Ivan menunggu bermenit-menit di sebuah restoran mewah. Ia tahu Adam sedang ada di salah satu ruangan VIP di sini, tetapi tentu saja ia tak bisa menerobos masuk begitu saja. Ia memilih menunggu di lantai satu sambil terus mengedarkan matanya. "Aku harus kasih tahu Mayang kalau aku pulang telat," kata Ivan seraya menggenggam liontin milik Mayang. Ia lalu merogoh ponselnya. Ia mencari nomor Mayang dan segera menekan tombol hijau. "Halo, Om Sayangku!" sapa Mayang. Ivan tertawa kecil. "Ya, halo, Sayang. Gimana? Pusingnya udah sembuh belum?" tanya Ivan. Sudah beberapa hari ini Mayang mengeluh pusing dan lemas. Ia sudah meminta Mayang ke dokter, tetapi Mayang menolak karena ia merasa bisa beristirahat di rumah dan tak lagi kuliah. "Udah kok. Ini baru main sama Reva. Om pulang bentar lagi?" ta

