Masabodo

1963 Kata

Adit kembali ke kamar dengan lunglai, wajahnya terlihat murung. “Ada apa, Mas?” tanya Tiyas mendekat. Ia duduk di sofa di samping Adit. “Mungkin tiga bulan lagi, aku dan Viola akan menikah,” ujarAdit lesu. Tidak ada gairah di matanya. Mata Tiyas berkaca-kaca menatap Adit. Walau wacana itu sudah pernah mereka bicarakan, tetap saja hatinya terasa sakit. “Lalu bagaimana dengan pernikahan kita, Mas?” tanya Tia menatap Adit lekat. Adit meremas kepalanya. Dia tidak tahu harus berkata apa. rasanya bibirnya kelu untuk mengucap kata cerai. Ia tak sanggup, sungguh tak sanggup. “Bisakah kita tidak membahasnya malam ini? Aku lelah, Yas, sangat lelah.” ujar Adit beranjak ke atas tempat tidur. Tiyas menatap punggung Adit yang tertutup selimut. Tak ada yang bisa dilakukannya kecuali pasrah. Mau ba

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN