya hari ini dia kalah. Besok dia akan terus menempel pada Putri. -- Mohon sedekah love, vote, juga berikan komentar positif. Terima kasih......
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN