"Aku menyerah!" keluh Hera, meletakkan tas dan juga buku-buku dia pinjam di perpustakaan.
Anna, Maria, dan Naomi sedang duduk menikmati sarapan di kantin. Sebelum masuk ke kelas. Dari semua anak mahasiswa-mahasiswi di sini semua mengeluh soal tugas dibagikan oleh dosen mata kuliah masing-masing.
Entah tujuan dosen itu apa? Seakan kampus ini seperti Universitas memberi perintah pada pelatihan anak-anak untuk masuk militer. Bukan jurusan jurnalis saja yang mendapat tugas seperti itu.
Anak fakultas lain juga mendapat hal serupa. Anak jurusan akuntansi ditugaskan untuk mencari permasalahan keuangan perusahaan tidak membayar perpajakan.
Seolah para mahasiswa di sini ditugaskan oleh pemerintah, apa yang terjadi dengan universitas ini? Seolah meminta mencari informasi kasus bertahun-tahun belum dituntaskan.
Naomi sampai sekarang juga belum mendapat semua jawaban tentang tugas diberikan oleh dosen Arga.
"Sabar, bukan kau saja yang buat kepala kami sakit terus. Tugas ini tidak masuk akal banget, sebenarnya tujuan kampus ini apa sih?" tanya Anna.
Anna ditugaskan oleh salah satu dosen Mutia, hanya Anna beda jurusan. Anna mengambil jurusan program, meminta untuk mencari tau sistem program lama, dan membuka salah satu kode terkunci hingga sekarang belum diketahui oleh siapa pun. Bahkan belum terpecahkan.
Keluarga Anna memiliki kemampuan untuk memecahkan kasus data-data penuh kode serta teka-teki. Ayah Anna seorang IT salah satu kepercayaan Komisaris Axelle. Bahkan Anna memiliki kemampuan dari IQ ayahnya, Adhitama Elvan Syahreza. Siapa tidak kenal lagi dengan nama itu, selain IT profesional.
"Kau dapat tugas apa?" tanya Hera pada Anna.
"Memecahkan kode ini A5H00TX11," jawab Anna menyebutkan kode itu pada Hera.
Naomi masih menyimak percakapan mereka. Dia sedang duduk sambil mengetik sesuatu di ponselnya tanpa ada yang tau, apa yang dilakukan oleh Naomi sekarang.
"Aku masih penasaran dengan tugas-tugas diberikan oleh dosen-dosen kita. Kalian heran tidak beberapa hari ini para dosen suka sekali rapat mendadak. Seakan kita ini dijadikan pelatihan para militer, atau semacam koas untuk mengetahui apa terjadi pada Negara kita sekarang?" kata Maria bersuara.
"..., apa jangan-jangan kita dijadikan bahan percobaan para pemerintah dan dijadikan peperangan lagi? Oh tidak! Aku ingin menikah, bagaimana kulit aku nanti? Ooohhh nooooo...." Maria histeris. Dia sudah syok.
"Bukan kau saja, Maria! Kami juga sudah stres. Apa yang terjadi dengan kampus kiitaaaa?" tambah Anna makin frustrasi.
Beberapa detik kemudian ponsel Naomi berdering. Dia pun langsung mengangkat, kemudian bangkit dari duduknya meninggalkan ketiga teman yang masih bengong.
"Ya, Sarah, ada apa?" tanya Naomi. Dia menjauh dari ketiga temannya.
Dari tadi Naomi mengetik pesan adalah membalas chat dari Sarah. Sarah saat ini sedang tidak ingin hadir ke kampus. Dia sedang frustrasi dengan beberapa tugas itu.
"Apa kau punya waktu, aku ingin bertanya sesuatu padamu, bisakah kau ke sini, tempat biasa," ucap Sarah di seberang.
Sarah sedang berada di Coffee house. Duduk seorang diri sembari ditemani oleh secangkir teh di depannya. Kejadian pagi, Sarah sangat marah pada sikap Ayahnya, Mario.
Entah permasalahan beliau melarang dirinya ke sana. Semakin larangan semakin besar Sarah akan ke sana dengan caranya. Mungkin cara nekat.
****
Hari telah jelang siang, Naomi baru sampai salah satu tongkrongan yaitu Coffee House. Sarah sudah beberapa kali minum aneka jus di mejanya. Sarah paling betah di sini seharian.
