UMS. 6. Rencana yang Gagal

1068 Kata
"Maafkan saya, Mbak. Saya gagal untuk mendapatkan foto yang ku ambil. Tiba-tiba pria itu sudah menghancurkan kamera saya," ucap pemuda itu, sembari menunduk tidak berani menatap wanita menunjukkan ekspresi kesal terhadapnya. "Ck! Kenapa kau ceroboh sekali? Hanya ambil gambar mereka saja, bisa ketahuan seperti itu?! Jadi, tidak ada satu pun tersimpan di kameramu?" decak wanita itu, lalu dia bertanya lagi kepada pemuda itu. Pemuda itu hanya menggeleng lesu. Wanita itu bisanya mendengus kesal, "Kau boleh pergi!" usilnya, mengeluarkan ponsel dari kantong celana ketatnya. Tetapi pemuda itu mendongak menatap wanita yang sibuk dengan ponselnya. "Apa lagi?" ketus wanita itu membalas tatapannya. "Uang sewanya, Mbak!" jawabnya pelan. Wanita itu mendesah pendek. Dia pun keluarin isi dompet sekali lagi melirik pemuda yang masih setia menunggu. Dia keluarkan selembar dua lembar mata uang Indonesia warna merah berikan kepada pemuda itu. Pemuda itu pun bahagia saat menerima, walau dirinya gagal mendapatkan gambaran diperintahkannya itu. Setelah pemuda itu pergi meninggalkan tempat persembunyian, tepat pula ponsel miliknya berbunyi. Segera dia mengangkat, dan meninggalkan tempat itu. "Ya, aku akan kembali!" ucap wanita itu, membuang permen karet yang dia kunyah tadi. Ketika wanita itu menjauh dari persembunyian, seorang muncul dibalik tembok besar dan kokoh. "Dia sudah pergi ..., benar ..., baiklah," orang itu mengakhiri percakapan di telepon, dan meninggalkan tempat itu juga. **** Sarah bersiap untuk pulang, terlalu jenuh seharian di kampus. Para dosen-dosen sedang menghadirkan rapat. Sehingga mahasiswa dan mahasiswi berkeliaran mana-mana. Ketika dia akan membuka pintu mobil pengemudinya, sebuah ponsel miliknya berdering. Terpaksa dia kembali menutup pintu, dan melihat deringan ponselnya. Nomor tidak dikenal, tetapi Sarah langsung mengangkat, bisa jadi dari Rachel. "Ya, halo?" sapanya dan kembali memasukan tas kuliah ke mobil. Tidak ada jawaban dari nomor telepon, Sarah sekali lagi menyahut telepon itu, "Halo?" Tetap sama, tidak ada satu pun yang merespons. Sehingga dia menjauhkan ponselnya. Masih terhubung, tetapi tak ada satu pun yang menjawab sapaan teleponnya. Ketika itu dia kembali menempelkan telinga ponselnya. "Aaargh!" Seseorang mengagetkan dirinya dari samping. Ponselnya pun terjatuh di bawah duduk pengemudi. Orang itu tertawa melihat kelakuan itu, Sarah sampai mendengus kesal, kemudian mengambil ponsel terjatuh. "Serius banget sih, angkat teleponnya?" usil orang itu, ikut masuk ke mobil Sarah. "Bisa tidak Kebiasaan mu itu, tidak buat stamina jantung semakin menurun?" ucap Sarah berhasil menemukan ponsel miliknya di bawah duduk pengemudi. Orang itu bersandar, lalu menyamping menatap gadis itu. Bukan apa-apa, dia mengerjainya. "Dari tadi, kulihat, kau terlalu serius dengan ponsel itu? Apa kau tidak heran, kenapa ada nomor tidak kenal, tapi kau malah mengangkat dengan santai?" tanyanya memutar musik di mobil Sarah. Sarah memasangkan tali pengaman dan bersiap untuk meninggalkan area parkiran itu. Sedangkan orang yang bersamanya adalah Naomi. Naomi memang begitu selalu berbuat keanehan. Bagi Sarah dia sudah tidak asing atas sikap anehnya. Bahkan, soal pembahasan tadi, Naomi saja bisa tau apa yang dipikirkan oleh Sarah saat ini. Semacam Naomi memiliki kemampuan indigo? Sarah tidak terlalu percaya hal itu. Dari penampilan Naomi sudah pada orang-orang bertanya, cosplay metalic. "Bisa saja nomor itu dari kak Rachel? Apalagi kemarin dia baru tiba dari Indonesia, dan tentu dia belum menyimpan nomorku?" jawabnya, lalu mobil Sarah telah keluar dari peredaran kampus itu. Musik the rocker kesukaannya diputar dengan riang. "Masa