Adam berdehem sebelum ia menjawab panggilan Ivan. Ia menyalakan mode speaker keras agar Mayang bisa mendengar ucapan Ivan. Barangkali Mayang akan berubah pikiran, batin Adam. "Halo, Ivan." Adam menyapa Ivan lebih dulu. "Selamat sore, Pak." Mayang menahan napasnya ketika ia mendengar suara Ivan. Air matanya langsung menggenang, tetapi ia menahan diri untuk tak menangis. "Ya. Bagaimana kabar kamu? Apa kamu sudah menemukan putri saya?" tanya Adam seraya melirik Mayang yang baru saja mengangguk pelan. "Belum. Saya di Bogor. Saya tahu Mayang datang ke klinik kandungan. Sepertinya, Mayang sedang hamil anak saya, Pak," kata Ivan di seberang. Mayang menutup bibirnya dengan telapak tangan. Ivan tahu. Ivan tahu ia sedang membawa benihnya. "Apa?" Adam berpura-pura terkejut. "Jadi, apa yang ak

