"Baiklah semua sesuai rencana, aku percayakan padamu," ucap pria itu setelah mengakhiri percakapan di telepon.
Seorang wanita berdiri sambil membawa sesuatu di tangannya. Pria itu memberi senyuman padanya, wanita itu pun melangkah dan meletakkan isi nampan ke meja. Lalu pria itu mendaratkan dirinya di sana, serta menyeruput minuman yang sudah dibuatkan oleh wanita ini.
"Bagaimana keadaan putri kita? Apa dia baik-baik saja?" Wanita itu bertanya pada pria itu sedang menikmati teh hijau buatannya.
"Hmm," itu jawabannya.
Kemudian terdengar suara desah napas panjang. Pria itu tau betapa khawatirnya dia pada putrinya.
"Kamu tidak perlu mencemaskannya, dia akan baik-baik saja. Semua sudah tersusun sedemikian rupa olehnya. Bahkan identitasnya juga tidak akan diketahui. Dia jauh lebih hebat dari keahlian mu, Sayang," ucapnya.
Dia percaya putrinya bisa menjaga diri di luar sana. Walau sekarang jarak hubungan antara orang tua dan putri terpisah.
Felix Jazztin Surendra, seorang pengusaha terbesar di Indonesia dan juga Mancanegara. Semua sudah mengetahui siapa Felix sebenarnya, bahkan Felix juga ber-sekelompok dengan para agen mafia sekalipun. Felix adalah pria tanggung, bahkan tidak sedikit para manusia bisa menjatuhkan dirinya.
Siapa yang tidak kenal lagi dengan Felix, dengan nama selalu terpampang di salah satu media surat kabar. Namun tidak ada yang tau bahwa Felix memiliki seorang putri, putri yang sangat cantik dan manis, namun sifat itu harus turun dari ibunya sendiri. Meilinda Himawari.
Meilinda adalah keturunan Cina-Jepang, selain itu Meilinda juga mempunyai bakat bela diri dan juga taekwondo. Tidak hanya itu saja, sifat feminim itu tersembunyi sifat yang mengejutkan. Meilinda hanya wanita biasa, di keluarga biasa-biasa saja, tetapi setelah bertemu dengan Felix. Penyamaran itu pun di mulai sejak mengenal seorang sahabat Felix sampai saat ini belum diketahui siapa membunuh atas kematian Abraham Janandra.
"Aku tidak yakin dia akan baik-baik saja, untuk penyamaran dia sekarang, baiklah aku akui dia bisa mengendalikannya. Tapi suatu saat identitas nya akan terbongkar, apalagi sekarang mereka diam-diam merencanakan sesuatu yang belum dipastikan iya, atau tidak," ucap Meilinda berdiri dari duduknya dan mengangkat cangkir minuman dia bawa tadi.
Felix sangat mengerti bagaimana istrinya peduli pada putrinya. Tetap Felix yakin semua akan baik-baik saja. Setelah semua terbongkar, Negara ini akan kembali normal dan jaya.
*****
"Uuhhh! Bosan sekali," ngeluh Naomi setelah berjam-jam di kafe Starbucks.
Sarah sedang sibuk dengan Ipadnya. Sembari menggerakkan jari pada pensil tab nya. Naomi pun mengintip sedikit, kebiasaan Sarah di hari kosong seperti ini saja. Naomi melebarkan dua matanya.
Tapi tiba-tiba Naomi menyipitkan matanya lagi ke arah satu ukiran yang pernah dia lihat sebelumnya. Dia melirik arah Sarah masih serius pada ukiran sketsa itu.
"Kau suka menggambar?" Naomi bertanya padanya.
"Hmm, aku suka sekali, sejak umur lima tahun," jawabnya pelan.
Setau Naomi di keluarga Sarah tidak ada yang mempunyai bakat melukis. Mario Arata Pratama hanya seorang pengusaha bisnis pengelolaan batu bara, sedangkan istrinya Yuki Riantika Purnama, seorang wanita dari keluarga biasa. Lalu putri pertamanya Rachelia Pelangi Sundewi, hanya seorang mantan mahasiswi di Universitas ternama di Amerika, serta suka menghamburkan kekayaan milik orang tua demi kesenangan hingga mabuk-mabukan.
Bahkan Naomi juga mendapatkan informasi bahwa Rachel akan menikah dengan seorang pria telah ditentukan oleh Mario sendiri. Sampai sekarang Naomi belum menemukan siapa pria itu yang akan menikah dengan Rachel.
Sarah selesai dengan lukisan sketsanya. Dia pun menyimpan dan memasukannya ke tas, dia mengambil minumannya lalu melirik Naomi sedang melamun. Tapi dari cara melamun beda, seperti memikirkan sesuatu.
"Sedang memikirkan apa? Serius sekali?" Sarah bersuara, membuat Naomi sadar, dan menatap Sarah sebentar.
"Tidak mungkin Sarah bukan dari keluarga Pratama? Tidak mungkin Sarah adalah ...." Naomi masih bingung untuk menyimpulkan bahwa Sarah adalah putri dari almarhum sahabat ayahnya yang sampai sekarang belum diketahui atas kematian terjadi kecelakaan itu.
"Ada apa? Dari tadi aku lihat kamu menyembunyikan sesuatu? Apa lagi soal pesan masuk dari ponsel mu itu?" Sarah lagi-lagi bertanya pada Naomi.
Naomi bukan tidak tau siapa Sarah, hanya sosok dia menjadi cewek biasa itu tidak mudah, apalagi dengan penampilan mencolok seperti ini. Sungguh, Naomi ingin menyerah. Tapi dia menyukai tantangan ekstrim ini.
"Setau aku di keluarga kamu tidak punya bakat melukis?" Sekarang Naomi malah bertanya hal ini.
Sarah mengernyit, dia juga tidak tau kenapa dia suka melukis, bahkan suka sekali menggambar setiap dia merasa jenuh.
"Memang harus ada salah satu di keluarga aku itu mempunyai bakat melukis? Mungkin saja aku beda dari yang lain, makanya tidak ada yang tau kalau aku itu punya keahlian khusus," ucap Sarah santai.
Naomi yakin ada sesuatu dibalik tertutup keluarga Pratama. Sampai sekarang Naomi masih percaya bahwa Sarah adalah putri Pratama. Memberikan semua fasilitas yang ada untuk Sarah setiap di hari ulang tahun ke-21 tahun kemarin.
Apakah ada maksud tertentu Mario merencanakan hal lain? Ah Naomi hampir mau pecah memikirkan hal ini. Bahkan dia sulit menemukan semua bukti-bukti kepada ayahnya.
"Mungkin saja, lalu kenapa kamu tidak ambil jurusan seni saja? Kenapa kamu mau mengambil jurusan jurnalis? Bukannya jurusan itu bukan bakatmu?" tanya Naomi lagi.
Sarah diam sejenak, iya itu juga dia permasalahkan kenapa dia tidak mengambil jurusan sesuai bakatnya. "Entahlah, Nao. Aku juga bingung, kenapa aku bisa ambil jurusan itu?" jawab Sarah datar.
Kembali hening, masing-masing memikirkan sesuatu. Beberapa menit kemudian mereka dikejutkan suara ponsel masing-masing. Naomi memeriksa ponselnya, sedangkan Sarah juga memeriksa ponselnya.
Mereka mendapat informasi tentang tugas kuliah mereka. Tugas dari dosen yang tadi tidak bisa hadir karena rapat.
Salah satu ponsel berdering, itu ponsel Naomi. Hera memanggil tanda video call.
"Naomi! Kau sudah dapat laporan tugas dari Dosen kita?" ucap Hera dengan suara sedih.
"Sudah, kenapa? Kau tidak satu kelompok denganku?" jawab Naomi. Dia mendapatkan tugas mengumpulkan informasi tentang kematian terjadi kecelakaan dua puluh satu tahun yang lalu. Kalau Sarah, Naomi tidak tau mungkin satu kelompok atau mungkin tidak.
"Stres aku nih, Naomi! Kau mendapatkan tugas apa? Kau bersama Sarah sekarang?" tebak Hera.
Naomi pun mengarah ponsel ke Sarah. Sarah melambaikan tangan pada Hera. Hera berteriak tidak adil. Dia iri pada Sarah bahkan Naomi. Bisa keluar ke mana pun. Beda dengan Hera, setiap pulang dari kampus, disuruh oleh orang tua membantu jualan. Jika dilihat kehidupan Hera, Sarah dan Naomi paling menonjol.
"Oke Hera, baterai ponselku sudah menipis, lain waktu kita ngobrol lagi, bye!"
Naomi mematikan ponsel video call nya, kemudian dia mendekat Sarah. "Kamu dapat tugas apa?" Naomi bertanya.
Sarah menyerahkan ponsel dan perlihatkan pada Naomi. Naomi membaca sangat cepat dan dia menemukan keanehan pada tugas Sarah.
****
yuhuuu ....
update guys! hehehe....