"Well, kita akhirnya bertemu lagi, Matteo dos santos."Matteo senyap, mengangkat kepala. Menatap lorong menuju kamar Lucia. Dua tangannya terkepal, bersembunyi di balik saku celana.
"Ya. Senang bertemu dengan mu!"sahut Matteo, selepas memutar pandangan. Berbalik. Menatap pria yang tinggi sejajar dengannya.
Falcon D'Carrington.
"Selamat! Aku dengar kau baru saja menikahi putri keluarga Savalas,"tambah Falcon memiringkan bibir. Smirk.
"Thank you!"cukup. Itu saja yang di katakan Matteo, ia mendengus, membalas senyuman Falcon.
"Aku punya saran untuk mu, Matteo!"kata Falcon, terdengar angkuh. Lalu, meletakkan salah satu tangannya di bahu Matteo. Pria itu melirik, mengarahkan mata pada tangan kekar Falcon."Perlakukan Lucia dengan benar! Jika tidak, akan ku curi milikmu!"
Matteo melebarkan bibir, menepis tangan Falcon. Sedikit bergeser menjauh. Meloloskan tangan dari saku, lalu berkata,"Ambil saja bekas ku jika kau mau!"jawabnya sarkas. Ingin melalui Falcon. Namun, Matteo terhenti, dicegat paksa. Falcon mencengkeram lengan Matteo kuat.
"Aku mungkin menyukai anak kecil itu! Jadi, berhati-hatilah terhadapku!"bisik Falcon, melakukan kontak mata. Saling menatap satu sama lain. Matteo senyap sesaat, menarik napas.
"Aku... suami nya. Ingat itu!"tepis Matteo, menarik lengannya lebih kuat. Kembali melanjutkan perjalanan menuju kamar Lucia. Meninggalkan Falcon. Matteo menelan saliva, melepaskan kancing pakaian nya turun, membiarkan d**a bidangnya sedikit terbuka. Ia butuh udara segar sebanyak mungkin.
Falcon masih di tempat yang sama. Menempatkan matanya penuh sasaran, membidik punggung Matteo yang betul-betul tegap dan tinggi. "Kau masih belum berubah, Theo, masih belum,"ungkap nya, penuh arti.
_________________
"Lu. Lucia. Lucia!!"
"Hah? Kenapa?"
"Ya ampun. Aku dari tadi ngomong kaya kereta, kamu nya ngelamun. Mikirin apa sih?"tanya Julia. Membanting tubuhnya ke ranjang.
"Mikirin Om,"jawab Lucia jujur. Julia menaikkan salah satu alisnya. Memutar tubuh dan memposisikan tubuh menjadi telungkup.
"Mikirin waktu bikin bayi di Cannes, Ya?"goda Julia.
"Ih. Apaan sih. Kaya nggak ada kerjaan lain aja,"Lucia mengusap-usap hidung nya, tersenyum malu, wajah gadis itu memanas. Mendadak merah.
"Kau tidak akan bisa membohongi ku, Lucia. Aku... tahu siapa kau!"teriak Julia bangga. Menopang dagu dengan tangannya.
"Jul, jadi istri tuh tugasnya apa aja sih? Aku harus ngapain?"tanya Lucia.
"Gatau! Tanya aja sama si Om dia mau nya apa! Kalo modelnya kaya Om Matteo, kayaknya cuma butuh kamu di ranjang deh,"celetuk Julia tidak memberi jawaban memuaskan untuk Lucia. Gadis itu mengulum bibir, kembali memungut barang yang penting untuk di masukkan ke dalam koper.
"Lu. Kalau di pikir-pikir, nih, Ya. Kayaknya om Matteo itu udah lama deh suka sama kamu!"sebut Julia bimbang. Memiringkan bibir ke kanan. Terlihat berpikir.
"Ngarang. Ngomong sama aku aja kadang di jawab Hmm. Ya. Hmm. Ya. Malah sering gak dijawab sama sekali."
"Ih. Dengerin dulu! Soalnya, kalau si Om nggak suka sama kamu. Dia pasti usaha donk buat batalin pernikahan kalian. Minimal jelasin ke daddy kamu, kalau apa yang terjadi di apartemen itu cuma salah paham. Ini pasrah banget."
"Iya. Mana ku tahu,"balas Lucia simple. "Lagipula, sebelum nikah, Om punya pacar."
"Kamu tahu dari mana kalau Om punya pacar?"tanya Julia.
"Kan aku udah cerita. Sebelum Om ketahuan sama daddy, ada wanita cantik, sexy, montok, datang ke apartemen Om,"jelas Lucia. Mengenai Sofia yang belum ia tanyakan pada Matteo.
"Lucia. Mungkin nih. Mungkin. Kalau itu mbak-mbak memang pacarnya si Om Matteo. Harusnya nih. Harusnya, yang di kejar Om itu mbak itu. Bukan malah ciuman sama kamu sambil remas d**a sampai lepas kancing,"pungkas Julia tegas. Mengalirkan seluruh isi pikirannya pada Lucia.
"Lagian ya, Lu. Kalau si Om gak cinta sama kamu. Ngapain dia mau tidur sama kamu sampai nyewa yatch? Kayaknya tuh, memang udah di siapin aja gitu!"tambah Julia. Meyakinkan sahabatnya itu.
"Ya. Kalau Om memang punya rasa sama aku. Ngapain dia gak coba jujur aja?"tanya Lucia.
