21++ Mature content. harap bijak dalam membaca..
***
Terdengar suara decitan mobil yang sedang berbelok diparkir baseman apartment mewah berlantai tujuh. Sebuah mobil BMW i8 berhenti dan kini sudah terparkir disebelah mobil ferrary hitam yang tadi pagi dibawa oleh Rhea.
Oris menekan Keyless Entry untuk mengunci mobilnya. Raut wajah lelah, kesal, dan marah bercampur menjadi satu, bahkan hingga dirinya tiba di keluar dari lift dan berjalan menuju apartmentnya. Seorang tetangga berjalan melewati Oris dan tersenyum padanya, namun Oris membalas dengan tatapan tajam.
Suasana hatinya semakin buruk saat melihat Rhea didalam rumah yang sedang merebahkan diri di atas sofa, seraya menonton televisi.
Oris melengos tanpa menyapa Rhea yang kini tersenyum padanya dan berjalan masuk ke toilet. Gadis itu mengerutkan keningnya melihat Oris yang tak seperti biasanya.
Sedangkan dibalik dinding toilet, Oris sedang membasuh seluruh tubuhnya dibawah shower seraya memejamkan matanya, berusaha menetralisir perasaannya yang tak menentu.
Setelah selesai, pria itu keluar dari toilet dengan hanya melilitkan handuk untuk menutupi bagian bawahnya saja dan memasuki walk in closet. Namun, Oris terkejut saat melihat Rhea yang sedang memasukkan pakaian yang baru saja selesai dilipatnya ke dalam lemari pakaiannya.
Oris menjadi salah tingkah, ketika Rhea berbalik dan tanpa sengaja melihat tubuh setengah telanjangnya. Seketika, Rhea membuang muka dan menyembunyikan wajahnya yang berubah merah padam.
"Kamu kalau masuk, ketuk pintu dulu dong Ris! Jangan main nyelonong aja," gerutu Rhea yang masih membelakangi Oris.
"Lagian kamu juga ngapain disini?" tanya Oris.
"Nyimpen baju lah!" ketus Rhea.
Gadis itu berdiri dan berjalan mundur untuk menghindari Oris yang masih diam di tempat. Saat langkahnya tiba di samping Oris, pria itu menarik pergelangan tangan Rhea hingga Rhea berbalik menghadapnya. Iris mereka saling bertemu. Oris mendekatkan wajahnya perlahan hingga bibir mereka saling bersentuhan lembut. Harum napas Oris membelai indra penciuman Rhea. Gadis itu mulai terbuai dengan permainan halus bibir Oris.
Sebelah tangannya, Oris gunakan untuk menopang tubuh bagian belakang Rhea. Kini, pria itu melepaskan tautan bibir mereka, saling menatap satu sama lain untuk sesaat, dan sekarang Rhea yang malah kembali memulai lumatan demi lumatan pada bibir Oris. Hasrat itu kini muncul, hasrat untuk melakukan tugas seorang suami pada istrinya.
Sebelah tangan Oris perlahan turun, dan menggendong Rhea ala bridal menuju kamar mereka. Dengan hati-hati, Oris menurunkan tubuh Rhea diatas tempat tidurnya. Pria itu menatap dalam pada iris coklat gelap sahabat yang kini menjadi istri sahnya itu. Rhea terlihat sangat gugup. Napasnya mulai tidak beraturan. Oris yang menyadari itu, menanggapinya dengan senyum menggoda.
Satu tangannya melepaskan satu persatu kancing pakaian yang dikenakan Rhea. Dengan tatapan yang tak lepas dari iris milik Rhea. Setelah berhasil melepaskan seluruh kancing pakaiannya, lelaki itu sedikit mengangkat tubuh Rhea untuk melepaskan pengait bra yang dikenakan gadis itu.
Sesaat, Rhea tercekat menyadari apa yang dilakukan Oris padanya saat ini. Namun, tatapan Oris yang meneduhkan dan sentuhan - sentuhan kecil yang dilakukan lelaki itu membuat Rhea terbuai.
Setelah berhasil melepaskan pakaian dan bra milik Rhea. Untuk pertama kalinya, Oris melihat lekuk tubuh Rhea yang indah. Lelaki itu mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak diantara mereka. Bibir keduanya saling bertemu, Oris mulai melumatnya dengan lembut. Satu tangannya kini sudah bermain dengan gundukan kenyal milik gadis itu. Sedangkan tangan lainnya menumpu berat tubuhnya. Perlahan Oris meremas gundukan itu, hingga membuat tubuh Rhea sedikit menggeliang. Desahannya tertahan oleh ciuman yang sedang mereka lakukan dan bahkan handuk yang sedari tadi melilit menutupi bagian bawah Orispun terlepas dan terjatuh diatas ranjang.
