Setelah mereka menyelesaikan kewajiban mereka, Rhea dan Oris makan malam bersama di meja makan. Gadis yang kini sudah menjadi seorang wanita dewasa itu menyiapkan makanan diatas meja makan.
Oris hanya duduk dikursinya sambil menopang dagu seraya memperhatikan Rhea yang sedang membawa beberapa masakan dan menaruhnya di atas meja.
Senyum manis terus tercetak dari kedua sudut bibir pria itu. Setelah semua makanan sudah tersaji diatas meja, Rhea mendudukkan dirinya di atas kursi tepat dihadapan Oris.
Rhea yang mulai jengah, mendengkus sebal seraya menatap tajam pada Oris yang masih juga tersenyum menatapnya.
"Nyebelin banget sih muka kamu," ketus Rhea.
"Cantik banget sih muka kamu," goda Oris.
Rhea mendelik pada pria dihadapannya itu tak percaya. "Sejak kapan kamu jadi gombal kaya gini?" tanyanya.
"Sejak berhasil menembus benteng pertahanan seorang Rhea Mahardina," sahut Oris lagi masih dengan senyum manisnya.
Rhea menggelengkan kepalanya mendengar jawaban yang Oris berikan sambil menyindukkan makan malam untuk dirinya.
Kini giliran Oris yang mendelik pada Rhea dan menatap kesal pada Rhea yang sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri.
"Kenapa kamu tadi di kantor berlagak gak kenal sama aku?" tanya Oris dengan nada datar.
"Kenapa kamu gak bilang kalau kamu pemilik ShadowTech?" Rhea malah balik bertanya.
"Kamu kan gak nanya. Lagian kamu juga gak kasih tau aku kamu kerja di shadow!!" tekan Oris.
Wanita itu menaruh sendok makan ditangannya dengan kesal. "Terus kenapa kamu tadi pulang mukanya asem banget? Salah aku apa?" cecar Rhea.
"Kok jadi kamu yang marah sih! Harusnya, aku yang marah sama kamu," sahut Oris tak mau kalah.
"Hah?! Apa alasannya harus kamu yang marah?" tanya Rhea dengan nada sedikit meninggi.
Oris mengusap wajahnya kasar, lalu menatap Rhea yang kini sudah berdiri dari kursinya.
"Karena kelakuan kamu di kantor yang menganggap seolah aku adalah orang asing," sahut Oris berusaha menahan emosinya agak tidak tersulut.
Rhea mendengkus sebal, lalu menatap tajam pada Oris. "Urusan kantor dan pribadi gak usah dihubung-hubungkan dong! Kita di kantor sebagai CEO dan anak buahnya! Aku gak mau iya Ris, orang-orang di kantor tahu soal hubungan kita ini! Udah cukup, berita Aku ditinggal nikah sama Reyhan, jangan sampai ada lagi berita lain tentang aku di kantor menyebar," tekan Rhea mulai tersulut emosi.
Oris yang sangat tahu betul karakter Rhea, memilih diam dan tak membalas perkataan istrinya. Wanita itu bahkan tak menghabiskan makanannya dan lebih memilih pergi meninggalkan meja makan.
"Rhea, makanannya habisin dulu!" titah Oris.
Rhea tak menghiraukan ucapan suaminya dan melengos begitu saja masuk ke kamar. Pria itu hanya menghela napas panjang jika amarah Rhea mulai keluar. Karena sudah dapat dipastikan, Rhea tak akan berbicara dengannya hingga beberapa hari kedepan.
***
Malam makin larut, Rhea masih merebahkan tubuhnya diatas ranjang king size milik Oris. Wanita itu menatap keluar jendela yang masih dibuka olehnya. Malam ini hujan cukup lebat mengguyur kota Bandung. Rhea yang masih diselimuti amarah, merasa enggan untuk tidur didekat Oris, hingga Oris memutuskan untuk tidur di kamar lainnya.
Hingga pagi tiba, Oris yang baru saja bangun berjalan keluar dari kamar yang semalam ditidurinya menuju kamar Rhea. Tetapi, yang didapati hanya kamar yang sudah rapih dan kosong. Ia menoleh jam dinding yang baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Oris menghela napas panjang seraya kembali menutup pintu kamarnya dan berjalan ke meja makan.
Oris membuka tudung saji dan disana sudah tersedia nasi goreng kornet kesukaannya dan segelas s**u coklat. Pria itu tersenyum sesaat lalu berjalan memasuki toilet untuk mandi dan bersiap ke kantor.
Hanya membutuhkan waktu tiga pukuh menit, Oris sudah siap dan berjalan menuju meja makan seraya membawa ipad dan ponsel ditangannya. Pria itu mwmbuka tudung saji dan menyantap sarapan yang sudah dibuatkan Rhea.
Ddrrrttt....
Ddrrrttt....
Terdengar suara ponsel bergetar diatas meja. Oris menoleh sejenak, dan melihat siapa yang meneleponnya pagi-pagi. Pria itu mengerutkan keningnya sesaat, lalu menggeser tombol hijau.
"Halo!" sapa Oris.
"Oris? ini aku, Belia," jawabnya diseberang telepon.
