To the Point

1165 Kata
Hari ini adalah hari pertama masuk perkuliahan. Setelah beberapa hari yang lalu disibukkan dengan masa orientasi kampus dan pengisian kartu rencana studi, akhirnya perkuliahan dimulai. Dan selama hampir dua minggu itu, Putri tidak pernah bertemu dengan Eka maupun Roy. Putri tampak senang sekali pagi ini. Apalagi saat kemarin dia mengetahui kalau Sari dan Ria juga menjadi teman sekelasnya, rasanya Putri tidak sabar untuk sampai di kampus. Jadwal perkuliahan mereka sampai jam tiga sore. Pada saat istirahat siang, setelah sholat, Sari meminta ditemani ke ruang UKM silat untuk menanyakan jadwal latihan dan sebagainya. "Mas Dimas!" Sari menyapa tetangganya sekaligus seniornya di silat. "Aku mau menanyakan jadwal latihan nih," kata Sari lagi. Dimas langsung berdiri dari duduknya dan mempersilahkan tamu-tamunya duduk. Sari sedang antusias bertanya-tanya pada Dimas ketika seorang pria yang tampak sangat mapan masuk ke ruang UKM. Dia langsung mengajak Putri bersalaman, "Kris," katanya. Putri menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum. "Kamu Putri kan?" katanya lagi, "Kita sempat berkenalan saat acara pengenalan UKM kemarin. Tapi aku ingin memperkenalkan diriku lagi." Dia lalu memanggil Dewa dan bertanya, "Putri yang ini kan? Mau dicomblangi atau usaha sendiri?" tanyanya dengan nada bercanda. Putri yang sedang bersalaman dengan Kris seketika membola dan menarik tangannya. 'Apa maksudnya?' batin Putri. "Mas Kris gak usah aneh-aneh deh. Aku mau usaha sendiri tidak usah pakai comblang-comblang segala", kata Dewa sambil menahan malu. Dewa lalu menghampiri Putri dan duduk di sampingnya. "Put, kamu tidak usah mendengarkan omongan mas Kris ya," kata Dewa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Wajahnya terlihat sakah tingkah. Lucu sekali, pikir Putri. "Dewa kamu jangan begitu. Jangan mrnolak niat baik kita sesama anggota silat untuk bantu kamu pendekatan dengan Putri," kata Kris lagi sambil mengambil minum di pojokan. "Sudah lah, Mas. Nanti yang ada Putri malah takut. Jadi gagal pendekatanku nanti," kata Dewa memperingatkan pelatihnya itu. "Mas Kris itu pelatih di sini. Maafkan omongannya ya. Walaupun emang benar sih," kata Dewa sambil malu-malu. "Aku memang benar-benar ingin dekat dengan kamu. Waktu pertama bertemu kamu di pengenalan UKM kemarin, aku langsung merasakan bahwa you are the one (kamu satu-satunya). Aku tidak tahu bagaimana bisa. Mungkin juga kamu menanggap aku tukan kibul, tapi itu yang benar-benar aku rasakan. Kamu tidak harus menjawab sekarang. Aku tahu ini terlalu cepat. Aku hanya ingin kita jalani ini pelan-pelan bersama. As you know, I have a crush on you (seperti yang kamu tahu, aku tertarik padamu). Kata-kata Dewa seperti menghipnotisnya. Tatapan Dewa yang tajam seakan menyedot seluruh hidup Putri. Tanpa sadar, Dewa sudah memegang tangannya dari tadi. Dan perlu diingat bahwa ini terjadi di kantor UKM silat dengan puluhan mata menjadi saksi. Dan semua terdiam menunggu adegan selanjutnya. Ini adalah pengalaman pertama Putri ditembak sefrontal ini di depan banyak orang. Putri dari tadi hanya melongo. Dia bingung. Dewa ini siapa? Putri lupa. Dia lupa bahwa dia pernah berkenalan dengan Dewa karena saat perkenalan, yang paling aktif dari kelompoknya hanya Sari. Putri tidak terlalu memperhatikan siapa pun. Yang dia ingat hanya anggota silat memang humble dan humoris. That's it! (itu saja!) Tapi itulah Putri. Dia mudah lupa dengan nama. God!