Siang itu, sinar matahari menyelinap masuk dari jendela besar ruang tamu. Kiara duduk di sofa panjang, memeluk bantal sambil menatap ke arah halaman belakang. Wajahnya terlihat agak murung tapi matanya penuh tekad. Albert baru saja berangkat ke perusahaan satu jam lalu, meninggalkan Kiara bersama beberapa pelayan dan bodyguard yang bertugas menjaga rumah. Tiba-tiba Kiara berdiri, menepuk-nepuk bantal yang tadi dipeluknya. “Kalian!” panggilnya ke arah dua bodyguard yang sedang berdiri di dekat pintu. “Aku mau mangga yang asam. Yang belum terlalu matang. Petik langsung dari pohon belakang, ya.” Bodyguard pertama saling pandang dengan rekannya. “Baik, Nyonya,” jawab mereka hampir bersamaan. Kiara mengangkat telunjuk. “Tapi jangan cuma mangga. Aku juga mau semangka yang masih muda, yang wa