Oris yang sedang menyendok nasi gorengnya, berhenti sesaat lalu menaruh sendok tersebut dengan kesal diatas piringnya.
"Mau apa lo hubungi gue, Tuti?" tanya Oris dengan nada yang sangat tak bersahabat.
"Aku diminta tante Miranda buat ajak kamu ke acara pertemuan keluarga kita malam ini," sahut Tuti.
"Gue gak bisa!" jawab Oris datar.
"Tapi, tante Miranda yang minta Ris," paksa Tuti.
"Gue gak bisa!! Lo ngerti bahasa manusia gak sih?" tanya Oris dengan nada tinggi.
"Tapi tante Miranda..."
"Gue gak peduli!!" potong Oris seraya memutuskan panggilan teleponnya.
Oris memejamkan matanya seraya mengusap kasar wajahnya. Moodnya pagi ini benar-benar hancur. Rhea yang marah padanya dan pergi bekerja lebih awal untuk menghindari dirinya. Dan sekarang, Belia atau Tuti menghubunginya, dan membuat selera makannya pagi ini seketika hilang.
Drrrttt...
Drrrttt...
Oris kembali meraih ponselnya dan melihat kini giliran Miranda yang menghubunginya. Dengan enggan, Ia menerima panggilan tersebut. Pria itu menghela napas panjang saat panggilan mulai terhubung.
"Ada apa mah?" tanya Oris malas.
"Belia barusan telepon mamah, katanya kamu gak bisa datang ke pertemuan keluarga kita."
"Ya, Oris gak bisa!"
"Apa alasan kamu?"
"Karena Oris gak mau!"
"Gak bisa gitu dong Ris! Sangat sulit mamah mengundang keluarga Adinoto untuk acara ini. Kamu gak bisa secara sepihak menolak untuk hadir!" tekan Miranda.
"Oris gak bisa mah. Oris banyak kerjaan," sahut Oris datar.
"Mamah udah gak punya siapa-siapa lagi selain kamu Ris. Mamah hanya meminta bantuan kamu kali ini saja. Mamah mohon," pinta Miranda.
Oris menghela napas panjang. Ia tak dapat menolak lagi ketika ibunya sudah memohon seperti sekarang ini. Pria itu mengusap wajahnya lagi dengan frustasi.
"Yaudah, Oris bakal datang. Tapi sekali ini aja dan gak akan pernah ada pertemuan lain lagi," tekannya.
"Terima kasih honey, jam tujuh malam di restaurant Serenada hotel. Mamah tunggu," sahut Miranda seraya memutuskan panggilannya.
Oris menurunkan ponsel dari telinganya dan memasukkannya kedalam saku jas, meraih ponselnya seraya pergi keluar meninggalkan apartment menuju baseman parkir. Pria itu menekan tombol lift kebawah dan menunggu di depan pintu. Ia merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi housekeeping dari salah satu perusahaan penyedia jasa dan meminta salah satu housekeeping terbaik dari perusahaan mereka didatangkan ke apartment untuk membersihkan dan mencuci pakaian kotor.
***
Rhea yang sengaja datang lebih pagi, kini sedang duduk dikursinya seraya berputar-putar ditempatnya. Suasana kantor masih sangat sepi. Wanita itu melirik jam ditangannya lalu mendesah kesal saat jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia menyalakan laptopnya dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Tiba-tiba pintu kantor terbuka, Rhea menoleh ke arah pintu dan mendapati Reyhan yang sedang baru saja mulai kembali bekerja setelah cuti pernikahannya.
Rhea berusaha bersikap cuek dan tak menghiraukan kedatangan mantan kekasihnya itu. Bukannya berjalan menuju kubikelnya, Reyhan malah berbelok dan mendatanagi kubikel Rhea. Wanita itu menoleh sesaat dan melihat pria itu menaruh sebuah paper bag diatas meja. Rhea menopang kepalanya dengan sebelah tangan seraya menatap tajam pada Reyhan yang masih berdiri di sampingnya.
"Apa ini?" tanya Rhea datar.
"Hadiah buat kamu," sahut Reyhan.
Wanita itu hanya mengangguk dan memilih kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya kembali. Reyhan masih berdiri ditempatnya tanpa ada tanda-tanda akan pergi meninggalkan kubikel Rhea. Pria itu hanya berdiri dan menatap dalam-dalam pada wanita dihadapannya saait ini.
Rhea mendengkus kesal lalu menoleh menatap tajam pada Reyhan. "Lo mau apa lagi? Ngapain lo berdiri disitu? Gue lagi banyak kerjaan! Kalau lo mau berdiri, mending bediri ditempat lo, jangan ditempat gue!!" ketusnya.
"Kamu berubah Rhea... Kamu bukan lagi Rhea yang aku kenal," lirih Reyhan.
Wanita itu berdecih seraya membuang muka ke arah lain lalu berdiri mendekat pada Reyhan. "Lo yang udah merubah gue jadi seperti ini. Dan lo, gak usah berlagak hubungan kita belum berakhir. Gue muak dengan sikap sok baik lo kaya gini!!" cecar Rhea seraya pergi meninggalkan Reyhan yang masih terkejut mendengar perkataan Rhea.
***