UMS. 5. Penasaran

1031 Kata
"Itu dia!" seru Anna menunjukkan Sarah datang menghampiri teman-teman nya. Hera langsung menarik tangan Sarah segera bergabung dengan mereka. Mereka berdua dari tadi penasaran sama pria bertato mencarinya. Sarah sudah tau dua temannya itu penasaran dengan Roy. Tidak heran lagi topik paling seru adalah gosip pria tampan. Sarah tidak perlu pusing akan hal itu, tapi Sarah harus menjaga perasaan seseorang. Apalagi menyembunyikan hubungan dengan seseorang. Bukan Sarah tidak percaya pada dua temannya. "Siapa pria bertato itu? Bagaimana sih ceritanya, kau bisa berkenalan dengan pria setampan seperti Michelle Morronne? Gila benar kalau kau lihat film itu, Arrrggghhh!" Anna sudah kumat akan kegilaan otak travelling nya. Sarah menghela napas sambil memutarkan kedua matanya dengan malas, sebalik juga dengan Hera. Sarah sangat jauh mengerti Anna memang suka film barat apalagi adegan insecure nya yang luar biasa itu. "Otak kamu itu! Please deh dijauhkan, jangan banding-bandingkan pria bertato dengan pria bernama Michelle Morronne itu! Memang dia siapa mu? Dia juga tidak kenal denganmu!" usil Hera menegur Anna. Anna tidak peduli atas usilan Hera, yang pasti dia sangat suka dengan cerita film itu di sana. Bahkan Anna bisa menonton berulang kali sampai pagi. Makanya lihat kedua kantong matanya saja sudah bisa jelas, tercipta mata panda. Hanya saja Anna cerdik, dia bisa menutupi kantong matanya dengan polesan bedak. Naomi masuk bergabung dengan mereka. Wajah Naomi terlihat sangat tidak bersemangat hari ini. Penampilan Naomi sangat beda dari kalangan anak pada umumnya. Naomi suka penampilan Rockers. Biasa disebut anak gaul lainnya Metalic. "Kenapa dengan ekspresi mu, Nao?" tanya Hera hanya penasaran. Biasa Naomi paling aktif dan selalu santai setiap absen ke kampus. Naomi tidak menjawab atas pertanyaan Hera. Naomi masih terngiang-ngiang ucapan seseorang dia temui tadi. Dua puluh menit yang lalu ..... "Sudah aku katakan berulang kali, jangan datang di saat aku perintah?!" ketus Naomi pada seorang pria tegap berpenampilan pakaian biasa, pria itu menyamar menjadi seorang mahasiswa di kampus dengan jurusan berbeda. Pria itu diperintah oleh tuannya untuk mengawasi putrinya, yaitu Naomi. Siapa yang menyangka kalau penyamaran sebagai mahasiswa ternyata diketahui oleh Naomi. "Maaf, Nona, saya datang hanya diperintah oleh Tuan Felix," jawab pria itu menunduk. Naomi mendesah kesal, bahkan dia jauh sangat kesal. Naomi pun mengeluarkan ponsel dan menekan tombol tersebut. Lalu beberapa menit panggilan itu tersambung. Terdengar suara seberang menyambut sangat ramah. Tapi tidak untuk Naomi. "Papa! Sudah berapa kali Naomi katakan, jangan ada satu orang bawaan Papa ke kampus ini?! Papa kenapa ngeyel sekali sih?!" ucap Naomi tanpa ada sapaan manja lagi. "Iya, Sayang. Papa hanya khawatir dengan dunia luar, mereka tidak akan di curigai oleh siapa pun kalau mereka menyamar sebagai pelindungmu," kata Felix. Naomi sekali lagi mendengus kasar, dia melirik tajam pada pria itu. Bahkan pria itu tidak berkutik. "Baiklah, untuk saat ini Naomi maafin Papa. Tapi selanjutnya, Naomi tidak butuh apa pun. Naomi bisa jaga diri, apa Papa lupa kemampuanku?" Felix tentu tidak lupa kemampuan putrinya. Putri tunggal satu-satunya. Bahkan putri paling bisa dia andalkan sampai sekarang. Menjadi seorang perisai mata-mata bukanlah hal paling mudah. Adakala Felix khawatir dan cemas, jika seseorang mencoba mencelakakan dirinya. Bahkan sampai sekarang Identitas Naomi masih abu-abu. Maka