“Tidak! Aku pernah melihat foto dia dan ibunya ketika kecil. Mereka seperti hidup mewah bahkan berada di luar negeri?” Seketika mata Bagas terbelalak lebar. “Upsh! Ataukah mungkin dia sebenarnya anak haram yang di besarkan oleh seorang g***o? Sehingga sudah biasa bagi keluarganya untuk melacurkan diri? Setelah ibunya meninggal lalu dia melanjutkan bisnis ibunya, itu kenapa dia hidup mewah dan terkesan tak pernah hidup susah? Aarrggkhh!!” Bagas menggeleng dan mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Dia kembali merenung jauh dan tanpa sadar tangannya sudah memutar nomor ponsel milik seniornya yang telah praktek di rumah sakit. “Aku harus mencari tahu terlebih dahulu tentang kebenaran ini. Sampai aku bisa memberikan pembelaan di hadapan keluargaku. Aku tak ingin ibu dan ayahku salah menduga

