“Wooi!” teriak Gantan, menuding gadis itu dengan anak panahnya. Dia keluar dari persembunyian, membuat Yang jin menepuk kening.
Gadis bermata sipit dengan rambut tipis yang tergerai ke depan itu memasang tatapan waspada. Dia tak tau, jika yang sekarang berdiri di depannya ini adalah pangeran Zhao Gantang yang namanya begitu terkenal dimana-mana. Menarik pedang dari sarungnya, mengarahkan pedang itu kearah Gantan.
“Serahkan kelinci itu!” pinta Gantan tanpa takut sedikit pun.
“Apa?!” dia melotot, menatap kelinci yang di penuhi darah itu. Memasukkan ke kantong yang sudah ia siapkan, “ini buruanku. Kau tak bisa merampoknya.”
Gantan berkacak pinggang. “Aku lebih dulu mengincarnya. Tapi kau dengan sangat tak sopan memanahnya.”
“Itu berarti, kau kalah cepat. Kelinci ini, milikku.” Tegasnya dengan cemberut dan wajah galak.
“Hey!”
Tak peduli teriakan Gantan, gadis itu melangkah cepat, menaiki kuda, lalu membawa pergi kelinci hasil buruannya.
Menoleh, menatap Yang jin yang kini berdiri di sampingnya. “Yang jin, tadi itu ….”
“Namanya Xiao Yue, dia berasal dari Wuhan. Kaisar di Wuhan mempunyai banyak selir, dan dia adalah salah satu anak dari beberapa selirnya.” Tutur Yang jin dengan bersedekap.
Gantan menggeleng dengan senyum yang tersungging. “Putri dari seorang kaisar, tapi dandanannya nggak kek Zhao Mingxiang yang pakai banyak embel-embel.” Ngomongnya, berbalik untuk kembali ke kuda.
Yang jin menautkan kedua tangan di belakang, mengikuti langkah Gantan. Menaikkan satu alis dengan senyuman. Xioa Yue memang seorang putri kaisar yang memiliki sifat paling berbeda. Dia sama sekali tak tertarik dengan perebutan kekuasaan atau pengakuan dari ayahandanya. Sangat jauh berbeda dari beberapa kakaknya.
Mereka berdua kembali menaiki kuda, berkeliling hutan untuk mencari buruan. Cukup lama, tapi tak mendapatkan apa-apa. Hingga mereka memutuskan untuk kembali ke rumah tua milik Ying hecong.
Sebelum mereka benar-benar sampai di dalam rumah tua itu, Yang jin menghentikan kuda, menatap dengan menyipit kearah depan sana. Di mana ada beberapa prajurit dengan pakaian khas dari suatu istana.
“Yang jin, siapa mereka?” tanya Gantan dengan sedikit berbisik.
“Di lihat dari pakaiannya, mereka berasal dari Fanrong. Sepertinya Pangeran Qin sedang mencari keberadaan pangeran Zhao Gantang. Gantan, lebih baik, kita tinggalkan tempat ini.” ajaknya, menarik lengan Gantan.
Gantan menolaknya, menatap beberapa orang yang mulai menyalakan api di atap rumah tua itu. Dia melangkah, ingin menghampiri mereka.
“Gantan, jangan gegabah!” Yang jin berusaha menghalangi, tangannya tetap mencekal lengan Gantan dengan erat.
“Yang jin, gimana nasib pak tua itu? Walau dia menyebalkan, tapi dia orang yang sangat baik.”
“Gantan, mereka sengaja menyalakan api, karna ingin kita keluar dari persembunyian. Cepat, kita pergi dari sini.”
“Yang jin,”
“Gantan, percayalah. Ying hecong lebih hebat dari mereka. Dia pasti sudah kabur, menyelamatkan diri lebih dulu.”
Lama mereka saling tatap dengan wajah Gantan yang memerah karna emosi. Sungguh, ini adalah kali pertama ia melihat kejadian seperti ini. Kembali ia menoleh, menatap api yang kini sudah membakar sebagian rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa bulan. Tangannya terkepal erat, ia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan. Urat di lehernya sampai terlihat saking emosinya.
“Gantan,” kembali dia di tarik saat hampir melangkah keluar dari persembunyian.
“Yang jin,”
“Gantan, dia memang mencari keberadaanmu. Ini jebakan, percayalah.” Mohonnya dengan begitu serius.
“Ok.”
Awalnya, Yang jin tak paham dengan ucapan seperti ini. Tapi karna sering mendengar Gantan mengucapkannya, ia jadi paham sedikit demi sedikit. Dia menyuruh Gantan untuk lebih dulu melangkah menjauhi rumah itu, dia sendiri menyusul di belakangnya. Menuntun kuda dengan begitu hati-hati. Setelah jauh, mereka berdua mulai menaiki kuda, pergi entah kemana, asal jauh dari rumah tua itu.