dari itu Felix selalu memerintahkan anggotanya untuk mengawasi dirinya dari jauh. Ternyata percuma tetap ketahuan. "Baiklah, Sayang. Kamu hati-hati di sana. Papa tidak bisa melindungi secara dekat. Hanya cara ini Papa mengirim mereka untuk menjaga mu serta informasi yang kamu dapat," ucap Felix walau dia merasa tidak tega. Naomi tersenyum, "Tenang Papa. Semua akan baik-baik saja. Apa yang diajarkan oleh Papa, Naomi tetap waspada, Bye, Pa!" Naomi mengakhiri panggilan telepon. Kemudian dia memasukan kembali ponselnya. Dia pun menarik napas panjang dan membuang pelan-pelan. Naomi menatap pria itu masih menunduk takut dirinya dihukum oleh Naomi. "Jalankan tugasmu dengan baik, tapi ingat, jangan sampai ada yang mengenal siapa dirimu?!" ucap Naomi meninggalkan tempat persembunyian mereka berdua. Pria itu pun kembali menegakkan badannya dan mengangkat satu tangan sebagai kehormatan pada Naomi, "SIAP KOMANDAN!" Di sinilah wajah akting Naomi terlihat lesu setelah menyelesaikan tugas itu. Hera masih setia menunggu jawaban dari pertanyaannya. Hera sendiri tidak terlalu tau bagaimana sifat Naomi. Diantara orang yang Hera kenal seperti Anna, Maria, Sarah. Hanya Naomi paling aneh, kadang heboh tiba-tiba, kadang bisa dingin seperti kulkas. Sungguh Hera bisa menebak Naomi mempunyai dua karakter yang berbeda. "Aku lagi datang bulan sabit!" jawabnya sinis. Hera melongo, "Hah?" "Hah, Heh, Hah?! Aku jawab, aku lagi datang bulan sabit!" jawabnya lagi. Sarah dan Anna yang mendengar pun tertawa bahak-bahak. Hera semakin hari makin bloon atas jawaban dari Naomi. "Hei! Sori, kalian sudah lama tunggu?" sorak Maria, berlari hingga terengah-engah. Mereka berempat menggeleng bersamaan, Maria meletakkan tas di atas mejanya. Kemudian dia mengatur napasnya yang tidak normal saat ini. Wajahnya terlihat sangat merah, seperti ada orang mengejar dirinya. "Ke mana saja dirimu?" Hera bertanya, Hera lagi yang aktif bersuara. "Aku? Aku ... aku tadi ..." Maria menjawab terputus-putus. Dia jeda sebentar untuk mengatur napasnya. Anna berikan minuman mineral padanya. Setelah merasa terkendali, Maria kembali melanjutkan pertanyaan dari Hera tadi. "Aku tadi habis ke apotek," jawab Maria. "Ngapain ke apotek? Kamu hamil?" Anna sontak heboh. Suara dia tidak bisa dikecilkan. Selalu bikin orang di kafe menoleh. Maria menggeleng cepat, "Enak saja, hamil apaan!" "Lah, terus ke apotek ngapain?" Anna penasaran dong. "Beli kain karet, biar bisa lengket kayak perangko!" jawab Maria makin jengkel sama Anna. Lagi-lagi Sarah dan Hera tertawa bahak-bahak. Naomi masih sibuk dengan ponsel. Ada pesan masuk. Sarah sekilas mengintip isi ponsel Naomi. Bukan maksud Sarah kepo apa yang dikerjakan oleh Naomi sekarang. "Aku kan cuma tanya, biasa kalau cewek ke apotek itu, pasti beli pengaman, atau test kehamilan, pasti pada tau kan?" ujar Anna berseteru. "Yaelah, Na! Emang kalau ke apotek harus beli dua alat itu? Bisa juga, kan ke apotek bukan beli itu?  Beli roti bantal, atau obat lain. Eh, jangan bilang kamu mau ...." giliran Hera malah bikin Maria jengkel lagi. "Aku tidak se-sadis itu kali, Ra! kamu pikir aku ini cewek apaan pakai acara bunuh bayi! Lakukan saja belum?!" sanggahnya. Hera terkekeh, dia cuma bercanda. Dia juga tau Maria ke apotek ngapain. Pasti tunggu orang dong di sana. Maria kan anak manja, selalu ke mana-mana harus diantar makanan dari rumah. **** Waaahh.... Uda up 5 bab ini. Monggo baca jangan lupa kasih love dan komentar ya! muaachh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN