Hana masih tertegun melihat potret dia dan Eshan yang ditampilkan oleh layar televisi. Tidak lama kemudian tangannya pun mulai bergetar seiring helaan napasnya yang mulai terdengar tidak beraturan. Sedetik kemudian Hana pun beralih menatap Ari yang kini juga menatapnya dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa...." Ari tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Hana menelan ludah. Dia sendiri juga bertanya-tanya kenapa potretnya dan Eshan itu bisa ada di sana. Siapa yang telah memotretnya diam-diam? Deg. "Lho bukannya itu adalah perempuan yang ada di televisi?" Seorang pengunjung kedai kopi itu menunjuk Hana. "Benar... Dia adalah perempuan itu!" "Gila! Jadi dia seorang asisten yang menggoda Eshan?" "Bagaimana Eshan bisa menyukai perempuan seperti dia?" Suara-suara bernada sumbang pun kini te