Naomi harus hadir absen di kelas, karena akan curiga jika anak kampus memperhatikan dirinya. Apalagi ketiga temannya itu. Bagi Naomi sebenernya tidak terlalu peduli soal Kampus itu. Dia kan bisa kapan saja masuk kelas khusus.
"Sori, aku terlambat. Dosen Arga mencari mu. Untung aku beritahu kau sedang ada urusan," ucap Naomi mendaratkan pantatnya di kursi dingin.
Sarah mengernyit, "Buat apa dia mencari ku? Memang ada masalah dengan tugas-tugasku?"
Naomi mengangkat bahu, dia juga tidak tau. "Maybe," jawabnya malas.
"Maybe, dia naksir sama kau," canda Naomi.
Sarah tersedak sama minuman jusnya. "Ngaco kau! Naksir?"
"Bisa jadi, dia benar-benar naksir padamu. Jangan lihat Dosen Arga itu, pria mana lagi yang punya kedudukan paling muda di kampus kita? Dari segi mana pun dia paling menonjol, anak mahasiswi saja tertarik bahkan berani minta ajak kencan," ucap Naomi, seolah dia menganalisa seluruh anak kampus.
Sarah menggeleng sambil terkekeh, selain melihat sikap Naomi mencolok begini, ada juga humornya. Ya, Sarah boleh akui tentang Dosen satu itu.
Arga Hermawan Sanjaya. Siapa sih tidak tertarik sosok Arga itu. Selain Dosen, wajahnya juga sangat pesona. Sarah tidak terlalu tertarik saja sifatnya saja.
gelagat Arga membuat Sarah memilih menghindar. "Siapa suruh dia terlalu tampan," asal Sarah.
"Tapi lebih tampan si Om itu, kan?" tebak Naomi cengir.
Sarah beku ketika Naomi menyebutkan Om. "Mana ada?" elak Sarah.
Sarah mengalihkan arah lain, dia malu untuk mengakui. Bahkan semalam saja dia sempat bertanya pada Roy soal artikel itu.
"Benarkan? Kau suka dengan Om itu? Om yang mencari dirimu di kampus kemarin? Tidak perlu di sembunyikan, aku akan menjaga rahasia itu dengan baik," kata Naomi yakin.
Sarah menghela napas. Sekali lagi Sarah melirik Naomi. "Iya, kau benar. Aku cinta padanya," jawabnya jujur.
Naomi membulat, lalu dia tertawa seakan itu benar-benar ajaib. "Baguslah."
"Tapi ..."
Naomi mengerut, "Tapi?"
"Dia akan menjadi suami Kak Rachel," ucapnya sedih.
Naomi meluruskan duduknya, sekarang dia serius. Ini yang harus dia ketahui. "Maksudmu? Dia akan menikah dengan Rachel?" ulang Naomi, Sarah mengangguk.
"Kenapa bisa?" Naomi tidak percaya.
Tunggu sebentar, jika pria yang menemui Sarah kemarin. Pria itu adalah ....
Naomi seakan telah memecahkan kasus yang cukup penting. Sarah menarik napasnya lagi dia menopang dagunya dan menatap arah pemandangan di depannya.
"Papa menjodohkan Om Roy dengan Kak Rachel. Dua hari kemarin, Om Roy datang, diundang oleh Papa. Tepat pula Kak Rachel pulang dari Amerika setelah lulus study pendidikannya di sana. Setelah itu, jamuan makan bersama, bukan itu saja, perusahaan Papa akan dialihkan kepada Kak Rachel, setelah pernikahan itu, semua akses akan jadi milik Kak Rachel, dan Om Roy bagian keluarga Papa," cerita Sarah pada Naomi.
Sarah merasa hatinya hancur, dia mulai jatuh cinta pada Roy saat kalimat dia akan menikahinya. Bukan, menikahinya saja. Kalimat itu juga membuat hati Sarah yakin, Roy hanya cinta pertamanya.
Naomi merasa iba mendengar cerita itu. Tanpa sengaja Naomi menemukan sosok tidak asing di seberang. Seorang pria memiliki tato di lengannya. Ya, Roy ada sedang duduk memperhatikan Sarah dengan seorang gadis rockstar. Naomi.
****
up guys. makasih love kalian. senang banget, benar-benar bahagia. maaf ceritanya agak aneh ya. ^^