Pagi itu, Kiara membuka mata perlahan. Cahaya matahari dari celah gorden menyilaukan. Kepalanya berat, dan perutnya terasa aneh. "Aduh..." gumamnya pelan sambil menekan perut. Ia duduk, mencoba mengatur napas. Beberapa detik kemudian, rasa mual muncul tiba-tiba. Ia buru-buru turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Di depan wastafel, ia memuntahkan cairan bening. Tubuhnya membungkuk, tangan bertumpu di pinggir meja wastafel. "Kayaknya aku masuk angin deh..." bisiknya sambil menelan ludah. Setelah beberapa menit, ia berkumur, lalu kembali ke tempat tidur. Wajahnya pucat. Ia merasa lemas dan pusing. Pelayan yang kebetulan hendak mengantarkan sarapan pagi, mengetuk pintu. "Nona Kiara? Sudah bangun?" Kiara menjawab dengan suara pelan. "Masuk aja..." Pelayan itu membuka pintu perl