(ya Tuhan!) Untung saja dia cantik, pintar, dan aktif. Itu sedikit bisa menutupi kekurangannya. Dan Putri tidak tahu kalau semua kalimat yang dilontorkan Dewa akan membuat Putri seperti sesak nafas. Dadanya bergetar hebat. Matanya bekedip-kedip sambil terus memandang Dewa. Putri tidak bisa menolak pesona Dewa. Dewa merasa gemas melihat mata Putri yang seperti anak kucing lucu. Dia lalu menepuk kepala Putri sambil berkata, "Tidak usah dijawab sekarang. Kita jalani perlahan sampai kau benar-benar membuka hatimu untukku. Aku akan bersabar." Dewa lalu berdiri dan mendekati tasnya. Setelah itu Kris berkata pada Putri, "Dewa itu termasuk atlit silat kampus ini. Dia sudah pernah beberapa kali memenangkan perlombaan silat. Yang terakhir kemarin di Unair, lumayan dapat juara dua." Mungkin maksud Kris agar Dewa terlihat menarik di mata Putri. Putri pun melirik Dewa. Tingginya sekitar 175 cm. Badannya berotot. Perut dan lengannya beuh, bikin gadis-gadis meneguk ludah mereka. Bodi atlit memang beda. Badannya tidak terlalu besar, tapi otot-ototnya sangat terlihat. Apalagi sekarang dia memakai kaos berkerah model slim fit. Jadi postur tubuhnya terihat jelas. Otot perutnya tercetak jelas. Lengannya berotot membuat Putri membayangkan jika dia berjalan sambil memeluk lengan itu. Sepertinya akan terasa sangat nyaman. Kulitnya coklat eksotis dengan beberapa bulu halus di rahangnya. Jangan lupakan mata dan alisnya sangat tajam. Kontras sekali dengan pembawaannya yang suka bercanda. "Dewa itu orangnya serius. Dia tidak pernah bermain-main dengan gadis manapun. Dia memang humoris dan selama ini dia hanya satu kali dekat dengan seorang gadis. Dia bukan mahasiswi sini. Dan di sini, meskipun berkali-kali ada yang berusaha mendekatinya, dia selalu menolak. Dia memasang tembok yang sangat tinggi. Dia sangat setia. Sering teman-teman di sini menggodanya untuk pergi dengan gadis lain tapi Dewa tidak pernah menanggapi. Tapi tenang saja, mereka udah berpisah enam bulan yang lalu. Jadi kalau memang dia sudah memutuskan untuk mendekatimu, itu artinya dia serius dan tidak akan mempermainkanmu." Kris berkata panjang lebar tentang Dewa. Sedangkan orang yang dibicarakan sudah menuju kantor dosen untuk bimbingan skripsi. Well, secara fisik dia memang oke. Tapi Putri tidak mau menanggapi apa pun dulu karena ini memang interaksi pertama mereka -meski sebenarnya sudah yang kedua dan Putri melupakan yang pertama. Putri tersenyum menanggapi. Tapi debaran di dadanya tidak bisa menolak pesona Dewa. Kata-kata Dewa terus menari di benaknya. Jujur saja itu tadi memang membuat Putri melted. You are the one. Membuka hati. Crush on you. Ria melirik jam, masih ada 15 menit lagi sebelum masuk. "Ke kantin sebentar yuk. Lapar nih. Masih 20 menit lagi. Kita beli pentol atau batagor saja dibungkus", kata Ria. Sari dan Putri sangat setuju dengan usul Ria. Mereka pun berpamitan. Kantin sudah mulai sepi. Hanya beberapa mahasiswa saja yang masih menikmati makanan mereka. Ria sudah berdiri memesan makanan sementara Putri dan Sari menunggu sambil duduk di pojokan kantin. Roy dan teman-temannya terlihat memasuki kantin. Mereka berjalan sambil mendiskusikan sesuatu yang sepertinya seru. Sesekali tawa mereka terdengar riuh. Putri yang mendengar suara tawa mendongak. Dilihatnya Roy sedang tertawa terbahak sambil mendongak sepertinya sangat seru. Putri jadi ikut tersenyum lalu kembali menekuri ponselnya. Roy berdiri hendak memesan makanan tapi tiba-tiba tatapannya terkunci pada gadis di pojok itu. Dengan langkah lebar dia menghampiri Putri. "Hai, Put. Bangku ini kosong kan?" tanya Roy bungah. Putri mengangguk sambil tersenyum. Roy langsung duduk di samping Putri. Sari yang melihat itu merasa tidak enak sendiri. Entah kenapa dia merasa kehadirannya sama sekali tidak akan berefek apa pun. Jadi sebelum dia benar-benar berubah menjadi obat nyamuk, dia memutuskan berdiri. "Put, aku mau pesan dulu ya. Kamu di sini saja", kata Sari. "Lho, Sar. Bukannya Ria udah pesan makanan buat kita bertiga ya?" tanya Putri bingung. Sari tersenyum kikuk lalu berkata, "Mmm anu, aku ada yang mau aku pesan juga. Sebentar ya." Sari langsung beranjak menghampiri Ria. "Lama tidak ketemu, Put," kata Roy memecah kesunyian yang sempat tercipta. "Iya, kak. Minggu kemarin memang lagi hectic banget mengurus perkuliahan." "Aku kangen," kata Roy sambil terus menatap mata yang indah itu. -- Mohon sedekah love, vote, dan berikan komentar positif ya. Terima kasih...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN