Sudah pukul satu dini hari, Sarah masih mengutat di depan monitor laptopnya, hingga ipad yang dia gunakan untuk menggambar juga dia buka mencari segala informasi.
Dari semua informasi mengenai perebutan saham, pengalihan perusahaan, sampai tanah sertifikat milik pengusaha yang sampai saat ini belum diketahui atas kematiannya.
Kepala Sarah tiba-tiba berdenyut-denyut dia pun menghentikan kegiatan yang dia kerjakan tugas dari kampusnya. Dia pun menutup semua monitor laptop dan juga ipad-nya.
"Percuma, benar dikatakan Naomi, ini bukan keahlian ku mengambil jurusan jurnalis. Tapi .... aku benar-benar penasaran dengan tugas dari dosen itu, apa maksud beliau berikan, apa semua teman-teman mendapatkan itu juga?" ucap Sarah berkata dalam hati.
Dia mengambil ponsel untuk menelepon Hera atau Anna. Kali saja mereka berdua belum tidur, tapi melihat jam tersebut, Sarah mengurungkan niat telepon. Sama saja dia mengganggu istirahat mereka.
Dia pun mengakhiri tugas tersebut dan memilih untuk segera tidur. Besok dia harus ke kampus, pasti akan jauh lebih banyak ajaran dari dosen atas mata kuliah beberapa hari di liburkan.
****
Klub malam The Queen Star, seorang pria sedang bersenang-senang bermain dengan wanita-wanita manis dan cantik di kanan kirinya. Sembari tertawa terkikik sambil memainkan anggur untuk pria di sana.
"Kau ini, nakal ya!"
Wanita itu memekik manja, "Kyaaa!"
Seseorang datang menghadap dan menunduk padanya. "Tuan, ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap pria muda itu.
Belum diperintah, seorang pria tinggi tegap dengan pakaian kaos berlengan panjang berdiri menatap pria kisaran 59 tahun, meskipun sudah beruban beberapa helai di rambut hitam tertutup, tetapi badan masih tegap, berbidang, dan juga perkasa. Namun itu tidak ada gunanya bagi pria tua seperti dia hanya bermain-main saja.
"Apa setiap hari acara kau itu bersenang-senang terus? Tuan Mario Arata Pratama?" ucap pria tegap itu. Dengan suara khas dan tegas.
Siapa tidak kenal lagi sosok bernama Mario Arata Pratama, dengan sikap wibawa di depan keluarga besar yang bijak dan tegas. Tetapi di balik sifat itu, Mario adalah sosok pria haus akan hubungan yang jauh lebih mengejutkan, menghamburkan semua uang dia miliki.
Bahkan dia tidak peduli, berjudi sekalipun. Kalah atau Menang tidak ada yang tahu. Karena baginya adalah putri kesayangannya sebentar lagi menikah dengan seorang pria yang kaya dan setelah itu harta dan kekayaan yang dipercayai oleh Almarhum saudara kakaknya pun jatuh ke tangannya.
"Ada apa membawa kau ke mari?" tanya Mario pada pria itu.
Pria itu mengambil sebatang rokok kemudian dihidupkan dan diembuskan keluar dari mulut yang penuh asap itu. Pria itu melihat sekeliling Klub tersebut. Tidak ada satu perubahan dari tempat ini setelah dia menginjak terakhir pada gedung ini.
"Saya berharap Tuan segera berhenti berhura-hura dengan harta kekayaan milik Alm. Tuan Abraham. Apa Tuan tidak takut jika terjadi sesuatu mengenai perusahaan Tuan saat ini hampir bangkrut?" ucap pria itu sekali lagi mengembuskan asap di sana.
Mario yang mendengar ucapan pria itu, segera dia perintahkan dua wanita pergi. Ada rasa kecewa pada dua wanita tersebut. Mario mengambil satu minuman termahal, dan di teguk hingga habis.
"Untuk apa takut, sebentar lagi semua akses miliknya jatuh ke tangan putriku. Bahkan tidak hanya itu, mereka tidak akan tau siapa yang membuat atas kematian Abraham saat itu? Itu adalah kecelakaan murni, jadi saya hanya meminta kau cukup tutup mulut dan jalankan saja tugas yang sudah saya berikan," kata Mario menuangkan minuman itu ke dalam gelas.
Pria itu menyisir rambut ke belakang, lalu menghela napas mengesalkan.
"Lama-lama kau akan jadi gelandangan Tuan Mario!" batin pria itu.
Pria itu pun bangkit dari duduknya, sebelum dia meninggalkan tempat ini, dia mengeluarkan sesuatu pada Mario. Sebuah foto, foto yang baru saja di ambil beberapa jam yang lalu. Mario melihat penuh kediaman.
"Saya tidak yakin apakah ini akan berhasil. Dari hasil pengambilan gambar tersebut, hanya ada satu penghalang di sana yang akan membuat Anda hidup semakin sengsara," ujar pria itu kemudian pergi begitu saja.
Mario melihat dua orang sedang makan berdua di salah satu kantin. Kemudian pria yang memiliki tato di lengan mencium tangan seorang gadis. Kedekatan pada dua orang itu dapat disimpulkan bahwa Roy dan Sarah memiliki hubungan khusus.
"Arrrggghhh! Berengsek!" Mario meremukkan selembar foto itu hingga menjadi bola-bola kecil. Orang-orang berada di Klub tersebut dikejutkan oleh suara teriakan. Tapi mereka tidak terlalu peduli akan sumber suara tersebut. Mereka jauh lebih peduli dengan hiburan mereka masing-masing.
****
Esok paginya, Sarah seperti kurang tidur, seharian dia tidak bisa tidur hanya memikirkan sesuatu hal tidak penting itu. Namun dia masih curiga, ya, kecurigaan tentang rahasia di rumah ini.
Sarah sampai memikirkan apakah yang dikatakan oleh Naomi, tidak ada satu pun bakat dari keluarga Pratama memiliki keunikan seni lukis. Tapi di rumah ini banyak segala lukisan bahkan dekorasi penuh interior yang khas sekali.
"Sarah, ada apa? Kau terlihat tidak sehat hari ini?" Yuki bersuara dari tadi memperhatikan Sarah murung seperti itu. Tidak biasanya Sarah bersikap aneh.
"Hah? Tidak kok, Ma. Sarah hanya kurang tidur, dari semalam Sarah mengerjakan tugas kampus," jawab Sarah jujur.
Dia tidak ingin melihat seorang ibu begitu menyayangi dan peduli padanya. Tapi untuk Sarah sekarang, ada hal jauh berbeda. Dibalik semua topeng-topeng mereka pakai, sesuatu tersembunyi hingga saat ini Sarah belum bisa menemukan apa yang mereka tutupi.
"Benarkah? Apa tugas itu penting sekali?" tanya Yuki, sementara Mario dan Rachel masih dalam posisi diam.
"Iya, Ma. Tugas kampus Sarah sekarang suka aneh-aneh. Oh ya, apa Sarah boleh minta izin untuk ke kota Kalimantan Tengah?" Sarah berharap diizinkan oleh ayahnya.
"Soalnya tugas Sarah diminta untuk menyelidiki kasus penyimpanan akses kekayaan pertambangan di Kalimantan masih misteri, jadi .... Sarah ...."
"Papa tidak izinkan!" sambung Mario sekarang bersuara.
Yang benar saja, suara jauh beda, seakan Sarah berbuat salah besar akan ucapannya tadi. Dia hanya izin bukan berlibur.
"Kenapa, Pa? Alasan Sarah tidak boleh ke sana? Ini tugas kampus, Pa, bukan tugas liburan," ucap Sarah sekaligus ingin tau.
"..., lagian Sarah tidak paham, apa yang ada di pikiran Papa. Selama ini Sarah selalu turuti perkataan Papa. Tapi kenapa setiap Sarah minta izin untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus selalu saja Papa ...."
"Untuk apa mengetahui semua kasus seperti itu?! Tidak ada gunanya, di sana tidak akan ada yang membuka suara akan kasus soal penyimpanan?! Paham!" ucap Mario dengan suara meninggi itu.
Sarah terdiam, Yuki melihat suasana semakin ricuh pun tidak bisa berbuat apa-apa, sementara Rachel malah santai menikmati jamuan sarapan di depannya.
****
update guys!
maaf ya klo agak gimana ceritanya.
hehehe. moga suka.