"Eh! Sejak kamu mondar-mandir masih pakai k****t di mansion ini, si Om udah kerja di sini. Jadi, wajar! Sah-sah aja kalau dia gak mau nunjukin. Mungkin, segan sama daddy kamu,"gerutu Julia. Memutar tubuhnya kembali, duduk di atas ranjang, membantu Lucia memasukkan pakaian ke dalam koper.
"Sudah siap?"serak. Suara Matteo lekas mengalihkan pandangan dua gadis itu. Julia mengulum bibir, segera turun dari ranjang. Mulutnya seketika bungkam. Diam seribu bahasa.
"Jul, Mau kemana?"teriak Lucia mengabaikan Matteo. Pria itu bergeser masuk, membiarkan Julia lewat. Gadis itu melirik, menatap tinggi tubuh Matteo yang semampai.
"Kenapa?"tegur Matteo dingin.
"Nggak. Tinggi amat kaya pohon kelapa. Untung gak melambai-lambai seperti nyiur di pantai,"tukas Julia menahan tawa. Matteo membuang napas. Mengalihkan mata pada Lucia. Malas.
"Masih lama?"tanya Matteo pada Lucia.
"Sebentar, Ya, Om."
"Anak Suparman dapat perunggu, perunggu di curi anak bu Minah. Pengantin baru tidak mau di ganggu. sebelum di usir, pergi dulu Ahhh!!!"seketika, Julia melesat. Melebarkan langkah, menjauh tanpa menunggu respon dari keduanya. Ia menahan tawa, mengeluarkan pantun dari negara asalnya. Indonesia.
Matteo masuk. Merapatkan pintu, melangkah mendekati Lucia. Menatap gadis itu lekat.
"Masih sakit?"tanya Matteo tanpa memalingkan mata. Lucia menelan ludah, memasang wajah merah.
"Dikit!"kata Lucia. Paham terhadap pertanyaan Matteo. Pria itu mengangguk, mengalihkan pandangan.
"Om mau kemana?"sergah Lucia cepat.
"Aku tunggu di bawah,"jawab Matteo singkat.
"Om....."
"Cepat!"tegas Matteo. Menurunkan mata ke leher Lucia. Memeriksa bekas kissmark darinya.
"Iya. Sebentar, Ya..."jawab Lucia.
"Hmm.."suara serak Matteo menggema. Melepas Lucia dari pandangannya.
"Om. Jam satu aku ada pertemuan sama J'Althea. Jadi ikut?"tanya Lucia. Memalingkan pandangan kembali.
"Ya,"angguk nya pelan. Lantas, berlalu dari hadapan gadis itu, tanpa sepatah katapun.
_____________________

J'Althea Agency | Dua jam kemudian...
Langkah kaki terdengar beriringan. Tegap menyentuh lantai. Matteo mengedarkan mata, menangkap tokoh-tokoh yang ia lihat didalam agency. Berusaha menemukan seseorang, berjalan lambat, di belakang Lucia. Mereka di giring seorang profesional menuju ruang utama, untuk menemui pemilik Agency.
Thomas M Jorge.
Matteo terhenti. Menatap sosok wanita yang masih melekat di benaknya. Ia hanyut, mencoba melakukan kontak. Sekilas. Pria itu melirik Lucia. Menatap punggung yang sudah berjalan beberapa langkah dari nya. Ia menelan ludah, lantas, bergerak memutar, membiarkan Lucia tetap berjalan tanpanya. Tapi, Lucia sadar, ia mengedarkan mata. Memerhatikan Matteo menarik seorang wanita dan menghindar dari keramaian.
"Lucia?"
"Aku ke toilet dulu, kau bisa tunggu sebentar?"tanya Lucia ragu, pada pekerja agency itu.
"Ya. Silakan! Aku tunggu di sana!"tunjuk nya pada satu ruangan tertutup.
Lucia mengangguk, mengayunkan langkah lebar ke arah Matteo. Berusaha mencari tahu.
"Kau sengaja mengabaikan ku?"tanya Matteo, merapatkan diri pada Sofia. Menahan wanita itu di tembok. Sedikit masuk ke dalam lorong kosong.
"Kau lucu sekali. Kau yang menikahi gadis lain,"jawab Sofia cepat. Menatap Matteo dalam.
"Kita harus bicara!"
"Apa kau menidurinya?"tanya Sofia. Menelan ludah kasar. Takut bertanya. Namun, butuh jawaban. Matteo diam, mengulum bibir sejenak. Ia menunduk, memberi petunjuk."Munafik!"
"Sofia! Aku mencintai mu!"ujar Matteo serak. Menatap kalung yang melingkar di leher Sofia.
"Lalu. Jika kau mencintai ku, sekarang kau bisa apa? Hmm?"pandangan Sofia kabur. Mendadak basah. Ia menggigit bibir, menahan tangis. Matteo menarik napas, memegang kedua lengan wanita itu dan memeluknya rapat.
Lucia bergetar, berdiri dengan lutut lemah. Ia tidak bersuara. Menekan dadanya kuat. Sesak. Sulit bernapas. Tidak menyangka, bahwa melihat sekaligus mendengar pernyataan dari Matteo akan sesakit ini. Mulut Lucia bungkam. Menahan tangis yang hampir pecah.
"Aku kuat!"gumam Lucia dengan bibir yang mencoba melawan kehendaknya. Ia kembali mengintip, menyiksa batin lebih lama. Matteo dan Sofia berciuman. Napas Lucia memburu, semakin sulit memasok oksigen.
Cukup. Lucia tidak ingin melihatnya lagi. Ia mengusap mata yang basah, lalu melangkah pergi. Berjalan menjauh, meremas gaun pendek nya keras.
_________________
IG : shineamanda9