sih? Bisa saja, kak Rachel tidak akan pernah lakukan seperti itu, jika tidak ada hal penting dibicarakan?" kata Naomi sembari menggoyangkan kepala sesuai irama musik diputarnya. Sarah tidak menanggapi perkataan teman satu ini. Meskipun Naomi paling tahu seluk beluk keluarga Sarah. Tetapi, Sarah tidak pernah memedulikan apa pun. Kalau Rachel tidak mencarinya. Baginya sudah cukup menghindar dari pertanyaan-pertanyaan tak sangkut paut dengan privasinya. Naomi Adilla Samuel, gadis berjiwa metalic, dengan poni bego, penampilan the rocker. Seusia dengan Sarah. Naomi, salah satu gadis yang paling nakal dari yang lain seperti Hera, Maria, dan Anna. Sarah sering keluar hangout, klub, karaoke, konser, selalu bersama Naomi. Siapa lagi yang bisa diajak untuk bersenang-senang? Bahkan ayahnya tidak percaya teman-teman Sarah. Padahal mereka baik padanya, jika dengan Naomi, ayahnya tidak permasalahkan? Tentu, ayahnya Naomi dan ayahnya Sarah satu bisnis kerjasama. Ayah Naomi memiliki saham terbesar di Indonesia, investasi melonjak pesat, sedangkan Ayahnya Sarah menanamkan invetasi di perusahaan ayah Naomi. Tak heran jika ayahnya mengindahkan Sarah keluar dengan Naomi daripada ketiga temannya tersebut. "Penting atau tidaknya, bisa jadi kak Rachel hanya beritahu kalau itu adalah nomornya?" ucapnya, Naomi malah ketawa, entah apa yang lucu dari sikapnya. Seolah obrolan Sarah memang lucu. "Ya, jika dia benar-benar peduli padamu. Jangan terlalu berharap seseorang yang level tinggi dari level kita lebih kecil? Dia mau bersimpati untuk memahami posisi kita? Tidak akan, Sarah! C'mon, girls! Semua itu hanya bullshit, sandiwara," ujar Naomi. Semakin gila goyangannya dengan lagu dia putar itu. Sarah bisanya mendesah pelan, menyandarkan kepala di belakang duduknya. Sembari menatap lampu warna merah, tak kunjung berubah menjadi hijau. Banyak pertanyaan di otaknya. Dia menyayangi kakaknya, tetapi ... ada kala memang benar kata-kata Naomi. Sedangkan di kantor Roy sedang berdiskusi dengan seseorang, ya, seorang yang amat dia percaya hingga sekarang. Bahkan Roy tidak pernah seserius ini hadapi masalah dengan orang dia incar. "Jadi, Tuan, bagaimana dengan ini?" tanya Sam. Sam berikan beberapa dokumen peninggalan dari almarhum beliau yang dia percayai. Roy memeriksa dan melihat isinya. Selain itu, Roy akan memegang semua akses kampus ini, sampai semua terbongkar. Selama ini Roy hanya seorang bawahan di tangan Tuan Janandra. Apalagi Roy juga seorang kepercayaan melindungi seluruh akses harta kekayaan milik Janandra. Satu orang yang terus merebut akses ini. Bahkan untuk menjatuhkan seorang jauh lebih tinggi darinya. "Apa Tuan yakin dengan hal ini? Tuan sudah tau bagaimana tindakan mereka diam-diam mengambil foto Tuan dan juga Nona Sarah di kantin tadi siang?" ucap Sam. Samuel Rizaldi, 43 tahun, sudah tua namun masih kuat untuk menjalani misinya sebagai mata-mata di keluarga Pratama. Selain itu Sam juga begitu lihai menyamar menjadi tukang kebun di rumah Pratama. Tidak heran semua informasi Roy dapatkan dari Sam. Roy menutup map itu dari Sam, kemudian dia berpikir sejenak. Menatap langit ruangannya. Roy tidak habis pikir rencana yang dilakukan Mario. Tujuannya hanya satu, tapi menjadikan mangsa sebagai taruhannya. "Untuk sekarang ini, kita biarkan mereka berkelana. Jalankan saja tugas-tugasmu dan carikan semua tentang pria tua bangka itu, apa saja yang kau ketahui di rumah itu, dan satu lagi perintahkan satu anggota untuk mengawasi setiap titik keberadaan calon istri kecilku," pinta Roy pada Sam. Sam mengerti, Sam sungguh tau bagaimana Roy bersikap baik dan melindungi putri Janandra. Sam begitu bangga keteguhan Tuannya terhadap perempuan. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN