Semuanya terasa benar, bahkan ketika cincin pernikahan sudah tersemat di jari manis Erin dan Gempa. Terasa benar ketika keluarga Gempa senyum bahagia, apalagi saat foto di pelaminan dengannya. Namun, entah kenapa ... Gempa tidak bahagia. Hatinya hampa. Pernikahan pun seperti formalitas belaka, bahkan saat sebuah fakta besar Gempa dapatkan dari keberadaan Erin di sisinya, dari bersedianya Erin menikah dengannya, dari apa yang Erin kata bahwa dia memang tidak ingin Gempa bahagia, dia tidak ingin kehidupan Gempa berjalan indah, sedang hati Erin yang mulanya tulus cinta kepada Gempa menjadi benci dan dendam, tak peduli bila diri sendiri ikut berperan atau justru sebagai peran utama di sana. Erin marah, tetapi sikapnya ramah. Erin mengasihi Gempa, tetapi itu cuma sandirwara. Erin mencintai