Mayang terbangun dari tidurnya pagi itu dengan perasaan tak keruan. Pertama, ia merasa bodoh sudah menikmati ciumannya dengan Ivan. Kedua, ia merasa semakin bodoh karena membiarkan dirinya tidur di pelukan Ivan. Ketiga, saat ia membuka matanya, dalam hati ia memuji ketampanan yang dimiliki oleh Ivan. "Kenapa kamu ngeliatin aku terus, Yang?" Mayang menarik mundur kepalanya, tetapi itu sia-sia karena Ivan menahan punggungnya kuat. Ia tetap merapat di tubuh Ivan yang sangat hangat itu. "Aku tahu, aku ganteng maksimal, jadi kalau kamu mau cium, cium aja pipi aku," kata Ivan yang masih memejamkan mata itu. "Sembarangan! Aku ngeliatin jam di dinding, bukan ngeliatin Om!" sangkal Mayang. Ia mencoba melepaskan tangan Ivan yang ada di pinggangnya. "Lepas dong, Om. Aku mau mandi." "Mandi sama a