Ciuman Oris kini mulai turun dengan perlahan. Kecupan kecil di dagu Rhea, lalu beralih pada leher Rhea. Tubuhnya kembali menegang, ketika Oris menghisap lehernya hingga membuat kissmark sebagai tanda kepemilikan. Oris kini sudah beralih pada dua gundukan berukuran sedang milik Rhea dengan p****g merah muda yang sudah menegang. Oris mulai mengulum dan menghisapnya dengan lembut bergantian, membuat Rhea akhirnya meloloskah desahannya.
Setelah Oris puas dengan dua gundukan kenyal milik Rhea, pria itu kini mengecup pelan pada perut rata gadis itu dengan kedua tangannya mulai menurunkan celana dan celana dalam yang masih menutupi kewanitaan Rhea, dan membuat Rhea kini sudah benar-benar polos tanpa pakaian. Oris kembali mensejajarkan wajahnya dengan Rhea dan melumat bibir gadis itu dengan sedikit rakus. Sebelah tangan menjalar dan menyentuh pusat sensitif seorang wanita, hingga Rhea melepaskan bibirnya dari bibir Oris.
Tatapan Oris yang sudah diselimuti gairah itu menatap dalam pada iris Rhea yang terlihat belum siap. Oris membelai pangkal kepalanya dengan lembut, memberikan sedikit ketenangan pada gadis itu. Rhea tersenyum dan mengangguk dengan yakin, memberi tanda pada Oris bahwa dirinya kini siap menjalankan tugasnya sebgai seorang istri.
Tangan Oris mulai kembali memainkan titik sensitif itu, dan perlahan turun memasukkan jarinya pada lubang kewanitaan Rhea yang mulai sedikit basah. Rhea memejamkan matanya ketika satu jari Oris mulai memasuki liang miliknya. Sensasi aneh yang belum pernah Rhea rasakan selama ini membuat Rhea tak dapat berkata lagi.
Perlahan, Oris memaju mundurkan jarinya didalam sana, dan membuat gadis itu kembali meloloskan desahannya.
"Ah ... Ris ... s-sakit ..."
Oris hanya tersenyum menanggapi desahan Rhea. Oris mulai menggerakkan jarinya dengan tempo cepat hingga membuat Rhea semakin menggeliat hebat. Oris yang sudah mulai dipuncak gairahnya melepaskan jarinya dari lubang itu dan mengangkat kedua kaki Rhea agar terbuka. Pria itu kembali melumat bibir Rhea, sebelah tangannya mengarahkan kejantanannya dan dalam sekali hentak, Oris berhasil memasukkannya ke dalam lubang kewanitaan Rhea.
Tubuh Rhea seketika menegang, rasa sakit yang sangat luar biasa membuat dirinya tercekat hingga setetes airmata jatuh dari kedua sudut matanya. Oris terdiam, menunggu rasa sakit yang Rhea rasakan berkurang. Pria itu dengan lembut menghapus airmata dikedua sudut mata Rhea.
"S-sakit Ris," lirih Rhea.
Pria itu melihat Rhea perlahan membuka mata kembali dan menatapnya sangat dalam, membuat dirinya merasa bersalah atas rasa sakit yang kini dirasakan oleh gadis yang sangat dicintainya itu.
Oris mengecup kening Rhea dengan lembut lalu kembali menatapnya.
"Kalau kamu gak kuat, aku bisa berhenti sekarang," bisik Oris.
Dengan mata yang masih berkaca - kaca, Rhea menggelengkan kepalanya.
"Gak apa-apa Ris, ini udah jadi kewajiban aku sebagai seorang istri, aku udah siap," sahut Rhea.
Oris tersenyum lembut dan mencium bibir Rhea lembut. Pria itu mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, perlahan-lahan agar Oris tak menyakiti Rhea.
"O-oris ... A-ah... sakit ..." desah Rhea saat Oris mulai mempercepat tempo gerakannya.
"Aku akan sampai Rhea, ahh ... Rhea aku sampai," sahut Oris.
Rhea kembali memejamkan matanya, dan tiba-tiba sesuatu yang membuat liang kewatiaannya terasa penuh itu kini berkedut. Rasa hangat dari semburan dalam mulut rahimnya terasa menetralkam rasa sakit yang sejak tadi dirasakannya.
Perlahan, Oris melepaskan kejantanannya dari kewanitaan Rhea. Napas mereka masih saling memburu. Oris mengecup kening Rhea dengan penuh kasih sayang dan menghapus air mata yang tersisa di kedua sudut mata istrinya itu.
"Terima kasih, istriku," ujar Oris.
Rhea mengangguk seraya tersenyum manis pada Oris.
"Ternyata yang Shap, Vivi, Ami, dan Lia bilang enak, bohong banget," gerutu Rhea
Oris terkekeh geli seraya mengusap lembut kepala Rhea.
"Karena mereka, lebih berpengalaman," goda Oris.
***