Malam telah datang, dan mereka masih belum keluar dari hutan. Dengan tanpa penerangan sedikit pun, Yang jin memimpin jalan. Menyusuri jalan setapak yang sangat jarang di lalui oleh orang. Cukup lama, hingga mereka berdua bisa keluar dari hutan. Yang jin celikukan, waspada dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Sesuai dugaan, Yang jin dan Gantan melebarkan mata ketika ada beberapa orang yang mengepung mereka. Salah satu diantara mereka melemparkan jarum yang tentu sudah di bubuhi racun. Pada saat itu, seorang gadis melompat, mengarahkan pedangnya, menghadang jarum yang hampir mengenai tubuh Gantan.
Xiao Yue, Yang jin dan Ying hecong berkelahi dengan beberapa orang suruhan dari Fanrong. Sementara Gantan yang memang belum bisa melawan dan baru menguasai ilmu kecepatan. Dia hanya bisa menghindar ketika beberapa orang hendak melayangkan pedang kearahnya.
Saat semuanya jatuh terkapar, seorang wanita yang tadi melempar jarum memilih kabur. Karna jika dia memaksa untuk melawan, sudah bisa dipastikan dia akan kalah.
“Tak perlu di kejar.” Ying hecong mencekal lengan Xiao Yue ketika gadis itu hampir berlari mengejar si penjahat.
“Pak tua,” panggil Gantan, lalu tersenyum ketika tau jika lelaki yang sejak tadi ia khawatirkan ternyata baik-baik saja. “Syukurlah, kau baik-baik saja.”
“Cckk,” terdengar decakan serta helaan nafas kesal. Xiao Yue melipat kedua tangan di depan d**a. “Jika bukan guru Ying, lalu siapa yang akan menyelamatkanmu?!” ketusnya. Ia berjalan menjauh, tak pedulikan wajah Gantan yang tak terima dengan kata-katanya.
Yang jin tertawa kecil melihat Gantan yang kesal karna ulah Xiao Yue. “Pegang kudanya. Kita berjalan masuk ke desa Guan.”
Tak menjawab, Gantan meraih tali kudanya. Melangkah di belakang Ying hecong dan Xiao Yue yang tentu lebih dulu ada di depannya. Mereka masuk ke desa yang terlihat damai. Jalanan masih ramai dengan para penjual disana. Ada banyak orang yang menikmati malam dan jajanan di warung. Mereka menatap sekilas ke arah Gantan dan yang lain, lalu berbisik. Tentu mempertanyakan orang baru yang masuk ke desa mereka.
Xiao Yue berhenti tepat di depan penginapan, menoleh, menatap tiga lelaki yang bersamanya. “Guru Ying, kita hanya bisa menginap di sini semalam. Besok pagi-pagi sekali, kita sudah harus meninggalkan desa ini.”
“Iya, kita berangkat sebelum matahari muncul.”
**
Seorang wanita dengan pakaian hitam kombinasi merah itu membungkuk dengan hormat. “Maaf, yang mulia. Saya tidak kompeten, saya wajib di hukum.” Ungkapnya dengan rasa bersalah.
Pangeran Qin Yuwan mengibaskan baju dengan wajah penuh kekesalan. “Kalau saja lelaki tua berumur panjang itu tak ada, pasti Pangeran Zhao Gantang saat ini sudah berada dalam genggamanku. Aargg! Kenapa keberuntungan selalu ada padanya!” teriaknya dengan marah.
“Benar kata yang mulia. Pangeran Zhao Gantang bahkan tak bisa bela diri. Dia hanya bisa menghindar saja. Sekali pun, dia tak bisa melawan musuh. Hanya memegang pedang tanpa bisa menggunakannya. Jika saja pengawalnya dan lelaki tua itu tak bersama dengannya, pasti kita bisa dengan sangat mudah memenggal kepalanya, lalu mengirimkan itu sebagai hadiah pada kaisar Zhao di Yongheng.” balas si wanita yang bibirnya di warnai hitam itu.
“Ning Qiang, yang mengawal pangeran Zhao Gantang hanya dua orang itu, kan?” tayanya pada bawahan yang menjadi andalan sebagai ahli racun.
Ning Qiang diam, mengingat wajah gadis yang juga ikut menyelamatkan Pangeran Zhao Gantang tadi. “Tidak, yang mulia. Saya juga melihat seorang wanita. Namun, sayang sekali. Dia memakai penutup wajah, hingga saya tak bisa melihat siapa dia.”
“Wanita?” tanya Pangeran Qin, meyakinkan.
“Iya, yang mulia.” Jawab Ning Qiang dengan begitu yakin.
Pangeran Qin mendudukkan p****t di kursi santai miliknya. Satu tangan mengetuk meja dengan pikiran yang mengelana jauh, mengira-ngira siapa wanita yang kini ikut menjadi pengawal Pangeran zhao Gantang.
“Kemungkinan, mereka sekarang ada di penginapan Guan. Kita bisa menyerang malam ini jika yang mulia mengijinkan.”
Pangeran Qin Yuwan mengangkat wajah, sudut bibir terangkat. Senyum menyeringai dengan sisi iblis itu membuat siapa saja merasa takut. “Ide bagus. Siapkan kuda untukku!”